Share

Rupiah Nyaris Tembus Rp14.000/USD, Sri Mulyani "Kambinghitamkan" Amerika

Giri Hartomo , Okezone · Kamis 26 April 2018 15:06 WIB
https: img.okezone.com content 2018 04 26 278 1891697 rupiah-nyaris-tembus-rp14-000-usd-sri-mulyani-kambinghitamkan-amerika-bYzAJqkGWx.jpeg Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Giri/Okezone
A A A

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya buka suara terkait pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini. Seperti diketahui dalam beberapa hari yang lalu, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS hampir menyentuh angka Rp14.000 per USD. 

Baca Juga: Rupiah Ambruk, Ekonom: Jangan Sandera Hasil Ekspor di Luar Negeri

Menurut Sri Mulyani, penyebab melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dikarenakan faktor-faktor eksternal khususnya dari Amerika. Menurutnya, saat ini ekonomi  Amerika Serikat  mengalami perbaikan yang bisa terlihat dari rendahnya inflasi serta adanya perbaikan dari sisi ketenagakerjaan. 

Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Agus Martowardojo Duduk Bareng Komisi XI DPR

"Kemarin dari spring meeting kita mendengar dari berbagai negara mengenai update dari perekonomian terutama dari Amerika Serikat. Gubernur Bank sentral yang  baru memang menyampaikan data-data dari perekonomian Amerika menunjukkan perbaikan dari sisi employment maupun inflasi menunjukkan suatu recovery. Dan tentu dengan adanya perubahan di kebijakan fiskal mereka terutama dengan kebijakan pajak, mereka pasti akan membuat policy untuk mengejar," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Baca Juga: Rupiah Melemah, Pengamat: Hasil Ekspor Jangan Diparkir di Singapura

Apalagi lanjut Sri Mulyani, dengan terpilihnya Gubernur Bank Sentral Amerika yang baru ada beberapa kebijakan yang membuat nilai tukar dolar AS mengalami kenaikan. Salah satunya adalah rencana The Fed (Bank Sentral Amerika) untuk menaikkan suku bunganya.

"Dalam jangka pendek memang sudah dikonfirmasi bahwa the Fed akan meningkatkan suku bunganya meski akan dilakukan secara hati-hati," jelasnya. 

Jelang Akhir Tahun Rupiah Kembali Melemah

Belum lagi, lanjut Ani, ada beberapa kebijakan dari Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan pajak. Maka sangat wajar jika nilai mata uang dolar terus mengalami kenaikan.  

"Dengan adanya outlook dari kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat di mana penurunan pajak dan tambahan belanja akan meningkatkan defisit maka kita sudah bisa prediksi akan terjadi kenaikan dari US treasury bahkan yang termasuk jangka waktunya panjang," jelasnya.

 

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sri Mulyani Minta Masyarakat Tetap Tenang

Walau demikian, Sri Mulyani meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia tidak perlu panik. Menurutnya, pelemahan mata uang Rupiah terhadap dolar AS bukan hanya tidak hanya terjadi pada Indonesia. 

Baca Juga: Nyaris Rp14.000, Rupiah Melemah ke Level Rp13.933 per USD

Menurutnya, negara-negara lain pun mengalami pelemahan nilai tukar mata uangnya terhadap dolar AS. Bahkan negara maju sekalipun terkena dampak penguatan nilai tukar dolar.  

"Karena Amerika Serikat (AS) adalah negera terbesar jadi akan mempengaruhi seluruh dunia. Kita memperhatikan berdasarkan pergerakan mata uang yang lain dan juga juga terhadap dolar itu sendiri. Masyarakat perlu terus diberikan informasi, sehingga mereka menjadi lebih tenang," ujarnya.

Rupiah Tak Berisiko Melemah ke Level Rp15.000 per Dolar AS

Wanita yang biasa disapa Ani menyebut, nilai tukar Rupiah terhadap dolar masih relatif rendah jika dibandingkan nilai tukar mata uang negara lain baik negara maju maupun berkembang. Menurutnya, dinegara-negara maju, nilai mata uangnya terhadap dolar justru mengalami depresiasi sebesar 2%. 

"Kalau kita lihat pergerakan dalam dua hari terakhir dimana waktu terjadi penguatan dolar itu terasa di seluruh dunia beberapa mata uang negara maju bahkan bisa terdepresiasi di atas 2%," jelasnya. 

Baca juga: Rupiah Mendekati Rp14.000/USD, Apindo: Kita Kurang Antisipasi

Menurut Ani, India bahkan mengalami depresiasi mata uangnya jauh lebih dalam dari Indonesia. Namun negeri Bollywood justru menyikapinya dengan positif dan akhirnya bisa mendongkrak nilai ekspor.

"Mata uang di sekitar kita bahkan juga depresisasinya di atas. India melakukan depresiasi lebih dalam karena mereka ingin memacu ekspornya. Jadi dalam hal ini masyarakat diharapkan tenang karena memang terjadi pergerakan namun kita juga perlu mengambil manfaat," jelasnya. 

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini