NAMO Buddhaya. Tepat pada hari ini umat Buddha di seluruh dunia merayakan Hari Waisak yang biasa diperingati setiap satu hari pada bulan Mei di saat bulan purnama bersinar terang. Waisak diperingati sebagai kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini, Nepal, pada 623 Sebelum Masehi (SM).
Selain kelahiran tokoh berjuluk Buddha Gautama itu, Tri Suci Waisak juga memperingati Penerangan Agung kepada sang pangeran di usia 35 tahun pada 588 SM, serta wafatnya Buddha Gautama di Kusinara di usia 80 tahun pada 543 SM. Rangkaian tersebut lantas dikenal sebagai Tri Suci Waisak dalam Konferensi Persaudaraan Buddha Sedunia di Sri Lanka pada 1950.
Cahaya terang sang Buddha tidak hanya menghampiri Pangeran Siddharta saja, tetapi juga beberapa orang yang lantas menjadi seorang bikku atau biksu. Berikut beberapa di antaranya, melansir dari Ranker, Selasa (29/5/2018):
Baca Juga: Mitos dan Fakta di Balik Megahnya Candi Borobudur, Percaya atau Tidak?
1. Pangeran Siddharta
(Foto: Reuters)
Sebagai tokoh utama agama Buddha, Pangeran Siddharta tidak bisa dilepaskan dari mereka yang mendapat cahaya terang. Buddha sendiri artinya secara harafiah adalah orang yang telah mencapai penerangan sempurna.
Siddharta lahir dan besar di lingkungan Kerajaan Suku Sakya dari pasangan Sri Baginda Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya Dewi. Dia dirawat oleh bibinya, Ratu Maha Pajapati, setelah Mahamaya Dewi meninggal dunia hanya tujuh hari setelah kelahirannya. Pajapati lantas dijadikan istri oleh sang ayah.
Saat masih kecil, para pertapa meramal Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Chakrawartin atau Maharaja Dunia. Sang pangeran hanya akan menjadi Buddha jika melihat empat macam peristiwa yakni, orang menjadi tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa.
Baca Juga: Negara-Negara Ini Punya Tradisi Unik untuk Rayakan Hari Waisak
(Foto: Shutterstock)
Ketika dewasa, Pangeran Siddharta yang bosan dengan kehidupan kerajaan, meminta izin keluar lingkungan istana. Pada kesempatan berbeda, ia melihat empat peristiwa yang diramalkan sebelumnya oleh para pertapa. Semua itu memunculkan pertanyaan dalam benaknya tentang apa artinya hidup jika harus menderita.
Pada suatu malam di usia 29 tahun, Siddharta meninggalkan semua kehidupan duniawi ala kerajaan dan menjadi pertapa. Setelah mengembara dan bertapa selama enam tahun, Pertapa Gautama mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha di bulan Waisak pada usia 35 tahun.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya