Share

Bahaya Sampah Plastik Jangka Panjang yang Tidak Anda Duga

Pradita Ananda, Jurnalis · Selasa 05 Juni 2018 14:20 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi sampah plastik (Foto: Reuters)

TAHUKAH Anda bahwa tepat pada hari ini, Selasa 5 Juni 2018 diperingati sebagai Hari Lingkungan Sedunia? Bicara soal lingkungan, sebagian dari kita pasti sudah menyadari bahwa salah satu masalah lingkungan terbesar yang mengancam kehidupan bukan hanya soal polusi udara, namun juga soal sampah plastik.

Ya, plastik sebagai material bahan yang murah dan dapat dibentuk menjadi apapun yang mungkin dibuat, kuat, dan tahan lama. Plastik sendiri memang berguna untuk kehidupan manusia, bahkan disebutkan sejak tahun 1950’an kita telah memproduksi sekitar 8,3 miliar metrik ton barang.

Akan tetapi, konsekuensi dari ‘kesuksesan’ memproduksi miliaran ton barang tersebut berbanding lurus juga dengan kerugian yang berdampak besar untuk kehidupan di bumi, di mana kita sebagai manusia terdapat di dalamnya. Disebutkan per tahun 2017, sekira 79 persen dari plastik yang diproduksi selama 70 tahun terakhir telah dibuang, baik ke lokasi tempat pembuangan akhir atau ke lingkungan umum dan sayangnya hanya sembilan persen yang didaur ulang dengan sisanya bahkan dibakar. Kondisi banyaknya sampah plastik ini sendiri bahkan disebutkan oleh para ilmuwan, sebagai sebuah eksperimen dalam skala global yang tidak terkendali.

 (Baca Juga:Masjid Terapung Banten Bakal Jadi Daya Tarik Wisata Religi)

Salah satu contoh nyata dari semakin parahnya polusi plastik ini, kita bisa lihat dari keberadaan sampah plastik di laut. Disebutkan, dengan lebih dari delapan juta ton sampah plastik masuk ke lautan setiap tahunnya, dan hal ini membuat diperkirakan akan ada lebih banyak plastik daripada ikan pada tahun 2050 nanti, dan akhirnya bisa mengakibatkan 99 persen dari semua burung laut di planet ini akan mengkonsumsi beberap di antaranya.

 

Per tahun 2017 saja, diperkirakan laut sekarang telah mengandung sekitar 51 triliun partikel mikroplastik, yang mana 500 kali lebih banyak daripada bintang-bintang di galaksi kita ini. Mirisnya, limbah plastik ini pun ditemukan sebanyak 300 miliar kepingan di Arktik yang sebelumnya merupakan pulau murni dan terpencil di Pasifik, dan ditemukan pula di Pulau Henderson yang adalah pulau tidak berpenghuni dan diyakini memiliki konsentrasi tertinggi polusi plastik di dunia.

Lalu apakah kondisi sudah parahnya limbah plastik ini jadi situasi yang membahayakan? Jawabannya, jelas membahayakan. Beberapa plastik beracun yang dapat mengganggu hormon penting untuk kesehatan, dan plastik sendiri bertindak seperti magnet untuk berbagai racun dan polutan lain yang manusia tumpahkan ke alam.

 (Baca Juga:Benarkah Toilet Duduk Bisa Tularkan Penyakit Kelamin?)

Untuk kehidupan biota laut contohnya, bagi hewan seperti penyu, kantong plastik di air dapat terlihat seperti ubur-ubur, bagi burung camar mereka bisa salah mengira bahwa sampah plastik yang mengambang di permukaan dapat terlihat sebagai camilan lezat ketimbang plankton yang semestinya memang dimakan.

Mengonsumsi semua sampah plastik tersebut, maka artinya hewan-hewan ini telah menelan semua racun yang tidak dapat dicerna sebagai pengganti makanan. Tentu saja hal ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan hewan-hewan itu sendiri. Sayangnya, dikatakan sejauh ini bahwa sampah laut merusak lebih dari 600 spesies. Kerusakan spesies laut inilah yang dianggap sebagai awal dari kepunahan massal keenam di Bumi. Mengerikan bukan?

Mengapa kita harus merasa khawatir dengan polusi plastik di laut? Ketahuilah bahwa membunuh makhluk-makhluk laut itu berdampak buruk bagi manusia. Plastik-plastik yang tidak sengaja termakan oleh para biota laut masuk ke pencernaan hewan dan secara tidak langsung, kita sendiri lah yang memakan kembali sampah plastik yang dibuang ke laut ketika mengonsumsi hewan-hewan laut tersebut. Sehingga seperti bahaya untuk hewan, maka plastik tersebut pun bisa masuk ke jaringan tubuh dan mengakibatkan konsekuensi yang berpotensi membahayakan.

Selain itu, dampak negatif lainnya ialah pencemaran udara. Mekanismenya ialah di mana mikropartikel plastik dari kosmetik dan microfiber dari pakaian sintetis dicuci dan larut ke dalam sistem pembuangan kotoran. Selain berakhir di laut, seperti penjelasan dari Professor Frank Kelly, seorang ahli kesehatan lingkungan dari King's College London, yang mengatakan bahwa jangka panjang limbah plastik ini bisa terbawa oleh angin. Partikel-partikel lain terperangkap dalam limbah yang digunakan untuk menyuburkan ladang pertanian kemudian mengering dan terbawa dan tertiup oleh angin Setelah itu mengering, itu mungkin saja diambil dan ditiupkan oleh angin.

“Ada kemungkinan nyata bahwa beberapa mikropartikel itu akan terperangkap ke udara dan mereka akan dibawa kemana-mana dan akhirnya kita akan menghirupnya,” jelas Frank. Demikian seperti diwarta Independent, Selasa (5/6/2018).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(tam)