Share

Harga Minyak Dunia hingga Pelemahan Rupiah Jadi Tantangan Ekonomi RI

Giri Hartomo , Okezone · Rabu 23 Mei 2018 21:18 WIB
https: img.okezone.com content 2018 05 23 20 1901901 harga-minyak-dunia-hingga-pelemahan-rupiah-jadi-tantangan-ekonomi-ri-nSngKRqNX9.jpg Ilustrasi: Foto Shutterstock
A A A

JAKARTA - Pengamat Ekonomi Indef Eko Listianto menyebut ada dua tantangan terbesar bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomiannya. Kedua tantangan tersebut berasal dari faktor eksternal atau kondisi perekonomian global.

Faktor pertama yang dimaksudkan adalah meningkatnya harga minyak mentah dunia. Menurutnya peningkatan minyak mentah dunia ini bahkan sudah melebihi nilai yang ada di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

Seperti diketahui, dalam APBN 2018, pemerintah menetapkan harga minyak mentah Indonesia adalah USD48 per barel. Sedangkan saat ini harga minyak mentah dunia sudah menyentuh angka USD80 per barel.

"Indef mengingatkan harga minyak sampai saat ini tantangan besar ada di harga minyak. Karena desainnya subsidi terbatas dari awal sudah dipatok rendah padahal ketika APBN diketok enggak ada segitu, bahkan ketika nota diserahkan ke DPR enggak ada angka segitu," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/5/2018).

 

Ini juga tentunya berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Karena semakin tinggi harga minyak dunia, maka akan semakin tinggi bila kebutuhan dolar untuk melakukan impor.

Seperti diketahui, saat ini PT Pertamina (Persero) masih membutuhkan impor minyak mentah untuk membutuhkan stoknya. Selain itu, PT PLN (Persero) juga sama halnya seperti Pertamina masih membutuhkan impor minyak untuk kebutuhan bisnisnya.

"Refleksi yang paling cepat adalah nilai tukar. Sebetulnya tantangan 2018 terkait menstabilkan nilai tukar, membuat APBN lebih fit kredibel dan realistis terhadap harga minyak," kata Eko.

 

Dan betul saja, saat ini Indonesia harus menghadapi tantangan kedua yakni adanya pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah. Saat ini nilai tukar Rupiah sudah menyentuh angka Rp14.200 per USD.

Padahal pada tahun lalu, nilai tukar Rupiah bisa dibilang cukup stabil. Namun pada tahun ini, nilai tukar Rupiah langsung mengalami pelemahan sejak awal tahun. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. "Memang momentum 2018 berbeda dengan 2017. 2017 Rupiah sudah stabil. 2018 serangan mulai sejak awal," ucapnya.

Menurut Eko, melemahnya nilai tukar Rupiah dimulai sejak pergantian Gubernur Bank Sentral Amerika. Yang mana gubernur baru Bank Sentral Amerika Serikat ini mengeluarkan kebijakan yang membuat menguatnya nilai tukar dolar. "2018 serangan mulai sejak awal semenjak pergantian gubernur the Fed yang baru. Itu ternyata banyak sekali implikasinya," jelasnya.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(dni)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini