SINGAPURA - Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menggelar latihan militer gabungan secara rutin setiap tahun.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat berjanji kepada sekutu-sekutunya bahwa Washington DC akan tetap teguh pada komitmen menjaga keamanan setelah Presiden Donald Trump membatalkan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan.
Keputusan Trump ini dikemukakan seusai bertemu dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Singapura, pada Selasa 12 Juni 2018. Trump mengatakan latihan militer gabungan itu merupakan hal provokatif, meskipun AS telah berulang kali menegaskan pentingnya latihan itu diadakan.
Perkataan Trump menimbulkan indikasi bahwa sekutu-sekutu AS tidak diberitahu mengenai pembatalan latihan.
Kantor kepresidenan Korsel, yang lazim disebut Gedung Biru, menyatakan perlu mencari tahu apa makna sebenarnya atau niatan di balik pernyataan Trump. Pada Selasa, Presiden Korsel Moon Jae-in, berbincang dengan Trump selama 20 menit. Namun, menurut kantor berita Reuters, transkrip resmi pembicaraan tersebut tidak menyebut latihan militer sama sekali.
Pembatalan latihan gabungan AS-Korsel dipandang sebagai konsesi besar bagi Korut yang selama ini mengecam kerja sama tersebut.
Kim Jong-un mengatakan sangat penting menghentikan aksi militer satu sama lain yang mengganggu dan bermusuhan. Sebagaimana dilaporkan kantor berita KCNA, Kim mengatakan kedua negara seharusnya berkomitmen menahan diri menimbulkan rasa benci satu sama lain serta menempuh langkah-langkah secara hukum dan institusional untuk menjaminnya.
Sehari sebelum Trump dan Kim bertemu, Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak yakin jumlah pasukan AS di Semenanjung Korea akan jadi pembahasan kedua kepala negara.
Ketika ditanya apakah dia tahu jika diskusi semacam itu sudah direncanakan, dia menjawab, "Ya, jelas saya tahu".
Bagaimanapun, Pentagon membantah Mattis 'kecolongan'. Menurut juru bicara Pentagon, Dana White, topik tersebut sudah dikonsultasikan kepada Mattis.
Dalam pernyataan kepada BBC, White menyebut, "aliansi kami masih sekuat besi dan memastikan perdamaian serta stabilitas di kawasan tersebut."
Dalam serangkaian cuitan pada Selasa Trump menulis "tiada batas" apa yang bisa dicapai Korut jika negara itu meninggalkan program senjata nuklirnya.
Dia berterima kasih kepada Kim Jong-un yang mengambil langkah pertama secara berani menuju masa depan baru yang cerah demi rakyatnya. Trump juga menulis, bahwa dunia telah mengambil langkah mundur dari potensi bencana nuklir.
Pertemuan kedua figur itu tak terbayangkan beberapa bulan lalu. Kedua pria yang sempat menyampaikan kata-kata ancaman itu saling berjabat tangan di hadapan rangkaian bendera AS dan Korut.
Dalam pernyataan sesudah pertemuan, kedua negara akan bekerja sama menuju "hubungan yang baru". Adapun AS akan menyediakan "jaminan keamanan" untuk Korut.
Trump berkata, Kim Jong-un menyepakati bahwa denuklirisasi harus "diverifikasi", tuntutan utama AS sebelum pertemuan. Kim sepakat menghancurkan lokasi utama uji coba mesin rudal. Walau begitu, sanksi masih tetap berlaku dan bahwa kami belum menyerahkan apapun.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(wdi)