TORONTO - Penyelidik Kanada, Selasa, 24 Juli, mengatakan penembakan massal, yang menewaskan dua orang dan melukai 13 lainnya, tidak terkait terorisme.
Sementara itu, polisi juga masih menyelidiki kehidupan laki-laki bersenjata berusia 29 tahun itu untuk mencari tahu apa yang membuatnya mengamuk dan menyerang pengunjung restoran dan kafe di kawasan yang populer di Toronto, Kanada.
BACA JUGA: Aksi Brutal Penembakan di Kanada Tewaskan 14 Orang
Tersangka penyerang, Faisal Hussain, tewas setelah baku tembak dengan polisi. Keluarganya mengatakan ia menderita "gangguan berat kejiwaan" seumur hidup, tetapi tidak pernah menyangka ia akan melakukan hal itu. Belum jelas apakah ia bunuh diri atau dibunuh polisi dalam serangan Minggu, 22 Juli malam tersebut.
Selasa, Kementerian Keamanan Publik menepis kecurigaan adanya kaitan dengan terorisme.
Keluarga Hussain merilis pernyataan bahwa putra mereka sudah sejak lama mengidap psikosis dan depresi, dan tidak mempan berbagai cara mengatasi gangguan itu, termasuk terapi dan obat.
BACA JUGA: Pelaku Penembakan di Toronto Disebut Sakit Jiwa
Dari mana Hussain mendapat pistol masih belum diketahui.
Kanada merombak Undang-Undang Pengendalian Senjata Api setelah penembakan massal terburuk di negara itu pada 1989, ketika Marc Lepine menembak tewas 14 perempuan dan dirinya sendiri di kampus Ecole Polytechnique di Montreal. Memiliki pistol atau jenis senapan otomatis yang tidak terdaftar, kini ilegal.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(dka)