ISLAMABAD – Warga Pakistan memberikan suaranya dalam pemilihan umum (pemilu) pada Rabu, 25 Juli di tengah situasi keamanan yang mengkhawatirkan akibat ledakan yang menewaskan sedikitnya 28 orang di dekat tempat pemungutan suara.
Ledakan bom yang terjadi di Kota Quetta, Provinsi Baluchistan itu menewaskan sedikitnya 28 orang dan melukai 35 lainnya. Ini merupakan insiden kedua yang terjadi di kota itu setelah serangan bom bunuh diri kelompok militan ISIS awal bulan ini yang menewaskan 153 orang.
BACA JUGA: Jumlah Korban Jiwa Serangan Bom Kampanye Pemilu Pakistan Capai 149
"(Pembom) mencoba masuk ke tempat pemungutan suara. Ketika polisi mencoba menghentikannya dia meledakkan dirinya sendiri," kata pejabat pemerintah setempat, Hashim Ghilzai sebagaimana dilansir AFP, Rabu (25/7/2018).
Hampir 106 juta penduduk yang terdaftar dapat memberikan suaranya dalam pemilu yang menandai transisi kekuasaan di negara yang dikuasai oleh militer dalam beberapa dekade terakhir. Namun, pemilu ini disebut-sebut sebagai “pemilu paling kotor” dengan berbagai tuduhan kecurangan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata dan meluasnya aksi partai-partai ekstremis.
BACA JUGA: Menteri Dalam Negeri Pakistan Selamat dari Upaya Pembunuhan oleh Pria Bersenjata
Militer telah menolak tuduhan tersebut dan mengatakan tidak memiliki "peran langsung" dalam proses pemilihan. Otoritas pemilu telah memberi kewenangan kepada para perwira tinggi militer untuk berada di dalam pusat-pusat pemungutan suara yang semakin memicu kekhawatiran akan terjadinya manipulasi.
Mantan atlet kriket sekaligus pahlawan olahraga Pakistan, Imran Khan dan mantan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif yang kini mendekam di penjara merupakan dua kandidat terkuat yang bersaing memperebutkan tampuk kepemimpinan negara Asia Selatan itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(dka)