JAKARTA - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan kenaikan volume penjualan rokok sebesar 0,7% year-on-year (yoy) dengan total penjualan sebanyak 25 miliar batang pada kuartal II-2018.
Disebutkan, penjualan rokok HMSP dilaporkan mencapai 48 miliar batang sepanjang paruh pertama tahun ini. Penjualan tersebut terdiri dari 23 miliar batang pada kuartal I-2018 dan 25 miliar batang pada kuartal II-2018. Penjualan rokok pada kuartal II-2018 meningkat 0,7% yoy dari kuartal II/2017 sejumlah 24,8 miliar batang.
Sepanjang Januari-Juni 2018, penjualan rokok HMSP merosot 0,5% yoy dari semester I/2017 sejumlah 48,2 miliar batang. Namun demikian, perusahaan berhasil mempertahankan pangsa pasar di Indonesia sebesar 33,2%, tertinggi di antara pemain sejenis lainnya.
Head of Research BCA Sekuritas Pandu Anugrah menyampaikan, kinerja penjualan rokok HMSP sesuai dengan estimasi tim analis perusahaan. Performa tersebut didukung sejumlah produk andalan seperti Marlboro Filter Black dan Dji Sam Soe Magnum Mild.
”Kedua merek merupakan produk SKM (Sigaret Kretek Mesin). Kinerja HMSP memang lebih ditopang produk dari SKM, sehingga masih bisa di atas kinerja industri,” ujarnya.
Pada semester I-2018, penjualan rokok di Indonesia mencapai 144,5 miliar, turun 1,4% yoy dari sebelumnya 146,6 miliar. Perinciannya, kuartal I-2018 sejumlah 69,3 miliar, dan kuartal II-2018 sebanyak 75,2 miliar. Penjualan pada kuartal II-2018 tumbuh 8,6% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq). Kenaikan itu serupa dengan pertumbuhan penjualan HMSP secara qoq yang juga meningkat 8,6%.
Pandu menyampaikan, pemulihan penjualan pada periode April-Juni 2018 menunjukan adanya peningkatan daya beli masyarakat. Namun, momentum kenaikan ini diperkirakan tidak berlanjut pada semester II-2018. Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Stella Amelinda pernah bilang, kinerja HMSP di sisa tahun ini masih dibayangi sentimen pelemahan nilai tukar rupiah.
Menurut Stella, pelemahan rupiah akan berdampak pada harga bahan baku yang diimpor untuk HMSP. Akibatnya, beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) terkerek naik dan mengikis laba kotor maupun margin laba kotor perusahaan. “Pastinya ini akan berdampak negatif pada bottom line perusahaan jika tidak diimbangi dengan kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata HMSP," ujarnya.
Tambah lagi, meski indeks keyakinan konsumen sepanjang April lalu membaik, dirinya melihat belum terjadi pemulihan pada pola konsumsi masyarakat. Potensi naiknya cukai yang melebihi tingkat inflasi juga diprediksi akan semakin menekan kinerja keuangan HMSP. Namun, pemberlakuan pajak rokok elektrik yang rencananya dimulai pada 1 Juli, dinilai Stella, bisa menjadi sentimen positif buat HMSP. Aturan ini berpotensi menyokong kinerja HMSP untuk divisi rokok putihnya, mengingat pajak rokok elektrik cukup besar yaitu mencapai 57%.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(kmj)