JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan nilai tukar Rupiah masih mengalami tekanan depresiasi dengan volatilitas yang menurun. Secara point to point, Rupiah melemah sebesar 3,94% pada triwulan II-2018 dan 0,62% pada Juli 2018.
Menurut Pengamat Ekonomi Faisal Basri, pelemahan Rupiah tahun ini menjadi yang terburuk. Pasalnya depresiasi yang terjadi pada Mata Uang Garuda cukup tajam.
"Ini nilai tukar Rupiah terburuk sepanjang sejarah," tegasnya, dalam Forum Indosterling, Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Dia mengatakan, saat krisis ekonomi 1998 pelemahan nilai tukar Rupiah tidak terlalu parah. "Tahun 1998 itu rata-rata Rupiah cuma Rp10.000, sekarang Rp13.889. Terburuk sepanjang sejarah rata-rata setahun," tuturnya.
Memang, kata Faisal, ada pelemahan terburuk di mana sampai level Rp17.000 per USD, hanya saja, depresiasi satu sampai dua hari saja.
"Kita pernah Rp16.000, Rp17.000 tapi cuma dua hari. Jadi pemerintah cepat bertindak. Nah anda nanti lihat tuh Rupiah terus merosot nah prediksinya," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perkembangan Rupiah pada bulan Juli disertai dengan volatilitas yang menurun, meskipun dolar AS terus mengalami penguatan secara luas.
"Secara year to date (ytd) Rupiah terdepresiasi 7,04% atau lebih rendah dari India, Brasil, Afrika Selatan, dan Rusia," ujarnya.
(feb)
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(rhs)