Share

3 Mahasiswa Unand Ciptakan Teknologi Pendeteksi Kontraksi Rahim Bumil

Vanni Firdaus Yuliandi, Okezone · Rabu 15 Agustus 2018 13:12 WIB
https: img.okezone.com content 2018 08 15 65 1936808 3-mahasiswa-unand-ciptakan-teknologi-pendeteksi-kontraksi-rahim-bumil-F9qpTemkna.jpg Foto: Mahasiswa Unand (Dok Unand)

PADANG – Mahasiswa Universitas Andalas Fakultas Teknik Universitas Andalas (Unand) ciptakan alat pembaca kontraksi digital pada otot rahim ibu hamil yang mampu mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim ibu.

Ketiga mahasiswa tersebut M Rendy, Ahmad Yunus, dan Siti Zahirah dari fakultas kedokteran di bawah bimbingan Dosen Teknik Elektro Muhammad Ilhamdi Rusydi.

Rendy mengatakan, pembuatan alat ini dilatarbelakangi dari sulitnya para bidan melakukan penghitungan kontraksi rahim ibu hamil secara manual dan memakan waktu lama, dengan hasil yang tak akurat, lantaran sensibilitas tangan antar individu berbeda-beda.

Dia bersama rekannya menciptakan alat khusus menggunakan Sensor Surface-Electromyography (sEMG) yang akan menjadi solusi dalam pemecahan masalah penghitungan kontraksi rahim ibu hamil.

Dikatakannya sistem kerja alat dengan cara pemasangan sensor pada sabuk yang ditempatkan di pusar ibu hamil. Nantinya alat pendeteksi kontraksi digital pada rahim ibu memberikan perhitungan yang akurat, efektif, mudah dan portable.

“Maka nilai yang terbaca oleh sensor dapat ditampilkan melalui android atau bahkan bisa diakses dengan internet,” jelasnya seperti dikutip Okezone dalam situs Unand, Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Dijelaskannya tampilan selamat datang pada monitor, dan silakan pilih menu di bawah ini, apakah kontraksi, data kontraksi tersimpan atau darurat. Itulah tampilan awal pada alat pendeteksi kontraksi rahim. Menurutnya alat ini lebih diprioritaskan kepada bidan, sebab bidan adalah profesi yang memiliki peranan paling besar dalam proses persalinan di Indonesia untuk saat ini.

“Berdasarkan informasi dari pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI, penolong persalinan terbanyak saat ini dilakukan oleh bidan yakni 68,6 persen. Sedangkan dibantu oleh dokter hanya 18,5% sisanya tenaga non-media dan bahkan ada yang tanpa penolong,” ujarnya Siti Zahirah.

Dijelaskannya dalam menolong persalinan hal yang paling terpenting adalah pengukuran kontraksi rahim melalui pengukuran kontraksi tersebut, bidan dapat memahami dan mengevaluasi kemajuan persalinan serta mengetahui dari awal masalah dalam persalinan.

“Sebab permasalahan yang sering ditemukan di lapangan, salah satunya terjadinya kelainan dalam jumlah dan kekuatan kontraksi yang dapat menyebabkan kematian janin. Pada umumnya pengukuran kontraksi rahim ini dapat dibantu dengan menggunakan kardiotokografi janin,” ujarnya.

Sayangnya, alat tersebut tidak dapat digunakan oleh bidan dikarenakan bukanlah wewenang dari profesi tersebut yang selama ini bidan hanya dapat melakukan pengukuran kontraksi rahim secara manual dengan teknik palpasi pada pusar ibu.

Diungkapkannya permasalahan dari teknik tersebut adalah bidan harus selalu berada didekat ibu ketika dilakukan pengukuran kontraksi rahim dengan adanya alat tersebut, dapat membantu bidan dalam mengukur nilai kontraksi rahim pada ibu hamil.

Alat ini sudah kami kembangkannya bersama rekan dan pembimbing sejak awal April 2018 dan sudah belasan kali gagal, akhirnya alat tersebut jadi juga dengan dana Rp 8 juta dan sekarang tengah dirancang dan dibuat ulang alat terbaiknya.

Sementara itu Muhammad Ilhamdi Rusydi mengatakan alat ini sangat bermanfaat karena dapat membantu bidan dalam mengukur kontraksi pada ibu hamil yang lebih akurat dan mudah karena menggunakan (sEMG) untuk mendeteksi kontraksi otot rahim yang lebih sensitif dibandingkan dengan teknik palpasi secara manual sehingga interpretasi datanya lebih tepat.

“Alat ini dilengkapi fitur android, riwayat hasil pengukuran kontraksi yang dapat tersimpan secara otomatis dan datanya tercatat dalam bentuk digital sehingga dapat memudahkan dalam melakukan analisa kesehatan jika terjadi kelainan pada kontraksi ibu hamil," ujarnya,

Dari segi sosial dan ekonomi dibandingkan dengan alat pengukuran kontraksi rahim yang telah dipasarkan yaitu kardiotokografi (CTG) dikatakannya alat ini lebih terjangkau serta dengan alat ini bidan lebih maksimal dalam memberikan pelayanan.

Kemudian setelah melalui monitoring evaluasi (monev) atau seleksi nasional proposal, Rendy dan tim diundang untuk tampil di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 31 di UNY, Yogyakarta pada (28/8 – 3/9) dan pada lomba Pekan Elektro Universitas Andalas alat ini mendapat juara Best Performance.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini