Share

Maraknya Sinetron Bertema Azab Tuhan, Ini Kata Deddy Mizwar

Vania Ika Aldida, Okezone · Selasa 13 November 2018 23:08 WIB
https: img.okezone.com content 2018 11 13 598 1977408 maraknya-sinetron-bertema-azab-tuhan-ini-kata-deddy-mizwar-miOu2iCJdZ.jpg Deddy Mizwar (Foto: Vania/Okezone)
A A A

JAKARTA - Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional dengan tema 'Ada Apa dengan TV Rating Indonesia' yang digelar di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2018), yang diadakan oleh sebuah perusahaan bernama Inrate. Acara tersebut juga turut dihadiri oleh Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Obsatar Sinaga dan praktisi pertelevisian Achjuman Achjadi.

Dalam seminar tersebut, pria 63 tahun ini membahas mengenai rating tayangan televisi di Indonesia yang kurang bisa menjadi tolok ukur bagus atau tidaknya sebuah tayangan. Bahkan seharusnya sebuah stasiun televisi dan rumah produksi, sudah seharusnya tidak hanya memikirkan popularitas semata, tetapi jiga harus memberikan konten yang berkualitas pada masyarakat.

Baca Juga: Daftar Lengkap Pemenang SILET Awards 2018

Baca Juga: 2 Peramal Ini Prediksi Pernikahan Jessica Iskandar & Richard Kyle Nanti Tidak Langgeng

Deddy Mizwar

Sebagaimana diketahui, industri pertelevisian Indonesia menggunakan data rating yang dikeluarkan oleh perusahaan bernama Nielsen. Perusahan tersebut diketahui sanggup untuk menghitung berapa besar rating suatu tayangan di Indonesia, dengan menggunakan alat bernama people meter.

Sayangnya, alat tersebut tidak bisa mengetahui apakah penonton yang benar-benar menyaksikan televisi suka dengan tayangan tersebut, atau hanya menonton lantaran ingin mencibir. Bahkan, maraknya tayangan bertema azab, membuat beberapa stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat karya tersebut.

"TV rating ini adalah alat ukur untuk mendorong dinamika bisnis di media. Itu poin pertama. Yang Kedua apakah masih diperlukan pembanding untuk mengukur TV rating tadi? Sementara TV rating tadi tidak menunjukkan saat ini tidak menunjukkan suka atau tidak suka pemirsa terhadap suatu program tadi," papar Deddy Mizwar.

"Cuma TV nyala, TV nyala di program-program azab, maka berlomba-lombalah TV mensosialisasikan kekejaman Allah bukan rahmat Allah. Ya dampaknya seperti sekarang inilah," sambungnya.

Menanggapi hal tersebut, suami dari R. Giselawati Wiranegara ini menganggap bahwa Indonesia perlu memiliki lembaga independen yang dapat mengukur secara pasti mengenai indikator disukai atau tidaknya sebuah tayangan televisi. Bahkan ia masih berharap agar televisi bisa kembali kepada prinsip awal sebagai media yang sanggup untuk mencerdaskan bangsa, tentunya dengan tayangan-tayangan yang mengedukasi.

"Dari hasil paparan tadi, saya kira kalau sejarah Nielsen berkolaborasi dengan TVSI dan juga P3I perlu enggak ada lembaga independen lainnya? Saya rasa perlu pembandingan seperti yang dinyatakan. Penelitian perilaku dari masyarakatnya masalah suka dan tidak suka," ujarnya.

"Apa benar kita sangat menggemari azab tapi kelakuan tidak berubah? Judulnya saja sudah aneh-aneh sekarang. Begitu luar biasa inovasi itu. Saya kira pada awalnya TV adalah salah satu media untuk mencerdaskan bangsa, tapi ini sudah enggak tahu kemana jalannya," tambahnya.

Wagub Jawa Barat, Deddy Mizwar Wakilkan Jawa Barat Raih penghargaan Apresiasi Pembinaan Atlet Muda Berprestasi

Kemunculan sebuah TV rating bernama Inrate, yang mengkombinasikan teknologi pengumpulan data dengan metode penelitian aktual, nampaknya dapat digunakaan untuk memfasilitasi stasiun televisi, agency, dan para pengiklan untuk mendapatkan data berdasarkan kualitas masyarakat. Metode bersifat transparan, dapat diaudit, dan melibatkan 3000 lebih responden, nampaknya bisa membuat tayangan televisi di Indonesia berisi edukasi bagi penontonnya.

Apalagi, menurut bintang film Nagabonar tersebut, rating sangat diperlukan sebagai cara stasiun televisi memasarkan produk mereka. Belum lagi, saat ini masyarakat semakin dimanjakan dengan kemunculan telepon genggam yang dapat mengakses televisi secara online.

"(Kalau tidak ada rating) Ya pegangannya apa untuk memasarkan sebuah produk?," ucapnya.

"Tapi dengan pendekatan yang objektif dari berbagai sisi kuantitatif dan kualitatif itukan penting sampai ada pembanding. Ini ada media online yang bisa dilihat dari HP, banyak pilihan," tutupnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ady)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini