JAKARTA - Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Australia sudah digagas sejak dua tahun lalu dan rencananya akan ditandatangai dalam waktu dekat.
Setelah beberapa kali penundaan, perjanjian tersebut rencananya akan ditandatangani tanggal 14 November mendatang dalam pertemuan ASEAN di Singapura.
Namun ada kemungkinan perjanjian tersebut kembali tertunda setelah pemerintah Indonesia menyatakan keberatannya, jika Australia akan memindahkan Kedutaan Besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Baca Juga:
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Penamaan Produk Mulai Ditinggalkan
Bahasa Indonesia Penting untuk Diperkuat dan Dibina
Dosen bahasa dan akademis kajian Indonesia di Monash University Yacinta Kurniasih menyambut segera ditandatanganinya perjanjian tersebut, meski menurutnya ada faktor yang dilupakan yakni budaya.
"Australia selalu sangat antusias dalam menjalin hubungan kerjasama politik dan ekonomi, tapi dari sisi hubungan budaya dan bahasa, Indonesia belumlah diuntungkan," ujar Yacinta kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia seperti dikutip ABC.net.au, Jakarta, Selasa (13/11/2018).
Menurutnya, pernyataan pentingnya Indonesia bagi Australia sudah menjadi retorika lama, namun masih kurang dalam penerapannya.
"Terutama bagi para politisi dan pengambil kebijakan di Australia, kita mendengar dukungan mereka kepada sekolah-sekolah masih sangat kurang, bahkan ada yang membiarkan program bahasa Indonesia ditutup," kata Yacinta.
Yacinta mengatakan saat ini hubungan antar warga, khususnya organisasi kepemudaan, yang paling sering bergerak dalam upaya meningkatkan pemahaman soal Indonesia.
Baca Juga:
Guru & Dosen di AS Ikuti Pelatihan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Peringati Harkitnas, Remaja di Rusia Ikuti Lomba Pidato Bahasa Indonesia
Seperti yang dilakukan oleh Sally Hill, warga Australia asal Kawasan Ibu Kota Australia (ACT) yang tahun ini dinominasikan sebagai Young Australians of The Year di ACT.
Sally dianggap telah meningkatkan hubungan bilateral Australia dan Indonesia lewat pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggagas lomba pidato bahasa Indonesia tahunan di Australia, National Australia Indonesia Language Awards (NAILA).
Tahun ini menjadi tahun ketiga digelarnya NAILA, dengan pemberian penghargaan yang berlangsung Jumat malam (9/11/2018) di kawasan Collins St, Melbourne.
Tahun lalu ABC melaporkan jumlah peserta NAILA mencetak rekor terbanyak, hingga mencapai 133 orang.
Tapi dari sebuah pernyataan yang dikirim panitia NAILA, tahun ini disebutkan menerima hampir 100 peserta untuk 10 kategori lomba.
Salah satu juri lomba, Jane Ahlstrand, yang juga pernah menang kompetisi Naila, mengatakan ada anggapan bahwa kompetisi ini hanya ditujukan bagi warga Australia yang sudah lancar berbahasa Indonesia.
"Padahal kompetisi ini terbuka untuk semua tingkat, dan yang terpenting bukan untuk menang tapi meningkatkan kemampuan bahasa," kata Jane, dosen Bahasa Indonesia di University of New England di Armidale (NSW).
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya