Share

Pedestrian Kawasan Sudirman-Thamrin Fokus Pejalan Kaki dan Sepeda

Koran SINDO , Jurnalis · Senin 10 Desember 2018 11:32 WIB
https: img.okezone.com content 2018 12 10 470 1989092 pedestrian-kawasan-sudirman-thamrin-fokus-pejalan-kaki-dan-sepeda-CCGuF9twpD.jpg Foto: Okezone
A A A

JAKARTA - Pedestrian atau pejalan kaki menjadi fokus penataan jalan sepanjang kawasan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta. Penataan ini akan rampung pada akhir 2018.

Penataan jalan di ibu kota saat ini mengembangkan konsep active transport yang menitikberatkan pada non motorized transpor, yakni jalan kaki dan sepeda. Pembenahan jalan di Sudirman-Thamrin menjadi contoh pemberlakuan active transport .

“Setelah jalur pedestrian / trotoar dilebarkan, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) ditata dan sebagian diganti pelican crossing . Akhir bulan ini JPO Tosari akan dirobohkan dan diganti pelican crossing ,” ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Widjiatmoko.

Penyelesaian Pembangunan Pedestrian Stasiun MRT Dukuh Atas

Menurut dia, penataan jalan melalui pengembangan active transport tentu harus diintegrasikan dengan Jak Lingko sehingga masyarakat khususnya pengguna kendaraan pribadi lebih nyaman menggunakan moda transportasi massal. Dengan begitu, penataan jalan itu nomor satunya pejalan kaki, kemudian sepeda dan angkutan umum, serta terakhir kendaraan pribadi.

“Ke depan, kita juga akan melakukan pengetatan parkir. Pengetatan parkir melalui dua cara, yakni peningkatan biaya parkir dan pengurangan tempat parkir,” kata Sigit.

Baca Juga: Daftar Kota Paling Futuristik: Wi-Fi Gratis hingga Kecanggihan Teknologi

Selain JPO yang digantikan pelican crossing, terdapat tiga JPO direvitalisasi, yakni JPO Polda Metro Jaya, Gelora Bung Karno (GBK), dan Bundaran Senayan/Ratu Plaza. Tiga jembatan itu menelan biaya sebesar Rp56 miliar.

Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Safrudin mengatakan, saat ini penataan Jalan Sudirman- Tham rin belum bisa dievaluasi. Namun, ada sedikit catatan, seperti trotoar depan Indofood Building depan WTC arah Semanggi terlalu rendah dari jalan raya sehingga rentan terkena limpasan air saat hujan. Kemudian terkait taman karena sesungguhnya trotoar tidak memerlukan taman kecuali untuk median jalan.

Penyelesaian Pembangunan Pedestrian Stasiun MRT Dukuh Atas

Menurutnya, keberadaan taman di trotoar justru menghalangi dan memakan tempat untuk pejalan kaki. “JPO itu memang sangat tidak ramah dan sudah seharusnya digantikan pelican crossing ,” ucapnya.

Baca Juga: Daftar 20 Kota Paling Sustainable di Dunia, Jakarta Peringkat Berapa?

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik mengapresiasi penataan jalan sepanjang Sudirman-Thamrin sebagai percontohan penataan jalan di ibu kota. Namun, dia menyayangkan tidak adanya transparansi anggaran revitalisasi tiga JPO itu.

“Jika pembiayaan dari Corporate Social Responsibility (CSR), segera umumkan CSR mana? Jika dari APBD juga segeralah ditunjukkan karena berdasarkan pengecekan yang kami lakukan pembiayaan proyek tiga JPO memang tidak ditemukan,” ungkap politisi Partai Gerindra itu.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, perubahan desain JPO di koridor Sudirman-Thamrin untuk memfasilitasi seluruh warga. Desain JPO yang dibuat menampilkan wajah ke majuan Jakarta. “Perancangannya mau diubah supaya bisa memfasilitasi semua. Desain tentu kita ingin buat baik dan bagus,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, hal yang harus diutamakan dalam perbaikan JPO adalah faktor keselamatan, kemudian unsur estetika juga penting. Perbaikan JPO dilakukan bertahap. Jika mendapat respons bagus, Pemprov DKI berencana menambah jumlah daftar JPO untuk diperbaiki.

“Jangan sampai sekadar membangun agar kelihatan secara jumlah selesai banyak, tapi efek di masyarakat kita lihat dulu. Ini kita jadikan kesempatan untuk direview,” kata Anies.

Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Rikardo menuturkan, kriteria JPO pada prinsipnya dibangun jika volume lalu lintas tergolong tinggi dan laju kecepatan kendaraan yang lewat juga tinggi. Ditambah lagi volume pejalan kaki sangat tinggi. Namun, apabila volume pejalan kaki tinggi, tapi kecepatan lambat hanya 5- 20 kilometer (km) per jam seperti di kawasan Sudirman-Thamrin, lebih baik memang dibuatkan zebra cross.

“JPO yang layak bagi pejalan kaki memang mahal, namun hal itu bisa dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Terpenting Pemprov DKI sebagai regulator harus menegakkan aturannya,” ujarnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini