JAKARTA - Menteri Kordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menggelar rapat koordinasi tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan di kantornya. Dalam acara tersebut turuh hadir Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil.
DItemui usai rapat, Sofyan mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai RUU Pertanahan ini. Diharapkan bisa rampung pada tahun depan tepatnya sebelum pemilihan umum berlangsung (Pemilu).
"Kita sedang berbicara dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Insya Allah sebelum pamitnya parlemen Insya Allah selesai. Insya Allah sebelum habisnya parlemen ini selesai," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Baca Juga: Siap-Siap, Indonesia Akan Punya Bangunan di Bawah Laut
Sofyan menjelaskan saat ini progres pembahsaan RUU di DPR sudah mencapai sepertiganya. Dari sekitar 900 Daftar Inventaris Masalah (DIM) yang dibahas sudah 300 DIM yang rampung dibahas.
"Progresnya pembicaraan terus jalan. Tapi kan anggota dewan banyak yang sibuk, anggota dewan juga banyak yang sibuk tapi terus panja sudah bekerja dan kita sudah bahas secara bersama. DIMnya sekitar 900-an dan sekarang sudah 300-an sudah sepertiganya," jelasnya.
Menurut Sofyan dengan rampungnya RUU Pertanahan ini, maka nantinya akan bisa mengakomodir seluruh yang berkaitan dengan pertanahan. Termasuk juga pembangunan yang sifatnya di bawah air atau laut.
Menurut Sofyan, adanya RUU ini bisa membuka peluang investor untuk membangun seperti hotel di bawah laut. Asalkan ada investor tersebut benar-benar mampu secara financial.
"Belum tahu. Tapi oleh undang-undang harus ditampung kalau trend itu, kalau kecuali orang mau bikin hotel di angkasa. Tapi secara menyangkut tanah kita akan tampung itu. Karena saya lihat yang Dubai itu dia bikin dulu di darat terus ditenggelamkan," jelasnya.
Baca Juga: Dubai Bangun Hotel Bawah Laut Terbesar di Dunia
Menurut Sofyan, biaya untuk membangun hotel di bawah laut sendiri cukup mahal. Sejauh ini hanya ada satu negara yang mampu membangun fasilitas mewah tersebut yakni Uni Emirat Arab (UEA) di Dubai.
"Hotel di bawah laut itu bikin hotel di bawah laut di Dubai tapi itu permainan orang super super kaya karena setiap minggu bahkan setiap hari harus dibersihkan supaya cermin aquariumnya jelas tapi tiap hari harus dibersihkan. Tapi biayanya mahal sekali. Super rich-rich-nya enggak mau kali bikin di sini," jelas Sofyan
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(dni)