Share

Kisah Perjuangan Para Atlet Muslim Tetap Berkompetisi Dalam Kondisi Berpuasa

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis · Kamis 16 Mei 2019 12:01 WIB
https: img.okezone.com content 2019 05 16 614 2056377 kisah-perjuangan-para-atlet-muslim-tetap-berkompetisi-dalam-kondisi-berpuasa-c3u9CKVzMK.jpg Atlet Muslim (Foto: The Guardian)
A A A

BULAN Ramadan menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet Muslim di dunia. Bayangkan saja, mereka harus tetap menjalani latihan rutin serta mengikuti kompetisi dalam kondisi berpuasa.

Pengalaman mereka pun berhasil menarik perhatian berbagai media internasional, termasuk The Guardian yang mengulas secara mendalam tentang kehidupan sejumlah atlet Muslim dari berbagai cabang olahraga.

Dalam artikel berjudul "Fasts and late-night protein shakes: how Muslim athletes compete during Ramadan,", disebutkan bahwa puasa dapat memengaruhi peforma para atlet profesional sekaligus meningkatkan persentase cedera. Kendati demikian, belum ada satupun hasil penelitian yang membuktikan hal tersebut.

Pernyataan itu justru dibantah oleh mantan atlet NBA Hakeem Olajuwon yang mengungkapkan bahwa, tubuhnya cenderung merasa lebih ringan, cepat, dan fokus saat bertanding dalam kondisi berpuasa.

Hal senada juga diakui oleh seorang atlet NFL Muslim, Hamza Abdullah. Ia memutuskan untuk tetap berpuasa meski jadwal latihan dan kompetisinya terbilang padat. Abdullah tidak memungkiri bahwa selama bulan Ramadan, para atlet Muslim seperti dirinya membutuhkan asupan nutrisi yang tepat agar stamina mereka tetap terjaga.

Namun, ia menegaskan, selama bulan Ramadan, ada sesuatu yang memotivitasi dirinya untuk terus bertahan dan menjalankan ibadah puasa sebagaimana mestinya.

"Bulan Ramadan ini akan menjadi ujian, tetapi kedamaian yang Anda dapatkan sangat indah," ujar Hamza.

Menanggapi kendala yang dihadapi para atlet Muslim, Dr Anikar Chhapbra, selaku direktur kedokteran olahraga dari Mayo Clinic Arizona mengatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan oleh banyak atlet adalah mereka tidak melakukan perencanan yang matang.

Meski selama ini Chhabra belum pernah bekerjasama dengan atlet yang menjalani ibadah puasa, ia mengaku telah memberikan nasihat kepada sejumlah atlet Muslim yang bersikeras tetap ingin berpuasa dengan segudang jadwal latihan dan kompetisi yang sangat padat.

"Jika Anda ingin mempertahankan jadwal yang ketat dalam kondisi berpuasa, tubuh Anda dapat menyesuaikan dengan pola itu, tapi dibutuhkan perjuangan yang ekstra," kata Chhabra.

Kuncinya, kata Chhabra, adalah menyadari bahwa para atlet mungkin tidak dapat memperoleh hasil yang signifikan selama bulan Ramadan, terutama jika cabang olahraga mereka membutuhkan kebugaran aerobik.

Sebagai gantinya, mereka harus fokus pada latihan pembentukan otot yang lebih sedikit, dan menjaga kebugaran tubuh. Kesalahan umum yang sering dilakukan para atlet muslim adalah mereka berbuka puasa di malam hari dengan mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung gula.

Mereka pikir makanan ini dapat memberikan tambahan kalori pada tubuh. Karena hal inilah, Chhabra mengaku telah melihat beberapa atlet yang berat badannya bertambah selama bulan Ramadan.

Tentu saja, untuk para atlet profesional yang sedang mengikuti suatu kompetisi dan menjalani program latihan yang ketat, mereka juga perlu mengatur pola makan.

"Awalnya saya tidak tahu harus berbuat apa. Tapi saya sudah memodifikasi pola makan dan jadwal latihan saya selama bertahun-tahun. Sekarang saya fokus pada makanan berprotein tinggi dan lemak baik untuk mengurangi kerusakan otot, dan melakukan latihan dalam durasi waktu yang lebih pendek," kata Khadijah Diggs, seorang triathlete wanita.

Bagaimana dengan treatment yang dilakukan Abdullah? Ia ternyata memulainya pada malam hari dengan cara membatasi asupan makanan dan minuman. Di luar makan malam, ia fokus menghidrasi tubuh dengan meminum air mineral sebanyak setengah dari berat badannya dalam bentuk ons.

Dalam kasus Abdullah, ia memiliki berat 99 kg, dalam arti lain ia harus meminum sekitar 50 ons air mineral per malam, antara buka puasa dan makan sahur. Cara ini dinilai ampuh untuk menjaga kondisi tubuhnya. Di malam hari, ia meminum protein shake dan memakan pisang.

Dia juga memastikan mengonsumsi makanan sehat berbuka puasa. Mulai dari mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan protein tanpa lemak seperti putih telur, sosis kalkun, beberapa roti panggang dan madu. Program diet ini juga membutuhkan dukungan dari pelatih dan staf pendukung untuk dapat menyesuaikan perencanaan nutrisinya.

"Tapi akan ada waktunya ketika saya harus mengalah dengan keadaan, tetapi ada juga momen ketika saya berhasil mengejutkan diri saya sendiri," kata Hamza Abdullah.

Pada 2016, Khadijah Diggs diketahui mengikuti kompetisi sprint triathlon di Georgia selama bulan Ramadan. Kala itu, ia mengatakan bahwa kondisi tubuhnya sangat lelah meski porsi lari yang harus ia lakukan hanya 5k. Namun pada satu titik, ia melilihat sekiling dan menyadari bahwa dia satu-satunya perempuan dalam kelompok usianya yang mendekati garis finish. Khadijah pun berhasil menyelesaikan pertandingan tersebut pada posisi ketiga.

"Bagi saya, bulan Ramadan memberi saya fokus. Saya seperti terilhami dan membantu saya untuk fokus dan bersyukur," tukasnya.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ren)

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini