Share

Nasib Perokok Pasif, Bisa Kena Kanker Paru dan Juga Usus Besar

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Kamis 13 Juni 2019 10:16 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi perokok pasif (Foto: Shutterstock)

NASIB perokok pasif selama ini selalu dikaitkan dengan masalah paru-paru. Hal ini karena mereka menghirup asap rokok di sekitarnya dan ini berdampak cukup buruk. Kerusakan fungsi paru-paru hingga masalah pernapasan lainnya.

Tapi, ternyata bukan hanya itu masalah si perokok pasif. Dijelaskan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Ari Fahrial Syam, SpPD, perokok pasif juga ternyata cukup berisiko mengalami kanker usus besar. Rokok dianggap sebagai faktor risiko utama dalam masalah ini, selain tingginya konsumsi daging merah.

"Beberapa kasus kanker usus yang saya temukan bukan pada perokok aktif, tapi orang terdekat dan sekitarnya sehingga mereka yang terkena kanker usus besar tersebut merupakan perokok pasif," terangnya pada Okezone melalui pesan singkat, Kamis (13/6/2019).

Dokter Ari pun menyayangkan peraturan merokok di negara ini masih lemah dan ini yang membuat perokok dapat dengan mudah merokok di banyak ruang umum. Padahal, kalau bicara negara maju, masalah ini dapat diatasi dengan pembatasan area rokok yang diterapkan cukup ketat.

Perokok

Selain perokok, masalah kanker usus besar juga banyak dikaitkan dengan konsumsi daging merah yang tinggi namun tidak diimbangi dengan olahraga yang tepat dan teratur. Selain itu, konsumsi sayur dan buah juga dianggap minim dan ini secara konsisten menjadi faktor masalah si negara ini dalam banyak penelitian.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Anjuran untuk mengontrol berat badan dengan konsumsi daging merah yang berlebihan dan tidak konsumsi buah karena mengandung karbohidrat merupakan anjuran yang menyesatkan," tegasnya.

Beberapa faktor risiko lain adalah kegemukan, kurang bergerak, dan peminum alkohol. Ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa berubah adalah umur, di mana usia di atas 50 tahun menjadi batasan umur untuk memulai skrining.

Faktor genetik berupa riwayat kanker atau polip usus pada keluarga, riwayat penyakit radang usus kronis (inflammatory bowel disease/IBD) sebelumnya, riwayat penyakit kencing manis atau diabetes mellitus merupakan faktor risiko yang juga harus diantisipasi.

Dokter Ari melanjutkan, penyakit ini awalnya tanpa gejala, oleh karena itu buat masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker usus besar, sangat disarankan untuk rutin kontrol ke dokter. Akan dilakukan pemeriksaan skrining untuk mendeteksi secara dini penyakit ini.

 sakit perut

Bicara mengenai gejala, kasus penyakit kanker usus besar yang sering timbul ialah buang air besar berdarah, pola defekasi yang berubah baik mudah diare atau sembelit secara bergantian, sakit perut berulang, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas, bahkan apabila teraba ada benjolan di perut, merupakan gejala kanker usus besar.

"Pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjutkan dengan biopsi merupakan metode utama untuk menemukan kanker usus ini pada usus Anda," tambah dr Ari.

Kemudian, apakah penyakit ini dapat diatasi?

Menurut paparan dr Ari, penyakit kanker ini bisa dicegah dan diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik prognosisnya. Jika kasus kanker usus besar ini ditemukan pada stadium awal, maka harapan hidup 5 tahunnya mencapai 92 %.

"Sebaliknya, jika kanker usus ini ditemukan pada stadium IV atau lanjut, maka harapan hidup 5 tahunnya hanya tinggal 12 %," ungkapnya.

1
2