PURWAKARTA – Polisi hingga kini masih menyelidiki peristiwa "hujan batu" yang merusak tujuh rumah dan sebuah madrasah di Kampung Cihandeuleum, Desa Sukamluya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Hingga kini, batu-batu besar yang menimpa rumah warga belum juga dievakuasi. Bongkahan batu sebesar gubuk juga masih teronggok di rumah warga. Begitu juga rumah yang tertimpa batu belum diperbaiki, bahkan masih terpasang garis polisi. Para pemilik rumah yang rusak masih mengungsi di rumah kerabatnya.
Kapolres Purwakarta, AKBP Matrius mengklaim sudah membentuk tim unit Tipiter untuk menyelidiki kasus hujan batu tersebut apakah ada unsur kelalaian atau kesalahan prosedur dalam blasting.
“Hasil penyelidikan sementara, blasting ini dari sisi gunung sebelah. Namun dampaknya batu-batu yang dekat perukiman bergetar dan berjatuhan ke bawah. Kami sudah membentuk unit tipiter apakah ada pelanggaraan SOP atau ada unsur kelalaian. Kalau ada unsur kelalaian, kita lakukan penegakan hukum,” katanya, mengutip dari iNews.id, Rabu (9/10/2019).
Selain menyelidiki kasus itu, kata dia, Polres Purwakarta juga menjembatani dan mempertemukan masyarakat terutama korban hujan batu dengan pihak PT MSS.
Dalam pertemuan itu, warga menuding PT MSS lalai dalam melakukan aktivitas penambangan batu. Namun hal itu dibantah perusahaan tersebut. Warga juga meminta agar rumah-rumah yang rusak segera diperbaiki.
Direktur Teknik PT MSS, Bambang Yudaka mengatakan, hujan batu yang menimpa perkampungan warga tersebut sebagai musibah. Dia juga membantah ada pelanggaran standar operasional prosedur (SOP) blasting dalam peledakan batu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya