Share

Bukan Rempah, Di Era Kolonialisme Bangsa Portugis Cari Batu Ambar dari Perut Ikan Paus

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis · Kamis 10 Oktober 2019 20:00 WIB
https: img.okezone.com content 2019 10 10 406 2115386 bukan-rempah-di-era-kolonialisme-bangsa-portugis-cari-batu-ambar-dari-perut-ikan-paus-yEhIozzgNP.jpg Batu Ambar (Foto : Dok.Okezone)

Jauh sebelum bangsa Portugis datang ke Indonesia untuk berburu rempah-rempah, para pedagang Persia dan Gujarat berhasil menemukan komoditi atau barang dagangan yang harganya lebih mahal dibandingkan pala dan cengkeh. Benda itu dikenal dengan sebutan batu ambar (ambergris).

Hal tersebut dijelaskan secara gamblang oleh Bona Beding, Budayawan sekaligus Direktur Penerbit Lamalera. Berdasarkan penuturannya, pada era Yunani kuno, tersiar puisi-puisi tentang keindahan dan keharuman dari batu ambar.

Bona Beeding

Berawal dari puisi inilah, para pedagang-pedagang dari Persia dan Gujarat mulai mencari informasi tentang lokasi-lokasi yang tepat untuk berburu batu ambar. Informasi tersebut kemudian terdengar di kalangan bangsa Portugis.

"Dulu ada puisi tentang batu ambar yang dituliskan menggunakan bahasa Yunani antik. Dulunya, batu ambar atau ambergeris ini merupakan bahan utama untuk membuat minyak wangi yang nantinya dijual di kalangan kerajaan," terang Bona Beding, saat ditemui Okezone di acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019, Istora Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (10/10/2019).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Lebih lanjut, Bona menjelaskan, batu ambar sendiri memang terbilang langka karena ia terbentuk melalui proses pembekuan yang terjadi di dalam tubuh ikan paus. Tak pelak pada zaman dahulu, batu tersebut dibanderol dengan harga fantastis, bahkan bisa sampai miliaran rupiah.

Menurut penelitian, sejak abad ke-13 hingga saat ini, secara geografis Indonesia memang menjadi jalur lintasan ikan paus sebelum akhirnya mereka berlabuh di Kutub Utara. Sebelum melintas di perairan Nusantara, paus biasanya akan 'kawin' di daerah selatan yakni, Selandia Baru.

Ikan Paus

Di Indonesia sendiri, mereka akan menetap cukup lama untuk mencari makanan, berupa plankton dan ikan-ikan kecil lainnya.

"Plankton itu banyak di perairan kita. Nah, kalau dari pengalaman saya, paus-paus itu akan menetap lama di perairan Indonesia sepanjang bulan April - November," ungkap Bona.

Keistimewaan batu ambar

Bicara soal kelebihan batu ambar, Bona mengatakan bahwa batu ini memiliki aroma yang sangat harum. Bahkan bila dibakar secuil saja, aromanya akan tercium semerbak ketika tertiup angin.

Kendati demikian, tidak semua jenis ikan paus yang memiliki batu ambar. Hanya ada sekitar 14 jenis paus yang diketahui memiliki kemampuan untuk memproduksi batu tersebut, salah satunya paus sperma.

"Batu ini mengalami proses pembekuaan di tubuh ikan puas, kalau orang lokal bilanya seperti muntahan paus. Dulunya, ada pedagang yang menjual sebiji liontin dari batu ambar senilai Rp1 miliar," jelasnya.

Batu Ambar

Dalam perkembangannya, kini batu ambar cenderung sulit didapatkan karena mau tidak mau nelayan harus berburu ikan paus. Di Indonesia sendiri, kegiatan berburu paus untuk mendapatkan batu ambar sudah lama ditinggalkan.

Sekarang, para pedagang parfum atau minyak wangi cenderung berburu kayu cendana dan gaharu yang dulunya juga menjadi incaran di era kolonial.

"Batu ambar, kayu cendana, dan gaharu itu barang yang paling dicari sebelum mereka menemukan rempah-rempah. Kayu cendana juga memiliki aroma yang harum ketika dibakar. Namun kualitasnya masih jauh dari batu ambar," tukasnya.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini