MEMPERINGATI Hari Santri Nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Pidato Kebudayaan. Pidato ini, sekaligus menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang toleran.
Diisi oleh ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj di Gedung Kesenian Jakarta, pidato di Hari Santri Nasional ini juga bertujuan untuk memberikan solusi bagaimana Indonesia membentuk peradaban. Pasalnya, saat ini masyarakat tengah dihadapkan antara budaya dan agama.
Memang, budaya dan agama tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Karenanya, NU sebagai organisasi keagamaan yang menghormati adanya keberagaman, memposisikan diri sebagai Islam Moderat.
"Itulah mengapa NU dikenal membawa agama yang toleran," kata Ketua PBNU, KH Robikin Emhas saat menggelar konferensi pers.
Menurutnya, seorang ulama harus mengemban amanat yang cukup penting, karena menjadi pewaris Nabi. Seorang nabi, lanjut dia, tidak pernah membangun negara Islam, tapi mendekatkan hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia.
Oleh karena itu, berkiblat pada peranan Nabi tersebut NU pun ikut membangun Islam bukan hanya dengan Allah, tetapi juga dengan sesama. Itulah isi pidato yang ingin disampaikan pada Hari Santri Nasional ini.