Share

Tata Cara Bersetubuh pada Malam Pertama Sesuai Sunah Rasul

Novie Fauziah, Jurnalis · Selasa 22 Oktober 2019 01:06 WIB
https: img.okezone.com content 2019 10 22 616 2119948 tata-cara-bersetubuh-pada-malam-pertama-sesuai-sunah-rasul-qwjPPUtKt1.JPG Pengantin Baru Menjalani Malam Pertama (Foto: Pulse.ng)
A A A

MALAM pertama merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh pengantin baru. Tentu semua akan degdegan menjalani aktivitas seksual untuk pertama kalinya, apalagi dengan perempuan yang belum lama dikenal. Beragam rasa campur aduk antara senang, takut hingga malu-malu.

Tapi ternyata ada hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan, yaitu melakoni malam pertama sesuai tuntunan Islam. Ya, tahapan ini bukan hanya soal aktivitas seksual untuk pertama kalinya saja, tapi juga bermakna ibadah sebagai bagian dari kewajiban memberikan nafkah batin kepada istri.

Lantaran malam pertama dan malam-malam sesudahnya berstatus ibadah, maka kamu perlu tahu tuntunannya agar mendapat pahala dan keridaan Allah. Lantas bagaimana tuntutan malam pertama dalam islam? Berikut ulasannya.

Dikutip dari buku Fiqih Cinta karya Abdul Aziz Ahmad, Selasa (22/9/2019), ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pasangan pengantin baru di malam pertama. Pertama, disunnahkan bagi suami meletakkan tangan di atas kepala istri, lalu menyebut nama Allah SWT dan doa minta berkah dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud dan lainnya bahwa Nabi SAW bersabda: "Jika salah satu dari kalian menikahi seorang wanita, maka peganglah ubun-ubunnya, sebutlah nama Allah SWT, dan berdoalah dengan doa berkah, dan ucapkan:

"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Engkau memberikan kepadaku kebaikannya dan semua kebaikan yang telah Engkau ciptakan untuknya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan dari semua kejahatan yang telah Engkau ciptakan pada dirinya."

Kedua, disunnahkan untuk salat dua rakaat dan berdoa kepada Allah SWT di malam pertama dan sebelum memberikan nafkah batin di kesempatan lain. "Ya Allah, berkahilah aku pada keluargaku, dan berkahilah mereka padaku. Ya Allah, jika Engkau menyatukan kami, maka satukan kami dalam kebaikan, dan jika Engkau menentukan untuk berpisah, maka pisahkan kami untuk kebaikan."

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Ketiga, disunnahkan bagi suami untuk memperlakukan mempelai wanitanya dengan lembut dan santun, dan memberikannya sesuatu untuk diminum atau dimakan. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Asma' binti Yazid bin Sakan bahwa Nabi SAW bersabda, "Aku menghiasi Aisyah ra. agar cantik dipandang." Lalu Rasulullah SAW. datang ke sisinya dengan membawa segelas besar susu.

Kemudian beliau minum, setelah itu Nabi SAW memberikannya kepada Aisyah. Ia menundukkan kepalanya karena malu."Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan an-Nasa'i dengan sanad jayyid bahwa Nabi saw. bersabda: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik dan paling lembut kepada keluarganya."

Diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku."

Etika Umum Berhubungan Badan

Sementara untuk hubungan seksual rutin, ada juga etika umumnya: Pertama, kedua suami istri melepas pakaiannya. Karena tanpa berpakaian akan membuat tubuh lebih nyaman, mempermudahkan gerakan, menambah kenikmatan dan kemesraan pada istri. Namun lebih utama jika telanjang di bawah selimut, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Daud dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Allah itu bersifat pemalu dan tertutup, ia mencintai rasa malu dan tertutup."

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Rasulullah saw., beliau bersabda: "Hati-hatilah saat telanjang, karena ada malaikat yang selalu bersama kalian, ia tidak pernah berpisah dari kalian, kecuali saat kalian buang air besar dan berhubungan intim dengan istrinya. Maka hendaknya kalian malu dan menghormati mereka."

Telah disebut sebelumnya hadits Aisyah ra, ia berkata: "Rasulullah SAW, telah wafat, namun beliau tidak pernah melihatku dan aku belum pernah melihatnya."

Meski demikian, hadis yang secara jelas menegaskan keutama menutup tubuh (ketika bersetubuh) adalah hadis lemah diriwayatkan oleh Tirmidzi: "Jika salah satu dari kalian menyetubuh istrinya, maka janganlah keduanya telanjang bulat seperti sepasang keledai."

Kedua, bercanda, merayu, memeluk, dan mencium sebelum memulai berhubungan badan. Diriwayatkan oleh Abu Manshur Dailami di dalam Musnad al-Firdaus dari Rasulullah SAW : "Janganlah salah satu dari kalian menyetubuhi istrinya seperti persetubuhan hewan. Adakan utusan di antara keduanya." Di katakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud utusan?" Beliau menjawab: "Ciuman dan kata-kata (rayuan)."

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang suami harus memperhatikan ketika sedang melakukan aktifitas seksual agar bersama-sama istrinya dalam mencapai kelezatan dan orgasme.

Berkata Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya': "Kemudian jika ia sudah selesai melampiaskan birahinya, maka ia harus menunggu istrinya hingga ia juga selesai melampiaskan birahinya. Boleh jadi sang istri terlambat ejakulasinya, dan syahwatnya masih berkobar. Kemudian suaminya sudah selesai dan meninggalkannya, maka ini akan menganggunya. Perbedaan waktu ejakulasi harus diperhatikan, terlebih jika suami lebih dulu ejakulasi. Namun jika bersamaan dengan ejakulasi istri akan terasa lebih nikmat bagi sang istri. Seorang pria tidak boleh sibuk dengan dirinya sendiri dan mengabaikan istrinya, karena boleh jadi sang istri malu mengutarakannya."

Ketiga, sang suami berdoa dengan doa ini (sebelum bersetubuh): "Dengan nama Allah, Ya Allah, Jauhkan setan dari kami, dan jauhkan setan dari anak yang Engkau berikan kepada kami." Jika Allah SWT menentukan mereka akan mendapat anak, maka setan tidak akan pernah mampu membahayakannya.

Keempat, boleh menyetubuhi istri semaunya, selama melakukan (penetrasinya) pada vagina, sesuai dengan firman Allah SWT: Istri istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki,... (QS al-Baqarah: 223). Artinya, datangilah istrimu pada tempat bercocok tanam, yaitu vagina semau kalian bisa dari depan, atau dari belakang, atau dari samping.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir ra, ia berkata: "Orang-orang yahudi berkata: Jika seorang pria menyetubuhi istrinya dari belakang menuju vaginanya, maka anaknya akan juling." Lalu turunlah ayat: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki,... (QS al-Baqarah:223).

Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Boleh dari depan atau dari belakang, jika tempatnya di vagina."

Kelima, posisi persetubuhan yang paling utama adalah pria di atas wanita. Ini adalah posisi yang diambil dari hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, dari hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Musa al-Asy'ary ra, ia berkata:

"Kaum Muhajirin dan Anshar pernah berbeda pendapat". Berkata kaum Anshar: "Tidak wajib mandi kecuali jika keluar air mani." Berkata kaum Muhajirin: "Jika telah bercampur maka wajib mandi."

Lalu Abu Musa berkata: "Aku akan mendamaikan kalian mengenai hal ini." Ia berkata: "Aku minta izin kepada Aisyah untuk masuk, lalu Aisyah mengizinkanku. Aku berkata: "Wahai ibu, aku ingin bertanya sesuatu, tapi aku malu padamu." Aisyah menjawab: "Jangan malu bertanya kepadaku mengenai sesuatu yang kamu tanyakan kepada ibu kandungmu, karena aku ini adalah ibumu."

Aku berkata: "Apa yang mewajibkan mandi?" Beliau menjawab: "Aku punya pengalaman. Rasulullah SAW bersabda: "Jika ia duduk di antara empat bagian (pada istrinya. yaitu dua tangan dan dua kaki), dan khitan menyentuh khitan, maka ia wajib mandi. Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa posisi persetubuhan ideal adalah pria berada di atas wanita.

Keenam, jika ingin kembali melakukan persetubuhan, maka disunnahkan untuk berwudhu sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Daud dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Jika salah satu dari kalian mendatangi (menyetubuhi) istrinya, setelah itu akan mengulanginya kembali, maka berwudhu'lah di antara keduanya, karena itu akan membuatnya lebih bersemangat untuk mengulanginya." Meski ada pembolehan berwudhu' sebelum mengulangi persetubuhan, namun mandi lebih utama.

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini