JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menargetkan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa menguat di bawah Rp10.000 per USD pada dua tahun mendatang. Hal itu seiring upaya pemerintah menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Kami perkirakan Rupiah bisa di bawah Rp10.000 per USD karena cadangan dolar banyak. Dalam dua tahun ke depan lah kalau strategi ini berjalan sesuai rencana menekan CAD," ungkap Luhut di kantornya, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Baca Juga: Mengenal 8 Pahlawan yang Ada di Uang Kertas Rupiah
Strategi yang dimaksud adalah mendorong ekspor dan menekan impor. Hal itu dilakukan dengan mempercepat proses hilirisasi. Salah satunya hilirisasi pada komoditas nikel sehingga memberii nilai tambah.
"Itu penting untuk mempengaruhi CAD, ekspor dengan nilai tambah contohnya pada nikel ore, itu kan bagus," kata dia.
Selain itu, dilakukan dengan melepas ketergantungan Indonesia pada impor minyak melalui program biodiesel. Menurut Luhut, porgram B20 yang sudah berlangsung sejak September 2018 telah berdampak pada pengurangan impor minyak untuk solar sebesar 29%.
Baca Juga: Viral, Misteri Pahlawan Sedih di Uang Rp5.000 dan Rp50.000
Pengurangan impor itu setara dengan menghemat devisa negara sebesar Rp300 triliun. Jika program ini terus berjalan, lanjut Luhut, maka akan mengurangi impor minyak menjadi sebesar 35%.
"Ke depan juga akan naik ke B30 dan seterusnya. Sekarang kami lagi hitung berapa persen kalau B50-B100, maka bukan tidak mungkin kita enggak perlu lagi impor energi," jelas dia.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya