Share

Waspada Antraks, Sapi yang Mati Dikubur dengan Cor Beton

Kamis 23 Januari 2020 22:35 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)

MESKIPUN sudah tidak lagi menyandang status Kejadian Luar Biasa (KLB), rupanya hewan-hewan di Yogyakarta masih mati mendadak. Diduga, meninggalnya sapi tersebut lantaran adanya virus antraks.

Saat ini, kematian sapi secara mendadak terus bertambah, dalam tiga hari jumlah sapi mati mencapai 12 ekor dan menimbulkan keresahan masyarakat.

Kejadian terakhir menimpa sapi milik Ngadiyo (60) warga Desa Lembutan Kecamatan Playen dan setelah diambil sampel langsung dikubur. Penguburan bangkai sapi ini selain sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh warga dikubur dengan konstruksi cor beton.

Harapannya agar jika sapi positif antraks tidak menular ke manusia. Sementara, dampak isu antraks mempengaruhi tingkat konsumsi daging di Pasar Argosari Wonosari.

 Sementara, dampak isu antraks mempengaruhi tingkat konsumsi daging di Pasar Argosari Wonosari.

”Penurunan penjualan cukup drastis. Satu minggu biasanya memotong 4-5 ekor sapi, saat ini 1 ekor sapi sudah seminggu belum habis terjual,” kata pedagang daging sapi di Pasar Argosari Wonosari, Rubiyanti.

Sementara terkait dengan kematian sapi di Desa Plembutan Kecamatan Playen, oleh masyarakat dikubur dengan dilakukan pengecoran menggunakan beton. Mereka mengkhawatirkan jika hanya dikubur tanpa dicor, dikhawatirkan bakteri antraks masih bisa menular.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pasalnya, bakteri antraks bisa bertahan mencapai 40-60 tahun. Jika dalam rentang waktu tersebut tanah untuk mengubur bangkai sapi terpapar antraks akan membentuk banyak spora antraks dan menular ke manusia.

Dari keterangan pemiliknya Ngadiyo, sapi yang mati tersebut tiga hari sebelumnya dibeli dari Pasar Hewan Siyono, Playen, Gunungkidul. ”Sapi kita beri pakan rumput kolonjono dan langsung mati mendadak dan kami laporkan ke dinas,” imbuhnya.

sapi terpapar antraks akan membentuk banyak spora antraks dan menular ke manusia.

Dipping atau Pencelupan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, (DPP) Gunungkidul, Ir Bambang Wisnu Broto mengatakan, upaya pencegahan penyakit antraks akan terus dilakukan, selain melanjutkan program yang ada saat ini tengah menyusun anggaran vaksin ternak dan dipping (pencelupan) atau kolam dan penyemprotan desinfektan yang akan ditempatkan di dua pasar besar di Gunungkidul.

Kolam dipping tersebut nantinya akan dilengkapi shower untuk penyemprotan disinfektan saat mobil pengangkut hewan yang akan dijualbelikan saat akan masuk ke pasar.

Rencananya dipping akan dibangun di pasar hewan Munggi, Semanu dan Siyono Kecamatan Playen. Pihaknya juga mengajukan anggaran vaksin, obatobatan, alat pelindung diri, termasuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi).

”Untuk Desa yang diberikan vaksinasi dan antibiotik sesuai dengan ring wilayah terpapar dan berpotensi. Ring merah untuk Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, sapi sebanyak 579 ekor, kambing 1458 ekor,” ucapnya.

Untuk Zona Kuning Desa Sidorejo Ponjong, dan Desa Dadapayu Semanu. Desa Sidorejo 2.500 ekor sapi dan 2.000 ekor kambing, Desa Dadapayu 335 ekor Sapi dan 803 ekor Kambing.

Selain itu di Zona kuning lainnya Desa Semanu dan Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu. Desa Semanu sebanyak 825 ekor sapi, dan 1.805 ekor kambing. Desa Ngeposari sebanyak 552 ekor sapi, dan 759 ekor kambing.

1
3