DOHA - Indonesia menjadi satu dari lima negara yang telah mengajukan diri menjadi fasilitator perjanjian damai antara Taliban-Amerika Serikat di Doha, Qatar.
Sebelum menghadiri penandatanganan perjanjian damai, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Uzbekistan dan Norwegia.
Baca Juga: Jelang Perjanjian AS-Taliban, Menlu Retno Bertemu dengan 6 Tokoh dari Negara Lain
Salah satu isu yang dibahas adalah pemberdayaan perempuan. Sehingga diperlukan berkomunikasi dengan negara lain.
"Jadi masih ada perbedaan itu merupakan suatu hal yang wajar. Tetapi kita tidak ingin melihat bahwa perempuan menjadi kehilangan hak-haknya bagi masa depan Afghanistan," kata dia.
Program yang diajukan Retno adalah Indonesia Afghanistan Women Network, khusus membahas mengenai masalah identifikasi kerjasama yang akan dilakukan. Network natural ini, kemudian akan bicara untuk menentukan kerjasama yang akan dilakukan.
"Saya lihat yang mereka sudah mulai indikasikan misalnya kerjasama terkait kesehatan ibu dan anak. Pendidikan untuk anak dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat kita share kepada mereka," jelas dia.
Menurut Menlu Retno, ini akan menjadi embrio untuk kerjasama yang mungkin lebih besar di kemudian hari. Agenda ini mendapat dukungan dari Norwegia, Inggris dan juga Jerman.
"Mereka sangat mengapresiasi ide Indonesia untuk membangun building blocks yang kuat mengenai masalah pemberdayaan perempuan," katanya.
"Mereka menyatakan siap mendukung upaya Indonesia untuk isu pemberdayaan perempuan, karena pemberdayaan perempuan atau kalori dalam bahasa PBB-nya itu isu women peace and security dabelyu. Ini merupakan salah satu identitas politik luar negeri kita jadi pemberdayaan perempuan kita ingin menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian agen toleransi dan sebagainya," jelas dia.
Baca Juga: Indonesia Jadi Saksi Sejarah Perdamaian AS dan Taliban
Indonesia adalah salah satu kontributor terbesar dari pasukan perdamaian PBB. Oleh karena itu, selain kuantitas perempuan dia juga ingin meningkatkan kualitas perempuan.
"Kita terus mengirimkan message kepada UN kepada PBB mengenai pentingnya ada afirmatif policy, yang kemudian menciptakan kondisi yang kondusif bagi perempuan untuk dapat berperan lebih banyak di dalam misi misi perdamaian PBB," tukas dia.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(fid)