Share

Kasus COVID-19 di Seluruh Dunia Tembus 1 Juta

Jum'at 03 April 2020 15:56 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi (Foto : Gulf Business)

Sejak pertama kali muncul di China tiga bulan lalu, kasus COVID-19 di seluruh dunia tercatat telah mencapai lebih dari satu juta. Sekiranya 53.000 orang meninggal dunia, sedangkan 210.000 sembuh dari COVID-19 menurut data terbaru John Hopkins University.

Dikutip dari BBC Indonesia, saat ini kasus tertinggi COVID-19 ada di Amerika Serikat. Sementara Italia menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi di dunia.

Meski begitu, jumlah sebenarnya diduga jauh lebih besar dari hitungan John Hopkins University. Perlu satu setengah bulan untuk mencatat 100.000 kasus pertama. Angka satu juta tercapai setelah jumlah kasus bertambah dua kali lipat selama seminggu terakhir. Hampir seperempat dari kasus tersebut dicatat di Amerika Serikat, sementara Eropa menyumbang setengahnya.

Perkembangan terbaru, hari Kamis lalu, Spanyol melaporkan 950 orang telah meninggal dunia dalam 24 jam terakhir. Jumlah tersebut dianggap sebagai angka kematian tertinggi di negara mana pun.

COVID-19

Sementara, jumlah kasus terkonfirmasi di Spanyol naik dari 102.136 pada hari Rabu menjadi 110.238, kenaikan 8 persen yang mirip dengan yang dicatat hari-hari sebelumnya. Pihak berwenang percaya virus ini sedang mencapai puncaknya dan berharap akan melihat penurunan angka di hari-hari mendatang.

"Kami kembali mencatat peningkatan sekitar 8%. Ini menunjukkan, seperti yang kita lihat, ada stabilisasi dalam data yang kami catat," kata María José Sierra, dari unit koordinasi darurat kementerian kesehatan Spanyol, dalam konferensi pers.

Spanyol, negara terdampak paling parah kedua dalam hal kematian, juga kehilangan hampir 900.000 lapangan pekerjaan. Sedangkan, Amerika Serikat pada hari Kamis mengatakan pihaknya mencatat rekor 6,6 juta klaim tunjangan pengangguran baru.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Bagaimana kita bisa sampai di sini?

Pada akhir Desember di China, seorang dokter mata bernama Li Wenliang berusaha mengirim pesan ke sesama dokter yang memperingatkan mereka tentang kemunculan virus baru di kota Wuhan, Provinsi Hubei.

Ia kemudian didatangi polisi dan dituduh menebar kepanikan. Dokter Li meninggal dunia pada 6 Februari setelah terinfeksi virus saat merawat pasien di Wuhan.

Pada 3 Januari, BBC menulis laporan berita pertamanya tentang "virus misterius" di Wuhan. Pada saat itu, 44 kasus telah dikonfirmasi, 11 di antaranya dianggap parah.

Banyak yang khawatir wabah Sars 2003 yang menewaskan 774 orang bakal terulang. Pada 18 Januari, jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi sekitar 60 — tetapi para ahli memperkirakan jumlah sebenarnya mendekati 1.700.

COVID-19

Hanya dua hari kemudian, ketika jutaan orang bersiap-siap melakukan perjalanan untuk tahun baru Imlek, jumlah kasus bertambah lebih dari tiga kali lipat menjadi lebih dari 200 dan virus itu dideteksi di Beijing, Shanghai, dan Shenzhen.

Pada 23 Januari, kota Wuhan dikarantina. Pada saat itu, 18 orang telah meninggal dan 570 lainnya terinfeksi, termasuk di Taiwan, Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Sepuluh hari kemudian, seorang pria berusia 44 tahun di Filipina meninggal karena virus itu. Kasusnya menjadi kematian pertama yang dilaporkan di luar China.

Sepekan kemudian, seorang turis berusia 80 tahun meninggal di Prancis-kematian pertama virus corona di Eropa. Virus itu muncul di Iran lima hari kemudian, dua orang meninggal dalam beberapa jam setelah diagnosis mereka diumumkan. Iran kemudian menjadi 'titik panas' untuk virus tersebut.

Italia mengalami lonjakan besar jumlah kasus pada 23 Februari, dan 10 kota di Lombardia dikarantina. Penerapan lockdown itu kemudian diperluas ke seluruh Italia.

Pada 23 Maret, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan karantina wilayah selama tiga minggu yang berlaku di seluruh Inggris.

Tiga hari kemudian, pada tanggal 26 Maret, AS resmi menyalip China sebagai negara yang paling terdampak oleh wabah virus corona, dengan lebih dari 86.000 kasus dikonfirmasi. Pada 2 April, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 217.000 — hampir dua kali lipat jumlah kasus di Italia.

1
2