JAMAAH calon haji yang berangkat ke Tanah Suci tidak luput dari bacaan talbiyah. Kalimat dengan lafadz "Labbaikallahumma labbaik labbaika laa syarikalaka labbaik" itu memiliki makna yang agung karena memuat ketauhidan dan kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala, kemudian juga penegasan larangan untuk tidak sekali-kali melakukan kemusyrikan.
Arti lengkapnya adalah:
"Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu."
Mengutip dari buku 'Haji dan Umrah Mabrur Itu Mudah dan Indah' karya Dr Muhammad Syafii Antonio M.Ec, makna filosofi dari melafazkan talbiyah sesungguhnya berkaitan dengan situasi Kakbah sebelum datang ajarang agama Islam.
Ketika masa jahiliah dan awal-awal kedatangan Islam, Kakbah telah lama dijadikan sebagai tempat kemusyrikan. Ratusan patung dan gambar dewa memenuhi Kakbah ketika itu. Orang-orang dari berbagai negeri secara rutin menggelar ritual atau tradisi kemusyrikan di sana.
Saat pembebasan Kota Makkah oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan kaum Muslimin, Kakbah dibersihkan dari semua atribut dan praktik kemusyrikan. Pengunjung Kakbah pun dilarang mengerjakan sesuatu yang mengindikasikan penyekutuan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah)." (QS Quraisy: 3).
Berdasarkan uraian tersebut, maka filosofi dan keutamaan bertalbiyah dalam beribadah umrah atau haji setidaknya menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Datang memenuhi undangan Allah Subhanahu wa ta'ala
Guna memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala, setiap orang yang berumrah atau berhaji hendaknya bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan diri, baik secara mental maupun spiritual.
Jamaah haji atau umrah adalah tamu Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagai tamu tentunya harus memenuhi segala aturan telah ditetapkan, terutama ketika berada di Tanah Suci.
(Baca Juga : Tangis Pilu Muazin Pecah saat Kumandangkan Azan di Tengah Wabah COVID-19)
Bisa datang memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala merupakan suatu kehormatan besar sekaligus kebahagiaan tersendiri yang patut disyukuri. Rasa syukur ini bisa melalui lisan atau amal ibadah.
2. Bertauhid dan mengagungkan Allah Subhanahu wa ta’ala
Allah Subhanahu wa ta’ala itu Maha Esa. Keesaan-Nya harus tetap terjaga dan suci, tidak boleh ternodai oleh makhluk, termasuk Kakbah, Hajar Aswad, atau yang lainnya.
Islam mengajarkan tauhid, serta mengajarkan orang yang bertauhid supaya ikhlas memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala. Hal ini berarti setiap orang yang bertauhid harus tunduk kepada-Nya. Jamaah yang melantunkan talbiyah melahirkan pernyataan tunduk mutlak kepada petunjuk-petunjuk Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya