Share

Hari Bhayangkara, Ini 3 Humor Kocak Gus Dur tentang Polisi

Tim Okezone, Jurnalis · Rabu 01 Juli 2020 16:38 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 01 614 2239573 hari-bhayangkara-ini-3-humor-kocak-gus-dur-tentang-polisi-xyzEuh0qYw.jpg KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Cybergusdurian)
A A A

MANTAN Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai sosok humoris. Ia kerap melontarkan guyonan walau dalam menyikapi hal-hal serius sekalipun. Tapi, tak asal guyon, humor disampaikan Gus Dur terkadang penuh makna bahkan kritik sosial.

Dalam rangkat HUT ke 74 Bhayangkara, mari kita lihat humor Gus Dur terkait polisi. Sebagai berikut.

Polisi Jujur

Suatu waktu di depan wartawan Gus Dur menyampaikan di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur.

“Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kapolri),” kata Gus Dur.

Baca juga: Potret Briptu Hikma Nur Syafa, Polwan Cantik nan Salehah

Jenderal Hoegeng yang disebut Gus Dur memang terkenal karena integritas dan kejujurannya pada profesi. Selama menjadi pejabat Polri, dia menolak diberikan upeti dan dilayani berlebihan. Hoegeng tetap hidup sederhana meski menduduki berbagai jabatan strategis.

Namun, Presiden Soeharto mencopot Hoegeng dari jabatan Kapolri setelah sang jenderal jujur mengusut penyelundupan mobil mewah yang diduga dilakukan oleh orang terdekat sang Presiden.

Polisi Bikin Tegang

Dikutip dari buku ‘Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita’ karya Muhammad AS Hikam (2013), sekali waktu Gus Dur diundang menjadi pembicara oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jombang, Jawa Timur. Usai acara, Gus Dur dan rombongannya langsung melaju ke arah Kota Surabaya.

Ternyata mobil Gus Dur dibuntuti dua motor gede putih polisi yang tidak membunyikan sirine.

Gus Dur dilapori sopirnya mengenai pengejaran oleh polisi dan beliau minta supaya jalan saja kalau perlu ngebut. Maka ngebutlah sopir dan polisi di belakangnya juga ikut ngebut. Setelah berada di luar kota, kedua motor gede itu berhasil menyalip mobil Gus Dur.

Motor itu berhenti setelah agak jauh menyalip lalu berhenti di tengah jalan dan menghentikan mobil Gus Dur. Hal itu sontak membuat sopir Gus Dur mengerem mendadak untuk menghindari kecelakaan.

Gus Dur pun marah besar dan membuka kaca mobil sembari menunggu kedua polisi itu mendatangi beliau.

“Ada apa?” tanya Gus Dur dengan nada tinggi.

“Assalamualaikum Kiai,” kata seorang polisi,

“Ya, ini ada apa? Saya kan sudah pergi. Sana pergi kalian…,” ujar Gus Dur mencoba mencegah kedua polisi itu mendekat.

Baca juga: 6 Manfaat Mohon Ampun kepada Allah, Salah Satunya Bisa Bikin Kaya

“Begini Kiai, mohon maaf saya tadi belum sempat salaman sama njenengan (Anda), jadi terpaksa saya mengikuti Kiai. Tolong Kiai, saya ingin salaman,” kata polisi tersebut.

Kedua polisi itu pun lalu bersalaman dan mencium tangan Gus Dur. Setelah itu kedua polisi itu langsung tersenyum cengengesan karena berhasil salaman dengan Gus Dur.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Gus Dur langsung tertawa ngakak segitu mobil kembali kembali jalan.

“Ngono kuwi lo, Kang wong NU (begitulah orang NU). Sudah repot-repot disuruh menjaga supaya ceramah tidak sukses, eee… ujung-ujungnya pengen salaman,” ujar Gus Dur.

Polisi dan Kuda Mati

Dikutip dari buku ‘Gus Dur, Kisah-Kisah Jenaka dan Pesan-Pesan Keberagaman’ karya Marwini, Gus Dur bercerita tentang seorang penggali kubur yang menemukan seekor kuda mati di depan pintu bangunan.

Penggali kubur langsung menelepon kantor polisi dan menceritakan kronologi peristiwa

Jawaban seorang aparat kepolisian sungguh di luar dugaan. "Semua yang mati sia-sia menjadi urusan penggali kubur. Bukan urusan saya," katanya.

Penggali kubur yang jengkel tak mau kalah. "Ya saya tahu itu, Pak! Tapi sebelum menguburnya saya mesti kasih kabar dulu kepada saudaranya, kan?"

Meski bernada humor, kisah ini mengandung pesan bahwa institusi pemerintahan terkadang terlalu prosedural sehingga melupakan fungsi keberadaannya sebagai pengayom masyarakat.

Gus Dur secara tidak langsung menyoroti institusi pemerintahan yang seakan cenderung elitis dan kurang peka terhadap kondisi masyarakat. Tidak jarang hal prosedural dijadikan kesempatan oleh oknum untuk melakukan penyimpangan. Semoga aparat negara Indonesia tidak seperti itu.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini