Share

Hukum Belajar Agama Secara Otodidak

Rizka Diputra, Jurnalis · Jum'at 03 Juli 2020 10:37 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 03 330 2240531 hukum-belajar-agama-secara-otodidak-tQU1nR8uHZ.JPG Ilustrasi (Foto: Pixabay)
A A A

SEORANG pendakwah, ustadz, dai atau penceramah tidak bisa sembarangan menyampaikan khutbah atau tausyiah agama tanpa berdasarkan ilmu. Mereka harus memiliki latar belakang pendidikan agama sehingga kredibilitasnya tidak diragukan.

Caranya tentu harus berguru demi menyerap ilmu-ilmu agama untuk kemudian berdakwah di tengah masyarakat.

Namun, belakangan marak bermunculan para dai dadakan di Indonesia. Hanya bermodal ilmu terbatas, seringkali oknum pendakwah tersebut sudah berani berceramah di depan umat. Ironisnya, mereka mendapat ilmu agama itu berasal dari belajar secara otodidak.

Lantas bagaimana pandangan ulama terdahulu tentang fenomena para dai yang belajar agama secara otodidak tanpa guru mualim?

Baca juga: Panduan Sholat Idul Adha di Tengah Pandemi Corona

Ada kaidah “Jangan mengambil ilmu dari orang yang mendapatkannya dari membaca sendiri, dan tak mengenyamnya dari guru-guru (talaqi),"

Terkait kaidah tersebut, ulama fikih terkenal Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berujar:

من تفقه من بطون الكتاب ضيع الأحكام.

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu fikih/memahami perihal ajaran dan hukum dalam agama (hanya) dari kitab-kitab saja dia akan menghilangkan (banyak faedah) hukum,”

Senada dengan Imam Syafi’’i, dalam Kitab Adabul 'Aalim wal Muta'alim, karya Hadhrotus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari menyampaikan betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar-mengajar ilmu agama.

وقديما قيل: من كان شيخه كتابه, كان خطؤه أكثر من صوابه.

“Dan dahulu dikatakan: Barangsiapa yang gurunya adalah kitabnya, maka kesalahannya lebih banyak dari benarnya,”

Tidak hanya itu, ulama Abdullah ibnu Mas’ud mengingatkan kepada kita semua, jangan mengambil Ilmu dari Al-Ashaaghir atau orang-orang kecil dalam hal ilmu.

Beliau, Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:

ولا يزال الناس بخير ما أخذوا العلم عن أكابرهم ، وعن أمنائهم ، وعلمائهم ، فإذا أخذوه عن صغارهم ، وشرارهم هلكوا .

Artinya: “Senantiasa manusia berada dalam kebaikan apabila mereka mengambil ilmu dari para kibar (ulama), dan dari orang-orang amanah mereka, dan para ulama mereka, maka apabila mereka mengambil ilmu dari orang-orang kecil (Al-Ashaaghir) mereka dan orang-orang jelek mereka, mereka akan binasa,”

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Lebih dari itu, dari Abu Umayyah Al-Jumahiy bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam bersabda:

إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر.

Artinya: “Sesungguhnya dari tanda-tanda hari kiamat adalah diambilnya ilmu dari Al-Ashaaghir (orang-orang kecil ilmunya/bukan dari para ulama),".

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini