Share

Kisah Umar bin Khattab, Raja Tanpa Istana

Yudistira, Jurnalis · Sabtu 18 Juli 2020 09:11 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 18 614 2248327 kisah-umar-bin-khattab-raja-tanpa-istana-JLVdEUW076.jpg Ilustrasi (Istimewa)
A A A

UMAR bin Khattab, tokoh terkenal dalam sejarah Islam. Khalifah kedua setelah Abu Bakar yang dikenal sebagai Amirul Mukminin, contoh pemimpin adil, tegas dan bertanggung jawab. Di bawah kepemimpinan Umar, Islam berjaya. Romawi dan Persia, dua super power dunia kala itu, berhasil ditaklukkan tentara Islam.

Tapi, Umar tetap menjaga kesederhanaannya, merakyat, dan tak jumawa. Umar tak membangun istana megah untuk dirinya, tak jua hidup bermewah-mewahan seperti raja-raja lainnya. Ia seakan memberi contoh, beginilah Islam sesungguhnya.

Lahir pada 583 Masehi, Umar berasal dari Bani Adi suku Quraisy Makkah. Sebelum memeluk Islam, Umar Bin Khattab berada dalam barisan Abu Jahal Cs, sangat keras menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Tubuhnya yang kekar dan kuat membuatnya ditakuti orang-orang saat itu.

 Baca juga: Ini Amalan Syekh Ali Jaber agar Rezeki Mengalir Deras

Namun, ketika sudah memeluk Islam, ia berada di garda terdepan membela Rasulullah SAW dan menjadi salah satu khalifah yang paling berpengaruh.

Umar Masuk Islam

Dilansir dari Quran Reading, Sabtu (18/7/2020), Umar sangat membenci Nabi Muhammad sebelum masuk Islam. Muhammad dianggap telah memecah belah Quraisy karena dakwahnya membuat sebagian dari penduduk Makkah saat itu memeluk Islam, meninggalkan agama leluhurnya menyembah berhala.

Suatu ketika Umar ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. Saat berjalan ke rumah tempat Rasulullah sering berkumpul dengan pengikutnya, Umar tiba-tiba diinformasi seseorang bahwa adik perempuanya, Fatimah dan suami sudah memeluk Islam.

 ilustrasi

Masjid Nabawi, pusat pemerintahan Islam masa Rasulullah dan empat Khalifah setelahnya (Okezone)

Umar murka, bergegas menuju ke rumah Fatimah di mana mereka sedang belajar Alqur'an kepada Khabab. Umar menampar saudara perempuannya hingga berdarah. Lalu, dia merasa bersalah dan meminta saudara perempuannya untuk menunjukkan di mana lembaran Alquran yang dibaca tadi.

Sang adik tak mau memberi karena Umar dianggap belum suci karena masih kafir. Umar kemudian mandi lalu baru diizinkan memegang lembaran Alquran itu.

Baca juga:  Dalil tentang Hari Kiamat, Manusia Harus Waspada

Dia pun mulai membaca Surah Thaha yang tertulis di lembaran itu yang artinya, "Memang, aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan berdoalah untuk mengingatku."

Umar sangat tersentuh dengan ayat-ayat Suci itu. Iya meyakini itu bukan tulisan manusia.

Mendengar perkataan Umar, Khabbab yang bersembunyi kemudian keluar dari dalam rumah dan berkata, "wahai Umar! kabar gembira untuk Anda. Tampaknya doa Nabi Muhammad SAW tadi malam telah dikabulkan, Dia berdoa kepada Allah ‘ya Allah, kuatkan Islam dengan satu di antara Umar bin Khattab atau Abu Jahal, siapa pun yang Engkau suka."

Umar kemudian menemui Nabi Muhammad SAW dan bersyahadat di depannya. Menurut riwayat Umar berusia 39 tahun saat itu. Berbeda dengan yang lain yang menyembunyikan Islamnya di awal-awal karena takut dimusuhi kafir Makkah, Umar justru mengumumkan ke orang-orang dirinya sudah jadi muslim. Alasannya dia sudah meyakini bahwa Islam benar dan kebenaran harus disampaikan.

Raja Tak Beristana

Umar menunjukkan ketaatan luar biasa kepada Allah dan Nabi Muhammad. Ia juga ikut hijrah ke Madinah saat diperintah dan tak pernah absen mendampingi Rasulullah di medan perang.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Umar sangat terpukul. Abu Bakar menghiburnya. Pada saat itu muncul perselisihan di Madinah siapa yang akan mengambil tanggung jawab pemimpin. Kaum Ansar menginginkan kepemimpinan jatuh kepada mereka sebagai penduduk asli Madinah.

Umar menentangnya. Ia berbicara kepada umat Islam tentang karakter hebat Abu Bakar, orang nomor dua setelah Nabi Muhammad dan menyarankan untuk menjadikannya khalifah pertama Islam. Sarannya akhirnya diterima.

Sebelum wafat, Abu Bakar memilih Umar sebagai penggantinya. Umar sempat menolak, tapi Abu Bakar kokoh dengan pendiriannya. Umar akhirnya mengambil tanggung jawab menjadi Khalifah kedua. Dia mengikuti jejak Nabi Muhammad sepenuhnya.

Umar membangun pemerintahan Islam yang kuat. Setelah Romawi takluk di akhir kepemimpinan Abu Bakar, Umar melanjutkan misi menggempur Persia. Hasilnya Kekaisaran Persia dan Bizantium runtuh di hadapan tentara Islam.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Dalam sepuluh tahun kekuasaannya yang mulia, seluruh Kekaisaran Persia, Suriah, Palestina, Mesir, dan sebagian Turki berada di bawah panji-panji Islam dan bangsa-bangsa memasuki lapisan Islam.

Umar bukan hanya seorang raja, tetapi juga seorang administrator yang sangat baik, karena itu dia adalah pendiri sebenarnya dari sistem politik Islam. Dia memberlakukan hukum keilahian dalam sistem pemerintah; ia melindungi keamanan internal dengan memperkenalkan pasukan, ia memberikan uang kepada orang miskin; dia membangun markas dan benteng untuk keamanan pasukan Islam; ia mendirikan kota-kota baru untuk pertumbuhan budaya dan peradaban Islam; ia meningkatkan pertanian dan ekonomi Negara Islam; ia mendirikan sistem pendidikan di Negara Islam; singkatnya dia adalah pendiri Negara Islam yang hebat.

Pendakwah Ustad Ahmmad bin Muhammad Al Habsy mengatakan, Umar adalah panutan bagi setiap muslim. Dia adalah perwujudan keadilan, prinsip, kesalehan, kerendahan hati, dan karakter. Dia melakukan semua perannya baik pribadi atau profesional dengan intensitas dan tidak ada satu contoh pun yang dapat dikemukakan yang menunjukkan bahwa dia melakukan perannya kurang sempurna.

Sebagaimana di kisahkan Ustad Ahmad bin Muhammad Al Habsy dalam tausiyahnya yang ikut disiarkan melalui Youtube, hingga pada suatu ketika ada raja dari negara lain berkunjung ke Madinah Almunawarah, raja-raja tersebut bertanya kepada orang madinah, "di mana istana pemimpin kalian?"

Orang Madinah pun menjawab "pemimpin kami tidak punya istana."

Raja tersebut bertanya lagi, "kalau begitu di mana pemimpin kalian, rumahnya di mana?"

Orang Madinah pun menjawab "kalau mau bertemu pemimpin kami biasanya ada di masjid, kalau tidak biasanya di halaman masjid ada pohon yang rindang biasanya pemimpin kami tidur di situ."

Ketika didatangi, benar saja. Raja itu kaget dan terkagum-kagum melihat Umar, seorang pemimpin besar yang memiliki pasukan terkuat di bumi saat itu, hanya tidur di halaman beralaskan tikar dan membaur dengan masyarakat. Tidak ada istana ataupun tempat kerajaan.

Ketika bertemu dengan Umar, raja tersebut mengatakan "engkau bisa tidur karena engkau telah berlaku adil, sementara kami? Masih bersikap tidak adil, masih takut kehilangan tahta, masih takut harta dicuri.”

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini