Share

Inilah Tanda-Tanda Ibadah Kurban Diterima Allah Ta'ala

Novie Fauziah, Jurnalis · Sabtu 25 Juli 2020 13:51 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 25 330 2251954 inilah-tanda-tanda-ibadah-kurban-diterima-allah-ta-ala-1o1FQYXRVs.jpg Ilustrasi hewan kurban sapi. (Foto: Unsplash)
A A A

TIDAK lama lagi lebaran kurban atau Idul Adha 1441 Hijriah/2020 Masehi akan dirayakan. Sebagian umat Islam yang sudah memenuhi nasabnya pun telah siap melaksakan ibadah penyembelihan hewan kurban. Hal ini sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Lalu, bagaimana cara mengetahui ibadah kurban seorang Muslim diterima Allah Subhanahu wa ta'ala? Bagaimana ciri-cirinya?

Baca juga: Bagaimana Sih Asal Mula Kalimat Talbiyah dalam Ibadah Haji? 

Pimpinan Majelis Taklim Dzikrul Muhajirin Depok Ustadz Amar Ma’ruf mengatakan amal ibadah diterima atau tidak oleh Allah Subhanahu wa ta’ala memang sulit diukur. Siapa pun tidak boleh mengklaim atau meyakini diri bahwa ibadah yang dilakukan telah diterima oleh Allah Ta'ala.

"Begitu pula sebaliknya, seseorang tidak boleh pesimis atas amal ibadah yang telah dilakukan, apakah ditolak oleh Allah Subhanahu wa ta’la. Diterima atau ditolaknya sebuah amal ibadah merupakan hak prerogratif-Nya," kata Gus Ma'ruf –sapaan akrabnya– saat dihubungi Okezone, Jumat 24 Juli 2020.

Ia mengatakan, para ulama sangat hati-hati dalam membahas masalah ini. Ulama hanya bisa memberikan ciri-ciri atau tanda-tanda bahwa amal ibadah diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Salah satu ulama yang memberikan ciri atau tanda bahwa amal ibadah diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala adalah Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandari al Misry.

Dalam kitabnya Al Hikam. Beliau berkata:

. من وجد ثمرة عمله عاجلاً فهو دليل على وجود القبول

Artinya: "Siapa yang memetik buah dari amalnya ketika di dunia, maka itu menunjukkan Allah menerima amalnya."

Syekh Ahmad Zarruq dalam mensyarahi Kitab Al Hikam memberikan penjelaskan bahwa buah dari amal itu berbentuk kemaslahatan keagamaan dan kemaslahatan duniawi. Ia menyebut secara konkret bahwa buah dari amal ibadah adalah:

1. Kebahagiaan hidup yang diukur dengan perasaan bebas dari kekhawatiran dan kesedihan.

قلت ثمرة العمل ما ينشأ عنه من الفوائد الدينية والدنياوية. وذلك يدور على ثلاثة: حصول البشارة بزوال الخوف والحزن

Artinya: "Menurut saya, buah amal itu adalah faidah keagamaan dan keduniaan apa pun yang muncul dari amal tersebut. Buah dari amal itu hanya terdiri atas tiga bentuk: pertama, munculnya kebahagiaan karena sirnanya kekhawatiran dan kesedihan." (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 80)

Baca juga: Puasa Arafah atau Bayar Utang Ramadhan Dulu Ya? 

2. Ketenangan hidup yang ditandai dengan keridhaan batin dan sifat qanaah atas segala pemberian Allah Subhanahu wa ta'ala.

والحياة الطيبة بالرضا والقناعة

Artinya: "Kehidupan yang baik karena hati penuh ridho dan qonaah."

3. Keterbukaan rahasia atas penguasaan alam semesta.

وظهور سر الخلافة بتسخير الكائنات وانفعالها ظاهرا وباطنا

Artinya: "Penampakan rahasia kuasa atas penundukan dan pengaruh terhadap alam semesta lahir dan batin."

Hewan kurban. (Foto: Dok Okezone/Arif Julianto)

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sedangkan sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa kenikmatan dalam menjalankan ibadah itu sendiri sudah merupakan buah dari amal.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

وفى الحديث الصحيح قول ذلك الصحابي: فمنا من أينعت له ثمرته فهو يهديها، ومنا من مات لم يستوف من أجره شيئا منهم مصعب بن عمير رضى الله عنهم أجمعين. ومن طيب الحياة حلاوة الطاعة، فمن ثم يصح كونها ثمرة لا من حيث ذاتها فتدبر ذلك، وبالله التوفيق.

Artinya: "Dalam hadis sahih seorang sahabat Rasul berkata, 'Sebagian kami ada yang memiliki 'buah' matang, lalu Allah menghadiahkan untuknya. Tetapi sebagian kami ada yang wafat dan belum sempat mencicipi buah dari amalnya, salah satu dari mereka adalah Mush‘ab bin Umair Radhiyallahu anhu.' Salah satu bentuk ketenangan hidup adalah merasakan kelezatan aktivitas ibadah. Dari sini kemudian dapat dipahami bahwa kelezatan aktivitas ibadah itu sendiri bisa disebut sebagai bentuk dari buah amal, bukan sekadar aktivitasnya itu sendiri." (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 80–81)

Baca juga: Haji Dibatasi, Raih Takwa dengan 3 Amalan di Bulan Dzulhijjah Ini 

Info grafis hewan kurban. (Foto: Okezone)

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa ukuran diterima atau tidaknya sebuah amal ibadah, termasuk berkurban pada hari raya Idul Adha, adalah setelah seseorang melakukan kurban semakin tambah ketakwaannya. Di antaranya semakin rajin beribadah menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan menjauhi larangan-Nya.

"Sebab jika ia habis melakukan suatu ibadah dan di kemudian hari tidak berdampak positif kepada dirinya maka patut dicurigai bahwa amal ibadah yang pernah dilakukan bisa jadi belum diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala," ucap Gus Ma'ruf.

"Setidaknya setelah seseorang melakukan ibadah kurban diharapkan mendapatkan keberkahan yaitu tambahnya kebaikan kepada diri orang yang telah berkurban tersebut," pungkasnya.

Wallahu a'lam.

Baca juga: Masjid Istiqlal Tak Gelar Sholat Idul Adha, Imam Besar Mohon Maaf 

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini