NABI Ibrahim a’laihissalam dikenal sebagai bapaknya para nabi, karena keturunannya banyak diangkat menjadi nabi. Lahir di Babylonia, salah satu kota di Irak yang kala itu dikuasai oleh Raja Namrud yang angkuh dan kejam.
Raja Namrud menekankan kepada rakyatnya bahwa dirinya Tuhan. Siapa yang taat kepadanya akan mendapat imbalan atas apapun yang diinginkan, sebaliknya bagi yang tidak menurut kepadnya akan dihukum bahkan dihabisi.
Di suatu malam, Raja Namrud bermimpi melihat kerajaannya hancur dan terbakar. Ia kemudian meminta masukan dari peramal dan ahli tafsir mimpi di kerajaannya. Kebanyakan mereka tak bisa meramalkan apa arti mimpi Namrud.
Lalu, seseorang berkata bahwa pada malam itu telah lahir seorang anak laki-laki di Babilonia yang akan menghancurkan Kerajaan Namrud di masa mendatang. Mendengar tafsir tersebut, Namrud memerintahkan prajuritnya untuk mencari ada tidak anak laki-laki yang lahir pada malam dirinya bermimpi. Bila ada, maka jangan biarkan hidup.
Baca juga: Meneladani Kearifan Syuraih Al-Qadhi dalam Mendidik Istri
Azar, ayah Nabi Ibrahim saat itu orang kepercayaan Raja Namrud dan ahli pembuat patung. Saat itu dia datang ke Istana Namrud kemudian mengetahui informasi itu.
“Di sore harinya, baru saja istrinya melahirkan putranya, Ibrahim. Maka ia langsung pulang ke rumah dan mengatakan kepada istrinya untuk membawa Ibrahim ke hutan supaya Namrud tidak membunuhnya,” jelas pendakwah Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah kajian tentang nabi yang turut disiarkan di chanel Youtube Khalid Basalamah Official.
Sekian tahun dalam persembunyian, Ibrahim tumbuh muda dan terus mencari kebenaran dan Tuhan. Ia tak percaya pada berhala-berhala yang disembah kaumnya dan juga Raja Namrud. Akhirnya Ibrahim diangkat oleh Allah menjadi nabi.
Setelah menerima wahyu Allah dibawa malaikat Jibril, Nabi Ibrahim kembali ke Babilonia berdakwah, mengajak orang-orang menyembah Allah, dan meninggalkan berhala karena ia benda mati dan tidak bisa memberi apa-apa.
Nabi Ibrahim menuju sebuah kuil besar. Di sana Ibrahim melihat orang-orang sekitarnya sedang duduk menyembah dan memberikan sesajen. Di sekelilingnya pun terlihat berbagai jenis patung. Ia merasa ini menyimpang, patung bukanlah untuk disembah, terlebih dianggap Tuhan karena patung merupakan benda mati yang tak bisa melakukan apapun untuk membantu manusia.
Nabi Ibrahim pertama kali mendakwahi ayahnya lalu kaumnya. Perjuangan Ibrahim menyadarkan rakyat Babilonia untuk kembali ke jalan Allah SWT tertulis dalam Surah Al Anbiya Ayat 52-73, di mana diceritakan bahwa saat itu Ibrahim masuk ke tempat ibadah yang bentuknya serupa dengan piramida Mesir dan menemui ayahnya, dilihatlah banyak patung berjejeran termasuk patung dari Namrud.
Menghancurkan Berhala
Orang-orang di sana menamai patung-patung itu dengan sebutan berbagai macam nama dewa, serta dengan rutin memberikan sesajen kepada benda mati itu.
Nabi Ibrahim menghampiri patung-patung itu dan mengajaknya bicara. Tentu saja patung tak bisa bicara. Hal ini sengaja dilakukan Ibrahim guna menyadarkan rakyat Babilonia bahwa patung itu tidak bisa apa-apa. Tuhan sebenarnya adalah Allah, bukanlah patung yang mereka buat sendiri lalu disembah. Saat itu, mayoritas rakyat Babilonia memusuhi Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim tak hilang akal. Suatu malam, saat kuil kosong tanpa aktivitas, beliau masuk dengan mambawa kapak lalu menghancurkan puluhan patung di dalamnya, kecuali satu. Patung Namrud yang paling besar itu sengaja disisakan lalu digantungkan kapak.
“Ada banyak sekali patung seperti patung ular, patung singa, dihancurkan semua dan ditaruh di pahanya patung Namrud. Kapaknya juga ditaruh di tangannya patung Namrud,” tutur Khalid Basalamah.
Baca juga: Kisah Salman Al-Farisi Mencari Rasulullah hingga Akhirnya Memeluk Islam
Esok paginya, saat para rakyat Babylonia kaget saat masuk kuil untuk beribadah. Mereka melihat berhala-berhala mereka telah hancur. Akhirnya ketahuan selama ini Nabi Ibrahim yang paling menentang sesembahan mereka.
Mereka kemudian mendatangi Nabi Ibrahim.
“Hai Ibrahim, apakah kau yang melakukan ini pada Tuhan-Tuhan kami?” tanya mereka.
“Kenapa tanya saya? Tanya patung yang paling besar itu yang pegang kapak,” jawab Nabi Ibrahim.
Ibrahim melanjutkan, “coba lihat, kalau memang dia bisa berbuat apa-apa, maka dia yang melakukan. Kalau kalian yakin bahwa ia tak bisa melakukan apa-apa lalu mengapa kalian anggap ia sebagai Tuhan?”
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya