Share

Kisah Bilal bin Rabah yang Bikin Menangis Orang Se-Madinah

Saskia Rahma Nindita Putri, Jurnalis · Selasa 28 Juli 2020 12:02 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 28 614 2253208 kisah-bilal-bin-rabah-yang-bikin-menangis-orang-se-madinah-uBKRQyrnDX.jpg Pemeran Bilal bin Rabah dalam film Umar bin Khattab (Istimewa)
A A A

BILAL bin Rabah, seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. Kisah hidupnya menginspirasi orang-orang. Mantan budak yang masuk Islam di awal-awal dakwah Nabi Muhammad di Makkah. Memiliki suara merdu dan lantang, Bilal diangkat oleh Rasulullah sebagai muadzin.

Posisi Bilal sebagai penyeru panggilan adzan tak tergantikan. Bahkan saat penaklukan Kota Makkah, Rasulullah memerintahkan Bilal mengumandangkan adzan di atas Kakbah, sebuah kehormatan luar biasa baginya. Tak sembarang orang bisa naik ke Kakbah.

Baca: Kisah Bilal bin Rabah, Disiksa Bertubi-tubi tapi Kokoh pada Kalimat Ini

Setelah Rasulullah SAW wafat, Bilal bin Rabah sangat sedih. Ia tak mampu lagi mengumandangkan adzan. Tiap melantunkan kalimat adzan, suara akan terhenti dan menangis sesunggukan karena teringat akan Nabi Muhammad.

“Bilal bin Rabah, sahabat nabi merasa sudah tidak kuat lagi untuk tinggal di Kota Madinah, karena setiapkali Bilal datang ke masjid maka Bilal akan melihat rumah nabi di sebelahnya, yang di dalamnya ada kuburan Rasulullah SAW,” kata pendakwah Ustadz Hanan Attaki dalam sebuah ceramahnya yang turut disiarkan di chanel Youtube seperti dikutip, Selasa (28/7/2020).

“Jadi kalau kita bentuk kangennya adalah pengen ke Masjid Nabawi, Bilal justru karena saking cintanya, sudah tidak kuat lagi berada di Masjid Nabawi, karena orang yang ia cintai telah wafat.”

Bilal akhirnya minta izin kepada Khalifah Abu Bakar as Siddiq untuk meninggalkan Madinah dan ikut berjihad dengan pasukan muslimin lain di Syam. Abu Bakar sebenarnya tak ingin melepas Bilal, tapi ia tak kuat menahannya.

Di Syam, Bilal menikahi seorang perempuan salehah dan menetap di sana. Bilal tak sempat melihat Abu Bakar wafat dan kepemimpinannya akhirnya digantikan oleh Umar bin Khattab.

Suatu malam, istri Bilal mendapati sang suami menangis saat terbangun dari tidurnya. Istrinya bertanya mengapa muadzin teladan itu berurai air mata.

Bilal mengaku bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang sangat dirindukannya. Dalam mimpi tersebut, diceritakan bahwa Rasulullah SAW menegur Bilal lantaran dirinya sudah tak pernah lagi mengunjungi Madinah dan makam Rasulullah SAW. Bilal akhirnya kembali ke Madinah.

“Bilal memutuskan untuk berziarah ke makam Rasulullah. Berangkat Bilal dari Syam ke Madinah. Lihat Bilal masuk lagi ke Kota Madinah, penduduk Madinah kembali merasa seperti hidup di zaman Rasulullah,” ujar Hanan Attaki.

Umar bin Khattab dan penduduk Madinah menyambut gembira kembalinya Bilal. Mereka selama ini merasakan kehilangan sang muadzin kebanggaan mereka. Bilal kemudian sholat di Masjid Nabawi lalu berkunjung ke makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar.

Selepas itu, Umar bin Khattab menghampirinya, dan memintanya untuk kembali mengumandangkan adzan seperti dahulu yang sering ia lakukan semasa Rasulullah SAW.

Bilal menolak karena tak kuat melantunkan adzan, tapi Umat dan para sahabat lain terus membujuk Bilal. Mereka sangat rindu dengan suara adzan Bilal.

Baca juga: Kisah Menarik di Balik Munculnya Adzan sebagai Panggilan Sholat

Bilal akhirnya luluh. Baru saja mengawali adzan dengan suara lantangnya, seisi kota Madinah dibuat takjub sekaligus kaget mendengar suara Bilal. Orang-orang bergegas ke masjid untuk menyaksikan fenomena itu.

“Kota Madinah kaget mendengar suara Bilal. Orang-orang di rumah menanyakan, ‘apakah Rasulullah sudah bangkit kembali?’ Mereka semua kaget dan bahagia seolah Rasulullah SAW sudah bangkit kembali dari kematiannya. Satu Kota Madinah kaget penuh kebahagiaan.” ujar Ustadz Hanan.

“Pasar yang tadinya rame tiba-tiba sepi mendengar suara Bilal yang masih sayup-sayup. Semua berlari dari tempat kerja mereka ke masjid.”

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pertanyaan yang sama tentang kebangkitan Rasulullah banyak disebutkan oleh masyarakat Madinah yang gempar saat itu. Lantunan suara adzan dilanjutkan oleh Bilal, hingga sampai saat Bilal menyebutkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah”, belum selesai kalimat itu disebutkan, Bilal berhenti dan kemudian menangis dengan suara tangis yang luar biasa kerasnya.

Satu masjid, bahkan hingga satu Kota Madinah menangis karenanya.

“Ulama mengatakan, tidak pernah Kota Madinah menangis sedahsyat mereka menangis hari itu, kecuali ketika Rasulullah wafat. Cuma dua kali menangisnya Kota Madinah yang paling dahsyat. Kesatu, ketika hari Rasulullah wafat, dan kedua, ketika Bilal kembali mengumandangkan adzan dan mengucapkan Asyhadu anna Muhammadarradulullaah.”

Semuanya menangis dan merasa sangat kehilangan Rasulullah SAW. Semua masyarakat Madinah ingin untuk kembali merasakan hidup di zaman ketika Rasulullah SAW masih hidup.

Selepas itu, semua menanyakan mengapa Bilal seketika menangis. Bilal menjawab dengan kembali mengenang masa lampau semasa Rasulullah SAW masih hidup, dimana setelah Bilal selesai mengumandangkan adzan, Bilal biasanya akan datang ke hujroh (rumah) Rasulullah dan memanggil Rasulullah untuk shalat. Selepas Rasulullah wafat, Bilal merasa hampa lantaran dirinya sudah terbiasa memanggil kekasih Allah itu saat hendak sholat.

“Rasulullah nggak akan keluar sampai mendengar suara Bilal memanggil beliau secara khusus. Barulah Rasulullah keluar dengan wajah berseri-seri.” kata Ustadz Hanan Attaki.

Mendengar penjelasan Bilal, seluruh Kota Madinah kembali menangis. Seketika hari itu menjadi hari berkabung bagi Madinah, seruan tangis akan kerinduan terhadap Rasulullah SAW memuncak ketika Bilal kembali berkumandang dan mengisahkan kepiluan hatinya setelah Rasulullah SAW wafat.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini