DUA ledakan dahsyat mengguncang Kota Beirut, Lebanon, Selasa 4 Agustus 2020. Puluhan orang tewas dan sedikitnya 4.000 lainnya luka-luka. Sejumlah negara menyampaikan rasa duka atas tragedi mengerikan tersebut.
Video ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut sempat viral di media sosial, mengundang simpati dunia terhadap apa yang terjadi di Ibu Kota Lebanon.
Baca juga: Bom Beirut, Ustadz Yusuf Mansur Ajak Umat Islam Berzikir
Rumah sakit kewalahan menangani banyaknya pasien, suasana di Beirut dilaporkan mencekam di mana gedung-gedung dan sejumlah fasilitas di sekitar pelabuhan hancur akibat ledakan.
Lebanon pernah berjaya di bawah pemerintahan Islam pada masa Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah.
Sebuah negeri dengan topografi daerahnya berbukit-bukit dengan pantai memanjang menyusur laut Mediteranea sejauh 210 kilometer dari arah utara yang berbatasan denga Suriah hingga ke selatan yang berbatasan dengan Israel. Luas wilayah seluruhnya 10.452 kilometer persegi.
Mengutip keterangan dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (5/8/2020), total penduduk Republik Lebanon sekira 4 juta jiwa. Meskipun, masih terdapat penduduk keturunan Lebanon yang berdomisili di luar (diaspora) dalam jumlah yang cukup besar, misalnya di Brazil saja sekira 12 juta, di Afrika dan beberapa negara lain.
Baca juga: Sikap Muslim Menghadapi Musibah seperti Ledakan di Beirut Lebanon
Lebanon yang masuk kategori negara Arab memiliki iklim empat musim; summer, fall, winter, dan spring. Di beberapa wilayah pegunungan terdapat salju dan di musim winter suhu bisa mencapai dibawah 0 derajat Celcius.
Lebanon terbagi atas 6 provinsi; Beirut, Mount Lebanon, North Lebanon, South Lebanon, Nabatieh, dan Bekaa. Dari segi agama, warga Lebanon menganut beberapa agama seperti Islam (Sunni, Syiah, dan Druze), agama Kristen (Maronit, Katolik Roma, Katolik Ortodox, dan Protestan).
Pola kehidupan atau karakteristik masyarakat Lebanon dikenal cukup modern, dinamis, snobis dan konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari pola berpakaian, jenis kendaraan yang umum terlihat di jalan raya, maraknya pusat-pusat perbelanjaan mewah.
Kehidupan malam, seperti halnya night club, café-café, serta restaurant dan hotel-hotel disepanjang pantai yang lengkap dengan fasilitas kapal mewah/yacht sampai tempat perjudian “Casino du Liban” menunjukkan kesan karakteristik masyarakat “urban-state dengan penghasilan perkapita lk. $5,770 yang dominan cenderung konsumtif.
Sejarah
Sekitar 3000 sebelum Masehi, pertama kali yang bermukim di Lebanon adalah bangsa Semit Kana’an atau Phoenicia.
Pada tahun 332 SM bangsa Romawi menaklukkan Phoenicia dan memerintah Lebanon sebagai bagian dari Propinsi Suriah. Pada kekuasaan Romawi itu, kota Beirut (Beyrouth) mulai berkembang. Pada era kekaisaran Romawi inilah Kristen mulai berkembang di Lebanon.
Era Pemerintahan Islam
Islam masuk ke Suriah dan Lebanon pada tahun 632 Masehi. Di bawah kekuasaan dinasti atau Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, Lebanon menunjukkan geliatnya sebagai masyarakat moderen.
Pada era ini, bahasa Arab menjadi bahasa resmi Lebanon dan kehidupannya menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang. Hal ini berlangsung hingga 1099.
Kemudian Lebanon ditaklukkan Kristen dari Eropa (Crusader). Selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga berusaha membendung proses Arabisasi dan Islamisasi yang mengalir secara damai dalam masa pemerintahan Islam. Mereka menghidupkan budaya Barat di tengah-tengah kehidupan Islam.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya