Share

Pesona Malioboro Tak Pernah Pudar hingga Yogyakarta Berusia 264 Tahun

Dewi Kania, Jurnalis · Rabu 07 Oktober 2020 13:24 WIB
https: img.okezone.com content 2020 10 07 408 2289786 pesona-malioboro-tak-pernah-pudar-hingga-yogyakarta-berusia-264-tahun-0xzVw0khmg.jpg Jalan Malioboro. (Foto: Okezone/Dewi)

MALIOBORO menjadi salah satu kawasan wisata paling legendaris di Yogyakarta. Tepat pada perayaan HUT ke-264 Yogyakarta, Okezoners harus tahu sejarah Malioboro.

Setiap liburan ke Yogyakarta, Jalan Malioboro selalu rak pernah dilewatkan. Maliboro menjadi jantung kota yang jadi pusat bertemunya wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Malioboro menjadi cukup dikenal karena cerita sejarah yang menyertainya. Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogyakarta yakni Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan.

Dalam Bahasa Sansekerta, kata Malioboro bermakna karangan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di sana pada 1811-1816 M. Pendirian Jalan Malioboro bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta.

Dilansir Okezone dari KRJogja, awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo)-Kraton Yogya-Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790, saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini.

Baca Juga: Mampir Yuk ke Goa Sumitro, Objek Wisata Baru di Yogyakarta

malioboro

Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan pedagang Tiong Hoa. Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya.

Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang Tanah Air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogyakarta.

Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogyakarta. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini.

Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Pada 2016 pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan menata pedestrian.

Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan karena menjadi ciri khas Malioboro. Begitu juga dengan pedagang kaki lima, transportasi andong, juga becak.

malioboro

Banyak pula akomodasi hotel yang mendukung pariwisata di sekitar Malioboro. Meski sudah berkali-kali jalan-jalan ke Maliboro, wisatawan tak pernah bosan.

Kini di usia Yogyakata ke-264, kawasan Maliboro semakin asri. Malioboro terasa tak pernah sunyi selama 24 jam.

Wisatawan pun betah merasakan suasana malam Yogyakarta dari jalan Malioboro. Baik itu dengan keluarga, teman atau pasangan.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini