CANDI Muara Takus jadi salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Riau. Konon di balik keindahan candi yang berada di Kabupaten Kampar ini menyimpan sejuta misteri.
Candi ini merupakan peninggalan peradaban agama Budha dan dibangun saat masa kerajaan Sriwijaya. Candi tersebut memiliki bentuk bangunan yang unik, karena stupanya dipenuhi oleh ornamen kepala singa dan roda.
Candi Muara Takus merupakan candi tertua di Sumatera yang bersifat Buddhis. Candi ini juga menjadi satu-satunya yang berdiri di Riau loh!
Arsitektur candi ini terbuat dari batu bata, batu sungai dan batu pasir. Sekilas ada banyak kemiripan arsitektur dengan yang berada di Vietnam, Myanmar, India, serta Sri Lanka.
Fakta menarik, terdapat dua pendapat berbeda tentang nama Muara Takus. Pertama, nama ini berasal dari sebuah sungai bernama Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan.
Pendapat kedua, menyebut nama ini terdiri atas "muara" dan "takus". Kata Takus ini berasal dari bahasa China. "Ta" berarti besar, "Ku" berarti Tua, dan "Se" artinya kuil atau candi. Jadi Muara Takus bisa diartikan candi tua besar yang terletak di muara sungai.
Baca Juga: Machhapuchhare, Puncak Perawan Himalaya Penuh Misteri
"Sebenernya Muara Takus agak menyeramkan daripada mengagumkan, enggak heran ada hal misterius dikaitkan di sini," dikutip Okezone dari channel Youtube VIA DEA.
(Foto: Instagram susanto.xu)
Bahkan dituliskan dalam buku yang berjudul "The Forgotten Kingdoms in Sumatra" milik Dr. F.M. Schnitger pada 1939, sang penulis pernah menyaksikan gerombolan gajah yang berziarah ke candi tersebut di 1935.
"Beberapa saat tak terjadi sesuatu apapun. Kesunyian terasa mencekam. Tiba-tiba terdengar suatu bunyi membahana yang gegap gempita. Sebatang pohon besar tumbang tepat di bekas saya berdiri tadi.
Seluruh gerbang tertutup oleh dahan dan rantingnya. Pada waktu yang bersamaan terdengar pula suara gemeretak bunyi dahan-dahan kayu diremukkan. Semak belukar terkuak.
Dua ekor gajah raksasa menyerbu ke lapangan kuil, berkelahi sambil menjerit-jerit, saling menghantam dengan gadingnya yang kukuh. Dan kemudian secepat kilat, seperti tatkala mereka muncul, gajah-gajah itupun lenyap pula kembali ke hutan", tulis Schnitger dalam bukunya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya