Share

Istilah Istidraj dan 3 Elemen Masyarakat yang Bisa Terkena Dampak

Tim Okezone, Jurnalis · Rabu 15 September 2021 15:00 WIB
https: img.okezone.com content 2021 09 15 330 2471717 istilah-istidraj-dan-3-elemen-masyarakat-yang-bisa-terkena-dampak-ATcK6ypSP0.jpg Karier melesat, rezeki terus mengalir tapi tidak pernah sholat melalaikan perintah Allah Ta'ala. Maka hati-hati ini adalah istidraj. (Foto: Freepik)
A A A

ISTIDRAJ dalam bahasa Arab terambil dari kata “daroja” yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Para Ulama memaknai istidraj antara lain dengan azab yang berupa kenikmatan. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman berikut : 

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاَياَتِناَ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَيَعْلَمُوْنَ . وَاُمْلِيْ لَهُمْ إنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنَ

“ Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami , akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh rencanaKu sangat teguh." (QS Al ‘Araf (7);182-183)

Baca Juga: 5 Penjelasan Ulama Mengapa Syariat Islam Berat Dilaksanakan

Pada terjemahan Tafsir Kemenag RI tersebut “Sanastadrijuhum diartikan dengan “ akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur ( kearah kebinasaan)”.

Bisa juga kita artikan “akan Kami istidrajkan mereka”. Atau menggunakan istilah Jawa “akan Kami lulu mereka”, min haitsu laa ya’lamuun = dengan cara yang mereka tidak ketahui.

Baca Juga: Begini Cara Mengalirkan Pahala kepada Orangtua yang Telah Meninggal Dunia

Ulama dan Mantan Anggota Komisi Ukhuwah MUI DKI Jakarta, KH Drs Syarifuddin Mahfudz MSi menjelaskan maka Istidraj adalah siasat Allah SWT terhadap orang-orang yang selalu berbuat maksiat, orang-orang yang selalu mendustakan ayat-ayat Allah, selalu mengabaikan peringatan, perintah dan larangan Allah swt. Dan mereka bangga dengan ulahnya karena merasa sukses terus.

Dan pada ayat 183 nya Allah nyatakan :

“ Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka, innaa kaidii matiin = sungguh rencanaKu sangat teguh”.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sifat yang demikian itu (istidraj) bisa ada pada setiap segmen masyarakat.

1. Ada pada kalangan rakyat jelata, atau yang hidupnya pas pasan.

Kita sering menjumpai orang miskin, papah, yang kerjanya mabuk-mabukan, minum miras oplosan, berzina dengan banyak perempuan. Dan dengan angkuhnya bilang kepada ahli ibadah :

“ ngapain lu tunggang tungging sembahyang, rajin ke masjid, ternyata lu juga boke kaya gue, lu malah sakit-sakitan, lihat neh gue kagak pernah sakit”, 

2. Banyak terjadi di kalangan orang kaya 

Golongan ini jelas lebih parah. Karena apapun yang dia inginkan bisa terlaksana dengan duitnya yang tidak berseri. Sudah punya bini empat, masih juga berzina dengan artis dan selebritis. Bila sakit pergi ke dokter yang paling canggih. Kekayaannya semakin bertambah saja karena berkolaborasi dengan Penguasa culas. Demikian seterusnya, semakin sukses semakin lupa daratan, lupa lautan. Bahkan dia juga lupa bahwa umurnya akan berakhir.

3. Banyak juga terjadi di kalangan penguasa

Dari zaman purba sampai kini, banyak penguasa otoriter, curang, dholim alias tidak adil, rakus, nepotis alias mementingkan keluarga dan kroni sendiri. Berkolaborasi dengan Pengusaha-Pengusaha rakus, sampai tega-teganya mengkorupsi aset negara untuk keuntungan diri dan kelompoknya, di tengah rakyat yang masih melarat. Kalau menerapkan hukum dengan politik belah bambu. Yang bawah diinjek, yang atas diangkat.

Maka itu waspadalah:

“Ketika Allah membiarkan kita, sengaja meninggalkan shalat, sengaja meninggalkan puasa, tidak merasa dosa ketika berbuat maksiat dan membuka aurat, berat untuk beribadat, menganggap enteng perbuatan dosa, bangga dengan apa yang dimiliki, berlaku curang, tebang pilih dalam penegakan hokum, dan anda merasa baik-baik saja, bahkan sukses terus, itu adalah tanda-tanda bahwa anda sedang diistidrajkan, atau sedang dilulu oleh Allah swt yang Maha Kuasa,” ujarnya

Perhatikanlah dengan saksama firman Allah SWT dalam Surat Al An’am (6):44 ini: 

فَلَماَّ نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بَهِ فَتَحْناَ عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إذَا فَرِحُواْ بِماَ اُتُوْا اَخَذْناَهُمْ بَغْتَةً فَإذاَ هُمْ مُبْلِسُوْنَ

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka. Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.

Perhatikan juga Surat Al ‘Araf (7):165 berikut :

فَلَماَّ نَسُواْ ماَ ذُكَرُوْا بِهِ اَنْجَيْناَ الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السَوْءِ وَأخَذْناَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍ بَئيْسٍ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

“ Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat, dan Kami timpakan kepada orang-orang yang dzalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik”. (Terjemahan Kemenag RI)

Sejarah mencatat para penguasa yang otoriter dan dholim, ketika sedang berjaya , ketika sedang diistidrajkan Allah SWT mereka semakin angkara murka. Namun ketika puncak istidrajnya sudah habis, mereka hancur sehancur- hancurnya.

Bahwa penguasa-penguasa yang dzalim dan tiran, pada akhirnya mereka disiksa dengan tiba-tiba setelah masa istidrajnya habis, banyak tercatat dalam sejarah.

Yang fenomenal dan diabadikan dalam Al Qur’an, tentu saja Firaun dari Mesir pada zaman Nabi Musa ‘alaish shalam, seperti dijelaskan dalam surat Yunus (10):90 sebagai berikut : 

وَجاَوَزْناَ بِبَنِيْ إسْراَئلَ البحر فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهُ بَغْياً وَعَدْواً حَتَّى إذَا اَدْرَكُهُ الْغَرَقُ قاَلَ اَمَنْتُ اَنَّهُ لاَ اِلَهَ إلاَّ الَّذِيْ اَمَنَتْ بِهِ بَنُوْا إسْرَاَءِيْلَ وَ اَناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“ Dan Kami selamatkan Bani Israil melalui laut, kemudian Fir'aun dan balatentaranya mengikuti mereka untuk mendzalimi dan menindas (mereka).Sehingga ketika Fir'aun hampir tenggelam, dia berkata :"Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim *berserah diri".

Allah SWT  pun menjawab pada ayat berikutnya, ayat 91 sebagai berikut : 

اَلْئَنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمٌفْسِدِيْنَ

“Mengapa baru sekarang (kamu beriman) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang yang berbuat kerusakan”.

Wallohu ‘alam bish shawab.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini