Share

Tokoh Islam Indonesia: KH. Ahmad Dahlan Umpamakan Islam Laksana Gayung Rusak

Tim Okezone, Jurnalis · Selasa 28 September 2021 11:17 WIB
https: img.okezone.com content 2021 09 28 614 2477961 tokoh-islam-indonesia-kh-ahmad-dahlan-umpakan-islam-laksana-gayung-rusak-iac8CFn7fN.jpg KH.Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan ulama pejuang Indonesia (foto: Muhammadiyah.or.id)
A A A

KH. AHMAD DAHLAN, pendiri organisasi Islam Muhammadiyah ini merupakan salah satu tokoh Islam Indonesia yang memiliki peran penting di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ulama kelahiran Kampung Kauman, Yogyakarta pada 1 Agustus1868 ini, punya pesan baik kepada seluruh umat muslim Indonesia sebelum ajalnya menjemput. Petuah-petuah KH. Ahmad Dahlan ratusan tahun ini tentu sangat baik untuk diingat kembali di masa sekarang ini.

Dikutip dari laman Suara Muhammadiyah, Menjelang ajalnya, KH Ahmad Dahlan pernah berpesan kepada iparnya, KH Ibrahim, yang mengurusnya ketika sedang sakit.

Baca JugaKH Ahmad Dahlan Ulama Pejuang Pelopor Pendidikan Modern di Indonesia

Ibrahim ini pula yang menggantikan Ahmad Dahlan sebagai Ketua HB Muhammadiyah (kini Ketua Umum PP Muhammadiyah). Pesannya sebagai berikut:

“Him, agama Islam itu kami misalkan laksana gayung yang sudah rusak vorm-nya (pegangannya), dan rusak pula kalengnya, sudah sama bocor dimakan teyeng (karat), sehingga tidak dapat digunakan pula sebagai gayung,"

"Oleh karena kita umat Islam perlu akan menggunakan gayung tersebut, tetapi tidak bisa karena gayung itu sudah sangat rusaknya. Sedang kita tidak mempunyai alat untuk memperbaikinya, tetapi tetangga dan kawan-kawan di sekitarku itu banyak yang memegang dan mempunyai alat itu, tetapi mereka juga tidak mengetahui bahwa alat-alat yang dipegang dan dimiliki itu dapat digunakan untuk memperbaiki gayung yang kami butuhkan itu,"

Baca Juga: KH Ahmad Dahlan Ulama Pejuang Pelopor Pendidikan Modern di Indonesia

"Maka kamu mesti berani meminjam untuk memperbaikinya. Siapakah tetangga dan kawan-kawan yang ada di sekitar kamu itu? Ialah mereka kaum cerdik pandai dan mereka orang-orang yang terpelajar yang mereka itu tidak tahu memahami agama Islam. Padahal, mereka itu pada dasarnya merasa dan mengakui bahwa pribadinya itu muslim juga,"

"Karena banyak, mereka itu memang daripada keturunan kaum Muslimin, malah ada yang keturunan dari penghulu-penghulu dan kiai-kiai terkemuka. Tetapi, karena mereka melihat keadaan umat Islam pada umumnya keadaan krisis dalam segala-galanya, mereka tidak ingin menjadi umat yang bobrok. Oleh karena itu dekatilah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya sehingga mereka mengenal kita, dan kita mengenal mereka. Sehingga, perkenalan kita bertimbal balik, sama-sama memberi dan sama-sama menerima”. (Syuja’, 2009: 192-193),"

Dalam hal ini, Gayung yang dimaksud KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah adalah alat untuk mengambil air, terbuat dari kaleng dengan pegangan dari besi atau kayu.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Kini gayung itu sudah tidak rusak lagi. Sudah mampu memberi pencerahan bagi bangsa Indonesia untuk maju. Sudah menampakkan wajah rahmatn lil ‘alamin. Kewajiban generasi kini untuk memelihara gayung hingga tak rusak lagi. (Abu Aya) —Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2017.

Ketika gayung rusak, kaleng bocor dan berkarat serta pegangan rusak, tentu tak bisa digunakan lagi, dan kalaupun digunakan sudah tak maksimal lagi.

Tentu yang dimaksud “Agama Islam itu kami misalkan laksana gayung yang sudah rusak”, itu bukanlah ajarannya yang rusak tetapi pemahaman ajaran Islam atau paham agamanya yang rusak. Sehingga Islam yang mestinya dapat member spirit kemajuan, tetapi malah dalam posisi tertinggal. Islam yang rahmatan lil ‘alamin tidak nampak dampaknya bagi kehidupan.

KH Ahmad Dahlan tidak hanya berpesan, tetapi itulah yang dikerjakan selama ini, memperbaiki pemahaman Islamnya sehingga lebih bermanfaat bagi kehidupan. Karenanya, untuk memperbaiki gayung itu, ia juga tak segan meminjam alat dari orang lain, bahkan kepada muridnya sendiri.

Persyarikatan Muhammadiyah berdiri 18 November 1912 juga tak lepas dari ini. Ide organisasi ini lahir dari dialog kecil antara KH Ahmad Dahlan dengan muridnya di Kweekschool Yogyakarta yang datang ke rumahnya yang juga untuk Sekolah. Organisasi yang tadinya untuk menjaga sekolah tersebut agar lestari, malah di usianyan yang ke-105 (19 November 2017) mampu membiakkan ribuan sekolah serupa bahkan ribuan amal usaha yang lain.

Bukan Sekedar Usir Penjajah

KH. AHmad Dahlan yang merupakan ulama pejuang bukan hanya mengusir penjajah, juga berperan besar mendirikan pusat pendidikan Islam yang sangat berpengaruh hingga saat ini. KH Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah, yang melakukan perubahan besar dalam banyak bidang di Indonesia, terutama pendidikan.

Melansir dari channel YouTube, Muhammadiyah Channel, Kiai Ahmad Dahlan merupakan tokoh agama, pendidikan, sekaligus tokoh masyarakat yang disegani. Sejak awal abad ke-20 ia dan Muhammadiyah telah mewarnai proses pembentukan Indonesia modern. Bahkan sampai saat ide-ide Kiai Ahmad Dahlan masih tetap lestari.

Kiai Ahmad Dahlan lahir dengan nama asli Muhammad Darwisy di kampung Kauman, Yogyakarta. Beliau lahir pada 1 Agustus 1868. Dia adalah putra pasangan KH Abu Bakar dan Nyai Abu Bakar, putri dari Haji Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu Kesultanan Yogyakarta.

Dalam silsilah keluarga, Kiai Ahmad Dahlan merupakan keturunan ke-12 dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan salah satu Wali Songo, pelopor pertama penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa.

Memang sejak kecil, Ahmad Dahlan sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama oleh kedua orangtuanya. Menjelang dewasa, ia berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk mempelajari ide-ide pembaharuan, seperti beragam tafsir, dan tokoh Islam lainnya. Pada usia 20 tahun, ia kembali ke kampungnya dan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan.

Suami dari Hj. Siti Walidah ini juga bergaul dan berdialog dengan semua kalangan seperti, ulama, rakyat jelata, bangsawan, pendeta, hingga misionaris, guna merealisasikan ide-ide pembaharuannya. Pada tahun 1906, Ahmad Dahlan berhasil masuk menjadi anggota Boedi Oetomo.

Di sana ia memberikan pelajaran agama di kalangan priyai Jawa. Setelah itu, dirinya membangun sekolah dengan sistem pendidikan modern karena adanya dukungan dari kalangan priayi. Ide pemikiran beliau terbukti bisa menumbuhkan ajaran pendidikan yang khas.

Sejarawan Ahmad Adaby mengatakan, Ahmad Dahlan mengatakan bahwa pendidikan barat pada dasarnya mengadopsi dari ilmu-ilmu warisan para sendekiawan muslim terdahulu.

"Dulunya ilmu-ilmu barat itu dari cendekiawan muslim dan akhirnya dibawa ke barat dan ke sini (Indonesia). Jadi sama saja, semua ilmu itu datangnya dari Allah,” kata Adaby, menjelaskan pola pemikiran Kiai Ahmad Dahlan.

Kiai Ahmad Dahlan juga melakukan pergerakan pembaharuan arah kiblat, karena dahulu semua masjid di Indonesia arah kiblatnya adalah ke arah barat persis. Beliau yang memilliki dasar ilmu falak dan astronomi akhirnya melakukan pembaharuan arah kiblat tersebut karena saat itu memang keliru.

1
3

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini