Share

7 Amal Salih yang Pahalanya Terus Mengalir meskipun Sudah Meninggal

Hantoro, Jurnalis · Selasa 12 Oktober 2021 17:07 WIB
https: img.okezone.com content 2021 10 12 330 2485169 7-amal-salih-yang-pahalanya-terus-mengalir-meskipun-sudah-meninggal-ENtrcNAvsA.jpg Menggali sumur salah satu amal salih yang pahalanya terus mengalir. (Foto: Shutterstock)
A A A

KEMATIAN adalah hal yang pasti bagi setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Maka itu, ketika hidup di dunia haruslah melakukan berbagai amal salih yang bisa menjadi bekal pahala di akhirat kelak.

Dikutip dari laman Konsultasi Syariah, Selasa (12/10/2021), Ustadz Ammi Nur Baits ST BA mengungkapkan bahwa orang yang sudah meninggal dunia terputus dari amalan salih, dan menunggu hari hisab yang tidak diketahui hasilnya. Mereka hanya ditemani amalnya ketika di dunia.

Baca juga: Bacaan Amalan Sunah Zikir Petang Hari Ini, Selasa 12 Oktober 2021 

Ia mengatakan, dalam suasana demikian, ternyata ada beberapa orang yang kebaikannya terus mengalir. Jasad mereka bersemayam dengan tenang di alam kubur, namun balasan pahalanya terus mengalir.

Ustadz Ammi melanjutkan, pahala mereka terus berdatangan, padahal terdiam dalam kuburnya, menunggu datangnya hari kiamat. Sungguh masa pensiun yang sangat indah dan tidak bisa terbeli dengan dunia seisinya.

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ، أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Artinya: "Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) Orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) Orang yang mengalirkan sungai (yang mati), (3) Orang yang membuat sumur, (4) Orang yang menanam kurma, (5) Orang yang membangun masjid, (6) Orang yang memberi mushaf Alquran, dan (7) Orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat." (HR Al Bazzar dalam Musnadnya 7289, Al Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449, dan yang lainnya. Al Albani menilai hadis ini hasan)

Baca juga: Alquran dan Sains: Nyamuk Tanda Kebesaran Allah Ta'ala, Miliki Zat Pembius hingga 6 Belalai 

1. Mengajarkan ilmu pengetahuan

Hal yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat, yang mengantarkan seseorang mengenal agama dan Rabb-nya. Ilmu yang menjadi petunjuk seseorang ke jalan yang lurus. Ilmu yang mengenalkan jalan hidayah dan jalan kesesatan. Ilmu yang mengajarkan mana yang haq dan mana yang batil. Mana yang halal dan mana yang haram.

Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan seorang ulama yang memberi nasihat kepada umat. Para dai yang ikhlas memberika pencerahan bagi umat. Hingga Imam Ahmad pernah memuji ulama seperti orang yang menghidupkan masyarakat yang telah mati hatinya. Dalam pengantar bukunya Ar-Rad ala Jahmiyah:

الحمد لله الذي جعل في كل زمان فترة من الرسل بقايا من أهل العلم يدعون من ضل إلى الهدى ويصبرون منهم على الأذى يحيون بكتاب الله الموتى ويبصرون بنور الله أهل العمى فكم من قتيل لإبليس قد أحيوه وكم من ضال تائه قد هدوه فما أحسن أثرهم على الناس وأقبح أثر الناس عليهم

"Segala puji bagi Allah yang menjadikan generasi ulama sebagai pejuang di masa fatrah dari para rasul. Mereka mengajak orang yang sesat menujuk jalan petunjuk, bersabar terhadap setiap gangguan dari masyarakat. Mereka menghidupkan manusia yang mati hatinya dengan Kitabullah dan membuat bisa melihat orang yang orang buta agama dengan cahaya Allah. Betapa banyak korban iblis yang dia hidupkan, dan betapa banyak orang sesat dalam kebodohan yang mereka tunjukkan jalan hidayah. Sungguh indah kiprah mereka di tengah masyarakat, namun sungguh buruk sikap masyarakat yang tidak memahami hak mereka kepada ulama." (Ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah, hlm 6)

Ketika orang yang berilmu wafat, maka ilmu mereka pun tetap kekal di tengah-tengah masyarakat. Di saat jasad mereka tertanam di tanah kuburan, pahala mereka tetap bermunculan. Para ulama mengatakan:

يموت العالم ويبقى كتابه

"Saat ulama pergi, buku-buku mereka tetap kekal abadi."

Baca juga: Ini Hukum Jasa Titip Menurut Syariat Islam 

Apakah ini juga berlaku untuk ilmu dunia?

Pertanyaan ini pernah disampaikan kepada Imam Ibnu Utsaimin. Beliau menjawab:

الظاهر أن الحديث عام ، كل علم ينتفع به فإنه يحصل له الأجر ، لكن على رأسها وقمتها العلم الشرعي ، فلو فرضنا أن الإنسان توفي وقد علم بعض الناس صنعة من الصنائع المباحة ، وانتفع بها هذا الذي تعلمها فإنه ينال الأجر ، ويؤجر على هذا

"Secara teks hadis, ilmu di sini sifatnya umum, semua ilmu yang bermanfaat, bisa mendatangkan pahala. Hanya saja yang paling bermanfaat adalah ilmu syariah. Andai ada orang yang wafat, dan dulu dia pernah mengajarkan tentang keterampilan yang mubah, dan itu bermanfaat bagi orang yang diajari, maka dia mendapatkan pahala dan juga diberi pahala untuk memberikan ilmu semacam ini." (Liqaat Bab al-Maftuh, 117/16)

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

2. Mengalirkan sungai yang mati

Maksudnya adalah membuat aliran pada sungai yang tertahan airnya agar air tersebut bisa mengalir ke tempat-tempat pemukiman masyarakat, sehingga orang lain bisa memanfaatkannya.

Betapa besar kebaikan dari amalan yang mulia ini, memudahkan manusia memperoleh air yang merupakan kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia.

Syekh Dr Abdurrazaq mengatakan, serupa dengan amalan ini adalah membangun penampungan air di tempat-tempat yang dibutuhkan manusia.

Baca juga: 4 Tutorial Gaya Hijab Pashmina ala Lesti Kejora, Simpel dan Cantik 

3. Menggali sumur

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي ، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا ؟ فَقَالَ : فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

"Suatu ketika ada seorang lelaki yang merasakan sangat kehausan, lalu ia menjumpai sebuah sumur. Dia pun turun, lalu meminum airnya. Setelah itu ia naik lagi. Sesampainya di atas, dia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah yang lembap saking hausnya. Lelaki itu mengatakan, 'Anjing ini pasti merasa sangat kehausan sebagaimana hausku tadi.' Lalu ia kembali turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air. Setelah itu ia beri minum anjing tersebut. (Oleh karena perbuatannya) Allah pun bersyukur kepadanya dan mengampuninya."

Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah perbuatan baik kita terhadap hewan mendapat ganjaran pahala?" Rasulullah menjawab, "Pada setiap Ya, pada setiap nyawa itu ada ganjaran pahala." (Muttafaqun ‘alaihi)

Jika hanya dengan memberi minum seekor anjing bisa menyebabkan semua dosanya terampuni, bagaimana pula dengan orang yang membuat sebuah sumur, yang bisa dimanfaatkan banyak orang? Tentu pahalanya sangat besar.

Baca juga: Tata Cara Sholat Unsi, Adakah Syariatnya? 

4. Menanam pohon kurma

Mengapa kurma? Sebab kurma adalah pohon yang paling utama dan paling bermanfaat untuk manusia. Barang siapa yang menanam kurma lalu membagikan buahnya kepada kaum Muslimin, maka pahalanya akan ia dapatkan dari setiap butir kurma yang dimakan. Setiap orang ataupun hewan bisa memperoleh manfaat dari buah kurma.

Sama halnya dengan orang yang menanam pohon yang bermanfaat lainnya, baik bermanfaat karena buahnya atau bermanfaat karena teduhnya atau karena lainnya. Dia juga akan memperoleh pahala.

Dalam hadis ini disebutkan kurma, karenakan keutamaan dan keistimewaan kurma yang tidak dimiliki pohon lainnya.

Baca juga: Khotbah di Masjidil Haram Akan Disiarkan dalam Bahasa Internasional 

5. Membangun masjid

Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta'ala. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

"Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya." (HR Muslim 1560)

Sebab di masjid, nama Allah Subhanahu wa ta'ala diagungkan dan ditinggikan. Tempat ditegakkan sholat, ayat-ayat Alquran dibacakan, ilmu agama disebarkan, umat Islam berkumpul, untuk maslahat agung lainnya.

Allah Subhanahu wa ta'ala memuji masjid dalam ayat suci Alquran:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ

Artinya: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (QS An-Nur: 36)

Maka itu, orang yang membangun masjid, dia akan memperoleh pahala dari setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan di masjid tersebut. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

"Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga." (Muttafaqun ‘alaihi)

Baca juga: Umrah Diizinkan, AMPHURI Harap Jamaah Tak Perlu Karantina dan Vaksin Ulang 

6. Menghadiahkan mushaf Alquran

Menghadiahkan kitab suci Alquran berarti memberi fasilitas orang lain untuk bisa mendapatkan pahala sebanyak huruf yang dibaca dalam Alquran. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

"Siapa yang membaca satu huruf dalam Alquran maka dia mendapatkan satu pahala. Dan satu pahala dilipatkan 10 kali." (HR Turmudzi 3158)

Terutama ketika hadiah Alquran itu tepat sasaran. Benar-benar diberikan kepada mereka yang rajin membaca Alquran atau mereka yang menghafalkan Alquran.

Sangat disayangkan jika Alquran yang diberikan itu salah sasaran. Diterima oleh mereka yang jarang membaca Alquran, kecuali di bulan Ramadhan.

Baca juga: Bagaimana Hukumnya Jual-Beli Emas secara Online? 

7. Anak salih

Anak salih adalah harta yang paling tidak ternilai. Ketika orangtua mendidik anaknya, maka dia akan mendapatkan pahala dari amal salih yang dilakukan anaknya. Karena setiap orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dia akan mendapatkan pahala selama orang itu mengamalkan ilmunya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

"Siapa yang mengajak ke jalan petunjuk, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR Muslim 2674)

Sehingga tidak semua orangtua mendapatkan pahala dari amal anaknya. Kecuali jika orangtua yang mengajarkan kebaikan atau mengarahkan anak itu untuk belajar kebaikan.

Baca juga: 8 Tutorial Hijab Segi Empat Simpel Cantik untuk Sehari-hari, Wajib Dicoba 

Syaikhul Islam mengatakan:

النبي صلى الله عليه وسلم لم يجعل للأب مثل عمل جميع ابنه ، ولا نعلم دليلا على ذلك ، وإنما جعل ما يدعوه الابن له من عمله الذي لا ينقطع

"Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam tidaklah menjadikan pahala untuk bapak sama dengan pahala amal anaknya. Kami tidak mengetahui adanya dalil tentang itu. Namun beliau jadikan ajakan kebaikan kepada anaknya, bagian dari amal orang tuanya, yang tidak akan terputus." (Jami’ul Masail Ibnu Taimiyah, 4/266)

Wallahu a'lam bishawab.

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini