INILAH kisah lucu Abu Nawas tentang panci beranak. Lho kok bisa peralatan dapur berupa panci memiliki anak? Simak kisah lengkapnya berikut ini, seperti dikutip dari laman pwmu, Kamis (16/12/2021).
Ustadz Ali Hasan al Bahar Lc MA mengisahkan sastrawan Abu Nawas yang pengetahuan fikihnya selevel dengan Imam Abu Hanifah. Tapi karena sering nyeleneh, jadi kerjaannya menghibur dengan cerita yang penuh makna.
Baca juga: Kisah Abu Nawas Dikasih Jabatan Malah Pura-Pura Gila di Depan Raja
Kisahnya bermula ketika Abu Nawas meminjam panci kecil ke tetangganya. Tapi, pancinya tidak dikembalikan hingga tetangga itu menagihnya, "Abu Nawas, mana panci saya?"
Abu Nawas menjawab, "Wah saya lupa, sebentar."
Panci yang kecil itu ternyata melahirkan panci yang besar. "Ini panci kamu menjadi dua. Panci kamu beranak di rumah saya," ucap Abu Nawas.
"Terima kasih. Masya Allah." Pinjam-meminjam itu pun berakhir.
Baca juga: Humor Gus Baha: Abu Nawas Bikin Raja Tidur Pakai Cerita Amburadul
Meski tidak masuk akal, tetangganya menerima begitu saja. Dia tidak mempermasalahkan karena merasa diuntungkan. Dia tidak bertanya kenapa panci itu bisa beranak.
Selang beberapa waktu, Abu Nawas meminjam panci lagi ke tetangga yang sama. Ketika meminjamkan yang kedua kali, tetangganya berharap panci itu akan beranak lagi.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menurut Ustadz Ali Hasan, begini gambaran akal manusia kalau tidak dibina. Manusia yang katanya berakal itu akan menerima yang menguntungkan dan akan mengakali.
Tepat! Tetangga itu meminjamkan pancinya lagi. Abu Nawas lagi-lagi lama tidak mengembalikan. Akhirnya si tetangga mendatangi Abu Nawas. "Abu Nawas, mana pancinya kok lama?" tanya dia.
Baca juga: Kisah Lucu Abu Nawas Lolos dari Pukulan Istri yang Cerewet, Malah Maling Jadi Korbannya
Tetangganya membayangkan kalau kemarin anak pancinya satu, berarti kalau lebih lama begini anaknya bisa dua atau tiga. Tapi dia malah mendapat jawaban berbeda dari Abu Nawas, "Innalillahi wainnailaihi rajiun. Panci kamu meninggal di rumah saya."
"Enggak mungkin panci meninggal! Mana ada panci meninggal!" ucap sang tetangga dengan marah-marah.
"Inilah manusia, kalau yang menguntungkan diterima, kalau yang tidak menguntungkan," jawab Abu Nawas.
Tetangganya menyahut, "Mana mungkin panci bisa meninggal?"
Baca juga: Abu Nawas Umumkan Benci Haq dan Suka Fitnah, tapi Bikin Khalifah Tertawa, Kok Bisa?
"Kamu pikir panci bisa beranak? Kenapa waktu panci beranak, kamu enggak berkomentar? Tapi ketika panci mati, kamu berkomentar?" tanya balik Abu Nawas.
"Inilah manusia. Kalau menguntungkan, pura-pura tidak masalah. Kalau merugikan, mulailah dia menggunakan akal, kesadaran, atau kewarasannya," lanjutnya.
Ustadz Ali Hasan menerangkan, dalam bahasan takdir, manusia punya akal yang sangat terbatas. Sementara Allah Subhanahu wa ta'ala dan ciptaan-Nya tidak terbatas. "Apalah yang terbatas ini mampu menguraikan semua yang tidak terbatas?" tanya Ustadz Ali Hasan secara retoris.
Ia melanjutkan, terkait takdir ketika membaca basmalah umat manusia sadar semua ketetapan Allah Subhanahu wa ta'ala tidak ada yang buruk. Hanya kadang, manusia seperti tetangga Abu Nawas.
Baca juga: Kisah Abu Nawas Selalu Buat Tertawa Santrinya: Guru Ini seperti Badut
Dia menerangkan, dalam kitab suci Alquran sudah banyak arahan dan petunjuk. Terutama terkait ketetapan yang tidak enak.
"Berapa banyak pahit yang kamu tidak suka, di situ banyak kebaikan. Dan berapa banyak yang kamu sukai, ternyata di balik yang manis itu banyak masalah dan bahaya," pungkasnya.
Wallahu a'lam bishawab.
Baca juga: Kisah Unik Abu Nawas Hadapi Orang yang Selalu Berbohong, Ini Triknya