Share

Kisah Haru Putri Raja Bali Jadi Mualaf, ketika Wafat Mengeluarkan Asap Harum

Intan Afika Nuur Aziizah, Jurnalis · Jum'at 24 Desember 2021 09:57 WIB
https: img.okezone.com content 2021 12 24 621 2521893 kisah-haru-putri-raja-bali-jadi-mualaf-ketika-wafat-mengeluarkan-asap-harum-2QWFH7efLd.jpg Makam Putri Raja Bali Raden Ayu Siti Khotijah. (Foto: bantulkab.go.id)
A A A

MASYARAKAT Bali mayoritas memang beragama Hindu. Namun siapa sangka, putri mahkota dari seorang raja di Bali justru memilih jadi mualaf dan memeluk agama Islam. Putri mahkota itu adalah anak Raja Pemecutan Denpasar yang bernama Gusti Ayu Made Rai.

Gusti Ayu Made Rai terkenal dengan parasnya yang cantik hingga menjadi kembang kerajaan. Para pembesar kerajaan di Bali pun berlomba-lomba memikat hati sang putri. Penasaran bagaimana kisahnya? Simak selengkapnya berikut ini.

Baca juga: Kisah Mualaf Mantan Aktivis Rumah Ibadah, Berawal Baca Sejarah Hari Raya di Mading 

Makam Putri Raja Bali Raden Ayu Siti Khotijah. (Foto: Istimewa)

Beranjak dewasa, Gusti Ayu Made Rai akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Raja Bangkalan Madura yang bernama Pangeran Cakraningrat IV. Setelah resmi menikah, Pangeran Cakraningrat IV mengajak istrinya kembali ke Bangkalan. Kedua mempelai dinikahkan secara Islami dan Gusti Ayu Made Rai pun menjadi mualaf atau memeluk agama Islam.

"Beliau menikah dengan Raja Bangkalan Madura yang bernama Pangeran Cakraningrat IV," kata Pak Mangku, seperti dikutip dari kanal YouTube Islam Trending TV, Jumat (24/12/2021).

Baca juga: 13 Tahun Jadi Pemuka Agama, Henrico Ucap Syahadat Usai Yakini Tuhan Itu Satu 

Nama beliau pun berubah menjadi Raden Ayu Siti Khotijah. Raden Ayu sangat rajin menjalankan ibadah, terutama sholat lima waktu. Kala itu Raden Ayu menikah pada umur 27 tahun, sementara Pangeran Cakraningrat IV berumur lebih dari 55 tahun. Pasalnya, Raden Ayu merupakan istri keempat Pangeran Cakraningrat IV.

Suatu hari ia meminta izin pulang ke Bali lantaran rindu dengan ayah dan ibunya. Kebetulan saat itu ada upacara agama yang diselenggarakan di Kerajaan Pemecutan. Kesempatan ini lantas digunakan Raden Ayu untuk pulang ke kampung halaman.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Mengerti perasaan sang istri, Pangeran Cakraningrat IV akhirnya memberikan izin, doa, serta 20 orang pengawal pria dan 20 dayang-dayang perempuan. Berangkatlah mereka dari Bangkalan menuju Denpasar, Bali. Sesampainya di Istana Pemecutan, Raden Ayu tidur di istana; sementara pengawal dan dayang-dayangnya tidur di taman kerajaan.

Resmi memeluk agama Islam, Raden Ayu pun menunaikan Sholat Magrib di Merajan Istana, tempat suci umat Hindu. Saat itu semua warga kerajaan tidak ada yang mengetahui cara ibadah umat Islam. Mereka pun menduga Raden Ayu sedang mengeluarkan ilmu hitam.

Baca juga: Gagal Bakar Alquran, Pemuka Agama Ini Mantap Jadi Mualaf 

Patih kerajaan melaporkan hal itu kepada Raja Pemecutan. Raja yang juga ayahnya marah dan memerintahkan Raden Ayu dibunuh. Tidak lama kemudian, Patih mengajak Raden Ayu Siti Khotijah ke depan Pura Kepuh Kembar.

Raden Ayu memiliki firasat jika dirinya akan dibunuh, ia pun meninggalkan pesan dan menjelaskan bahwa kala itu sedang beribadah menurut agama Islam. Selain itu, beliau juga berpesan agar tidak dibunuh dengan senjata tajam karena hal itu akan sia-sia.

Baca juga: Bule Tampan Ini Jadi Mualaf Usai Takjub Baca Alquran yang Diselipkan Ibunya di Ransel 

"Pakailah cucuk konde saya ini yang telah disatukan dengan daun sirih dan diikat benang Tridatu, benang tiga warna yakni putih, merah, dan hitam," cerita Pak Mangku.

Raden Ayu meminta Patih kerajaan melemparkan cucuk kondenya ke dada sebelah kiri. Apabila tubuhnya mengeluarkan asap dan berbau busuk saat meninggal, Patih boleh membuang mayatnya sembarangan. Namun jika asap dari tubuhnya beraroma harum, Raden Ayu meminta sang Patih untuk membuatkan tempat suci yang disebut keramat.

Benar saja, begitu cucuk konde ditancapkan, tubuh Raden Ayu Siti Khotijah mengeluarkan asap dan aroma harum yang semerbak. Seluruh lingkungan kerajaan pun mengakui aroma harum itu. Sang ayah mengaku menyesal dengan keputusannya.

Jenazah Raden Ayu lantas dimakamkan dan dibuatkan tempat suci yang disebut keramat, sesuai dengan permintaan beliau sebelum dibunuh. Begitu jasad Raden Ayu Siti Khotijah dikebumikan, tumbuhlah sebatang pohon setinggi 50 sentimeter di tengah makam beliau. Dicabuti sampai tiga kali pohon itu kerap tumbuh kembali.

Baca juga: 10 Artis Korea Beragama Islam, Nomor 1 Jadi Mualaf Usai Mengunjungi Indonesia 

"Kakek dan nenek saya mendengar pesan beliau agar pohon di tengah makam dipelihara dengan baik karena pohon itu tumbuh dari rambut beliau. Melalui pohon ini Allah Subhanahu wa ta'ala akan memberi mukjizat dan rezeki pada umat yang berziarah," cerita Pak Mangku.

Hingga kini pohon tersebut masih dirawat dengan baik dan terus menjulang tinggi. Orang-orang menyebutnya pohon rambut atau taru rambut. Umat Islam pun ramai berkunjung ke makam Raden Ayu Siti Khotijah.

Wallahu a'lam bishawab.

Baca juga: Jadi Mualaf, Pria Ini Rela Hidup dari Nol demi Mempertahankan Akidah Islam 

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini