Share

Kisah Karomah Kiai Mahmud Asal Sumenep, Lempar Ikan yang Sudah Jadi Tulang Bisa Berenang Lagi

Tim Okezone, Jurnalis · Rabu 05 Januari 2022 14:12 WIB
https: img.okezone.com content 2022 01 05 614 2527740 kisah-karomah-kiai-mahmud-asal-sumenep-lempar-ikan-yang-sudah-jadi-tulang-bisa-berenang-lagi-jcWmu6vlc2.jpg Ilustrasi ikan berenang di sungai. (Foto: Shutterstock)
A A A

ADA beberapa kisah karomah yang dimiliki ulama-ulama Tanah Air. Mereka bahkan disebut-sebut sebagai waliyullah berkat kemampuannya yang luar biasa. Seperti di Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, dikenal sebagai wilayah yang penuh dengan kisah karomah waliyullah.

Adalah Kiai Macan alias Raden Demang Singoleksono yang dikisahkan memiliki banyak karomah, salah satunya ketika ada warga kemalingan, cukup dengan menabuh kentongan kecil, maka saat itu juga si maling menyerahkan diri sekaligus membawa kembali barang curiannya.

Baca juga: MUI Angkat Bicara soal Boneka Arwah, Ini Penjelasan KH Cholil Nafis 

"Kiai Macan juga dikenal dengan karomahnya yang menaiki pe-sapean pappa (pelepah pisang yang biasa dibuat sapi-sapian oleh anak kecil, red) sembari terbang saat mengambil panji-panji Keraton Sumenep yang dibawa ke Blambangan. Pulangnya beliau naik mondung (hiu, red) seorang diri," cerita Nyai Hajjah Munifah, salah satu keturunan Kiai Macan di Desa Ambunten Timur, seperti dikutip dari laman resmi Sumenepkab.go.id, Rabu (5/1/2022).

Tidak hanya kisah kekeramatan Kiai Macan, ada lagi kisah karomah dua waliyullah di Ambunten yang konon masih bisa terlihat hingga saat ini terhadap orang-orang tertentu. Yaitu kisah karomah dua wali di Sungai Pandi Ambunten Tengah.

Baca juga: Tren Adopsi Boneka Arwah, Buya Yahya: Mana Ada Pahalanya 

Pada suatu masa sekira pertengahan tahun 1800-an, hiduplah seorang ulama besar di Ambunten bernama Kiai Rausyi. Ia masih memiliki hubungan darah dengan Kiai Macan Ambunten. Beliau juga disebut masih berkerabat dengan Kiai Mahmud Aengpanas, ayah Kiai Imam, pendiri Pesantren Karay, Ganding.

"Suatu ketika Kiai Mahmud diriwayatkan bertamu ke kediaman Kiai Rausyi yang berada di tepi Sungai Pandi yang sekarang masuk wilayah Desa Ambunten Tengah," kata Kiai Raheli yang leluhurnya memiliki hubungan kekerabatan dengan Kiai Rausyi.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sesampainya di kediaman Kiai Rausyi, Kiai Mahmud berkata kepada Kiai Rausyi bahwa dirinya ingin makan ikan laut. Lalu Kiai Rausyi bergegas mengambil jaring yang biasa digunakan para nelayan dan menghamparkannya ke halaman rumah beliau.

Seketika atas izin Allah Subhanahu wa ta'ala, jaring dipenuhi oleh ikan-ikan laut yang masih hidup dan menggelepar di jaring tersebut.

Baca juga: Jadwal Sholat Hari Ini, Rabu 5 Januari 2022M/2 Jumadil Akhir 1443H 

Baca juga: Ketika Abu Nawas Punya Cara Cerdas Jelaskan Batas Jagat Raya, Raja pun Tercengang 

"Akhirnya dimasaklah ikan-ikan tersebut oleh Kiai Rausyi dan dihidangkan kepada Kiai Mahmud," ungkap Kiai Raheli.

Setelah selesai makan, Kiai Rausyi seperti yang ditirukan Kiai Raheli berkata kepada Kiai Mahmud, "Sekarang giliranmu, saudaraku."

Mendengar itu, Kiai Mahmud mengambil sisa-sisa ikan bakar yang kepalanya masih menyatu dengan tulang sampai ekor, namun sudah tidak ada dagingnya, karena telah dimakan.

Ikan bakar tersebut lalu dilempar oleh Kiai Mahmud ke Sungai Pandi yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Ajaib, ikan yang tidak berdaging itu atas izin Allah Subhanahu wa ta'ala hidup dan berenang-renang di sungai.

Baca juga: Alquran Surah Taha Ayat 1-135 Lengkap Bacaan Latin hingga Keutamaannya 

"Ikan tersebut hingga saat ini dari cerita warga kadang menampakkan diri. Namun tidak semua orang bisa menjumpainya di Sungai Pandi," papar Raden Imamiyah, keturunan Kiai Macan sekaligus Kiai Mahmud yang ada di Ambunten.

Namun konon, seperti dikatakan Imamiyah, biasanya warga atau orang yang melihatnya tidak lama hidup alias pendek umurnya.

Baca juga: Muhammadiyah Tanggapi soal Boneka Arwah, Ustadz Faozan Amar: Lebih Baik Rawat Anak Yatim 

"Dari dulu memang dikenal seperti itu. Tapi yang namanya mati itu ya tetap dikembalikan pada ketentuan Allah Subhanahu wa ta'ala. Sudah ajalnya," tutup Imamiyah.

Wallahu a'lam bishawab.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini