HABIB Husein bin Abu Bakar Alaydrus merupakan pendiri Masjid Kramat Luar Batang Jakarta. Beliau berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Habib Husein datang ke tanah Batavia pada abad ke-18. Beliau yang saat itu dilahirkan dalam kondisi yatim, hijrah menuju Batavia melalui Pelabuhan Sunda Kelapa.
Dikutip dari kanal YouTube Darul Musthofa Bekasi, Selasa (18/1/2022), semasa kecil, ibunda Habib Husein yang merupakan pekerja dari toko kain tradisional meminta agar putranya itu memintal benang yang cukup banyak dalam waktu semalaman. Namun didapatinya Habib Husein kecil sedang terlelap tidur tetapi pekerjaannya telah usai.
Baca juga: Abu Nawas Ungkap Jumlah Ikan di Laut dan Bintang di Langit, Gimana Cara Hitungnya?
Ibunya pun menceritakan kepada tuan guru, lalu guru tersebut bertakbir sambil berkata, "Allah telah berkehendak kepada anakmu untuk diperolehnya derajat yang besar di sisinya. Hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah sesuatu yang terjadi pada diri anakmu itu."
Pada usia dewasa, Habib Husein ingin berhijrah sekaligus mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Meski dengan berat hati, ibunya tetap mengizinkan anaknya tersebut hijrah di jalan Allah Ta'ala.
Persinggahan pertama Habib Husein di kota-kota di India yakni Surati atau Gujarat. Saat itu kota-kota tersebut tengah mengalami gejala wabah kolera. Setelah bertemu dengan tokoh masyarakat dan peramal di daerah tersebut, Habib Husein dipercaya sebagai titisan dewa yang menyelamatkan negerinya itu.
Habib Husein menerima pengakuan tersebut dengan syarat mereka menyebutkan dua kalimat syahadat dan mengakui Islam sebagai agamanya. Lalu mereka disuruh membuatkan sumur serta kolam, atas izin Allah Subhanahu wa ta'ala turunlah hujan lebat membasahi tanah yang tandus dan bagi yang terkena wabah maka akan sembuh dengan mandi di kolam tersebut.
Baca juga: Tren Boneka Arwah, Ustadz Adi Hidayat Ungkap Hisab Berat untuk Pembuatnya
Kota berangsur membaik, lalu warga setempat memberikan kedudukan tertinggi kepada Habib Husein, namun beliau menolak. Beliau hanya menitipkan doa kepada pimpinan dan tokoh masyarakat ketika waktu itu.
Lalu Habib Husein kembali melanjutkan hijrah dari tanah India menuju Asia Tenggara, dan sampailah di tanah Jawa atau lebih tepatnya di Batavia.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Saat itu pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan terbesar di Jawa. Habib Husein pun mendirikan tempat ibadah kecil untuk dirinya dan pengikutnya. Namun, makin hari makin banyak yang ingin mendalami ajaran agama Islam. Diperluaslah tempat ibadah tersebut menjadi sebuah masjid.
Makin hari makin banyak pendatang yang bermukim di sekitar kediaman Habib Husein, tapi hal tersebut membuat para pemimpin curiga akan dapat mengganggu kedudukannya sebagai pemimpin. Lalu dijatuhilah Habib Husein dan pengikutnya untuk dibawa ke penjara.
Baca juga: Biografi Imam Abu Hanifah: Ulama Fikih Asal Irak Pendiri Mazhab Hanafi
Dibawanya Habib Husein dan pengikutnya ke Penjara Glodok. Selama berada di penjara, banyak keluarga serta kerabat yang menjenguk dengan membawakan makanan serta buah-buahan. Di penjara, Habib Husein ditempatkan di sel yang sempit, sedangkan yang lainnya ditempatkan di ruang besar yang telah padat dengan tahanan lain.
Para petugas tahanan merasa heran melihat Habib Husein setiap tengah malam hingga menjelang subuh mengimami sholat dalam ruangan besar rumah tahanan itu. Masyarakat di luar pun ikut serta bermakmum. Tapi saat bersamaan, para petugas tahanan mendapatkan Habib Husein sedang tidur nyenyak di dalam kamarnya yang selalu terkunci.
Setelah kejadian itu, Kompeni Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, lalu membebaskan Habib Husein beserta pengikutnya, sebab memang tidak ada alasan hukum yang kuat untuk menahannya.
Habib Husein pun pernah menitipkan pesan kepada seorang pejabat Belanda bahwasanya anaknya akan menjadi seorang yang besar. Terbukti, usai pendidikan di negeri Belanda, anaknya tersebut diberi jabatan sebagai gubernur di Batavia. Ayahnya pun merasa berhutang budi dan telah menitipkan wasiat kepada anaknya agar memberikan hadiah uang dalam jumlah besar.
Habib Husein pun menerima uang tersebut lalu dilemparkannya ke laut yang dipercaya akan sampai ke ibunya. Gubernur yang merasa Habib Husein melakukan tindakan yang tidak masuk akal pun menyuruh bawahannya untuk mencari uang tersebut di laut, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pun uang yang tersisa di laut itu.
Baca juga: Jadi Mualaf, Wanita Cantik Asal Rusia Ini Temukan Banyak Kebenaran dalam Ajaran Islam
Masih ragu akan Habib Husein, gubernur tersebut mengutus seseorang untuk datang ke negeri Yaman untuk membuktikan apakah uang tersebut sampai di ibunya. Setelah kembali, utusannya itu memberi tahu bahwa uang tersebut telah diterima ibunda Habib Husein.
Habib Husein pun diberikan sebidang tanah oleh Gubernur Batavia tersebut untuk tempat tinggal serta peristirahatan terakhirnya. Habib Husein wafat pada 17 Ramadhan 1169 Hijriah atau 27 Juni 1756 Masehi. Catatan ini diperoleh dari Masjid Luar Batang Jakarta yang berdiri di antara tahun 1716 sampai 1756 Masehi.
Wallahu a'lam bishawab.