JAKARTA – Mengerjakan sholat tarawih di malam bulan Ramadan merupakan salah satu amalan sunnah sesuai ajaran Rasulullah. Lalu kenapa ada perbedaan mengenai jumlah rakaat sholat tarawih jika sumbernya langsung dari Rasulullah?
Sebaiknya Anda tidak perlu bingung menyikapi perbedaan jumlah sholat tawarih tersebut. Perbedaan jumlah rakaat itu sudah ada sejak lama dan dua-duanya benar.
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH M Cholil Nafis mengungkapkan, sholat tarawih sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Nabi lah yang memulai diadakannya sholat tarawih. "Kemudian diikuti dengan para sahabat," katanya saat dihubungi Okezone.
Lebih lanjut, kata kiai Cholil, dari sini pula bermula perbedaan hitungan jumlah rakaat sholat tarawih 11 rakaat atau 23 rakaat (20 rakaat tarawih dan 3 rakaat sholat witir).
Jumlah sholat tarawih 20 rakaat adalah hasil ijtihad Sayidina Umar bin Khattab. Hal ini karena dulu Tarawih dilakukan per-dua rakaat dan thawaf sebanyak tujuh kali. Kemudian Islam pun berkembang ke beberapa kota dan negara. Agar pahalanya sama dengan melaksanakan thawaf, lalu Sayidina Umar menambah ijtihadnya dari 20 menjadi 23 rakaat beserta Sholat Witir. "Jadi itu sama-sama sunah Nabi dan khulafaur rasyidin atau sahabat-sahabat Nabi," terang Kiai Cholil.
Sementara tarawih 11 rakaat berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan sayidina Aisyah ra. "Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, ia bertanya kepada Aisyah RA, 'Bagaimanakah sholat Rasulullah SAW di bulan Ramadhan?'
Aisyah RA menjawab, 'Rasulullah SAW tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat empat rakaat jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat tiga rakaat."
Ihwal perbedaan bilangan sholat Tarawih apakah 11 rakaat atau 23 rakaat, Ketua Ikatan Sarjana Quran dan Hadits Ustadz Fauzan Amin menyatakan sejatinya sholat Tarawih itu tidak ada ketentuan khusus berapa jumlah rakaatnya alias bebas.
Ustad Fauzan lantas memperkuat pendapatnya tentang jumlah rakaat tarawih yang fleksibel berdasarkan sejarahnya dan beberapa hadist.
Dari Abi Hurairah ra: Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam menggemarkan Salat pada bulan Ramadan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: “Barang siapa yang melakukan ibadah (Salat tarawih) di bulan Ramadan hanya karena iman dan mengharapkan ridho dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim).
Ditambah lagi dengan kesaksian istri Rasulullah, Aisyah Ummil Mu’minin ra: sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam pada suatu malam sholat di masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau, beliau sholat dan pengikut bertambah ramai (banyak) pada hari ketiga dan keempat orang-orang banyak berkumpul menunggu beliau Nabi, tetapi Nabi tidak keluar (tidak datang) ke masjid lagi.
Ketika pagi-pagi, Nabi bersabda: “sesungguhnya aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali kalau sholat ini diwajibkan pada kalian”. Siti ‘Aisyah berkata: “hal itu terjadi pada bulan Ramadan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya