SETIAP tanggal 21 April Indonesia memperingati Hari Kartini. RA Kartini tokoh pahlawan yang memperjuangkan emansipasi perempuan di Indonesia.
Di balik kisah hidupnya yang inspiratif dan penuh perjuangan, kepergian RA Kartini menjadi pilu bagi banyak orang. Terkhusus, RA Kartini meninggal usai melahirkan.
Beberapa sumber menyatakan Kartini meninggal usai melahirkan anak tunggalnya Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat, diduga akibat preeklamsia. Penyakit ini dimulai biasanya pasca-kehamilan memasuki usia 20 minggu dan dapat menyerang ibu hamil dengan tekanan darah normal sekalipun.
Preeklamsia harus diwaspadai, karena penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, bukan hanya untuk si ibu tapi juga bayi yang dikandungnya. Kematian adalah risiko paling serius dari penyakit ini dan itu yang diduga dialami Kartini.
BACA JUGA : 6 Tokoh Penting di Sekitar RA Kartini, dari Ayah hingga Sahabat Karib
Penyakit ini bisa dikenali meski tanpa gejala, salah satunya adalah dengan tekanan darah tinggi saat kehamilan dan kadar protein pada urine ibu hamil. Dalam beberapa kasus, preeklamsia juga dikenali dari ukuran kaki yang membesar disertai retensi air.
BACA JUGA : Sejarah Singkat Raden Ajeng Kartini, Pejuang Kesetaraan Hak Perempuan
Penyebab Preeklamsia
Dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (21/4/2021), penyebab utama preeklamsia sampai saat ini belum bisa diketahui secara pasti. Namun, beberapa ahli percaya bahwa penyakit ini diawali dengan kelainan plasenta. Selain itu, preeklamsia juga ditandai dari penyempitan pembuluh darah serta reaksi yang cenderung berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi ini mengurangi jumlah darah yang dialirkan ke janin.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya