KETERBATASAN penglihatan tidak membuat para penyandang tunanetra di Kota Malang, Jawa Timur, ini berhenti belajar mendalami agama Islam. Justru dengan keterbatasan tersebut, mereka makin semangat memperdalam ilmu Islam, terlebih lagi di momentum bulan Ramadan.
Para penyandang tunanetra di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN), Jalan Beringin Nomor 13, Kelurahan Bandungrejosari Malang, ini belajar membaca dan menulis Alquran setelah zuhur setiap harinya. Fisik mereka memang tidak sempurna, tapi semangat mendalami kitab suci Alquran terlihat sangat menggelora.
Baca juga: Kisah Muslim Palestina 4 Jam Terjebak di Dome of the Rock Al Aqsa Akibat Gempuran Israel
Berdasarkan pantauan MNC Portal, dipandu tenaga pengajar kaum tunanetra ini belajar dasar-dasar huruf braille terlebih dahulu. Jika nantinya lancar maka perlahan tenaga pengajar akan mengajarkan membaca huruf hijaiah dengan metode huruf braille. Tidak hanya membaca, para penyandang tunanetra juga diajarkan cara menulis huruf hijaiah yang kembali berpedoman dari huruf braille dasar.
Setiap harinya tidak kurang tiga sampai lima penyandang tunanetra belajar mengaji dan membaca Alquran dengan dibimbing seorang pengajar. Namun pada Kamis lalu ada tiga penyandang tunanetra yang tengah belajar membaca Alquran.
Tampak ketiganya adalah Dwi Andika, Aris Darmawan, dan Rudi begitu antusias serta semangat membaca Alquran. Memang ada kesulitan yang dialami tunanetra ini memiliki rentang kesulitan berbeda-beda. Hal itu karena kepekaan indera perasanya masing-masing yang berbeda.
Pengajar Alquran braille Yani Suswantoro mengungkapkan kegiatan belajar membaca dan menulis Alquran ini diadakan setiap hari selama bulan Ramadan. Biasanya di luar Ramadan kegiatan ini diadakan seminggu sekali.
Baca juga: Heboh! Suami Sholat Tarawih, Istri Malah Selingkuh di Rumah
Namun ketika Ramadan tiba, para penyandang tunanetra menginginkan lebih intensif, sehingga belajar membaca Alquran diselenggarakan setiap hari, setelah Sholat Zuhur dengan beragam materi seputar membaca dan menulis.
"Kami memberi materi baca tulis Alquran, jadi bagaimana cara menulis Alquran yang benar, bagaimana cara membacanya, mahrajnya, dan susunan tajwidnya, biasanya habis zuhur kita laksanakan kegiatan baca tulis Alquran," ungkap Yani Suswantoro saat ditemui pada Kamis 14 April 2022 siang.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menurut dia, kegiatan belajar membaca Alquran ini layaknya seperti metode belajar membaca Alquran dengan Iqra. Namun, metode pembelajaran Alquran kepada para penyandang tunanetra ini lebih menekankan pada indera peraba, bukan indera penglihatan layaknya orang umum.
"Ini yang kita hadapi, difabel yang Alquran itu mereka yang normal menggunakan inderawi mata, kalau ini menggunakan inderawi raba, kalau masalah tingkat metodologinya sama dengan iqra," paparnya.
Baca juga: Viral 2 Muslim Palestina Tidak Goyah Beribadah di Masjid Al Aqsa meski Diserang Tentara Israel
Yani menambahkan, tahapan pembelajaran dimulai dari pengenalan huruf hijaiah, mengenal tanda baca huruf, panjang pendek bacaan, tajwid, hingga mahrajul hurufnya. "Terus nanti juga tanda qalqalah, mad-mad, kemudian juga tanda tajwid lainnya ikhfa', idhgom, kemudian juga idzhar, pokoknya yang terkait dengan huruf hijaiyah secara mahraj, dan tajwidnya sesuai aturan tata kaidah baca Alquran yang benar," jelasnya.
Pada pembelajaran ini Yani menyebut setiap tunanetra memiliki perbedaan kendala, ada yang bisa dengan mudah membaca dan menulis, namun ada yang kesulitan. Ini didasari pada seberapa besar kepekaan mereka dalam meraba huruf tersebut.
Baca juga: Aktor Laga Willy Dozan Masuk Islam, Respons Positif Ibunya yang Non-Muslim Jadi Sorotan
"Tingkat kepekaan rabaannya memang tingkat kesulitannya cukup tinggi, satu sisi mereka harus peka, dengan inderawi rasa, walaupun sulit bisa diupayakan, bisa ditingkatkan, bisa dilatih, bisa dimaksimalkan, asalkan secara rutinitas mereka terus melakukan kegiatan latihan baca tulis dilaksanakan secara kontinu Insya Allah kesulitan bisa dilewati," terangnya.
Sementara itu salah seorang penyandang tunanetra Dwi Andika menuturkan perlu waktu tiga bulan bagi dirinya untuk bisa lancar membaca Alquran huruf braille. Sebelumnya ia sudah ada di RSBN sejak Desember 2021 dan mulai belajar dasar-dasar huruf braille, dari sana ia bertahap menghafal setiap titik-titik huruf braille, sebelum akhirnya mampu membaca Alquran.
"Kita harus belajar braille dasar dulu, mengenal titik-titik satu sampai enam, dan setelah menghafal titik-titik dasar baru, ada tingkatan, kalau braille Alquran itu tingkatan satu sampai dua. Jadi setelah menguasai braille dasarnya, kita mau belajar Alquran braille masuk tingkatan satu, sampai sekitar 30 huruf hijaiyah, baru setelah menghafal kita mencoba menulis, baru latihan membaca," bebernya.
Baca juga: Sholat Tarawih Terlama Ada di Daerah Ini, Mulai Jam 7 Malam, Selesai Jam 3 Pagi
Warga Blimbing, Kota Malang, ini mengaku kesulitan dalam membaca dan menulis huruf hijaiah berbeda-beda. Ia menyebut hal ini tergantung pada tingkat kepekaan dari masing-masing individunya.
"Untuk membacanya ini yang harus benar-benar peka, tergantung kepekaan dari si perangsang dari masing-masing kita. Ada yang membacanya cepat, ada yang perabaannya lama, nulisnya cepat tapi perabaannya lama, itulah yang sulitnya," pungkasnya. Wallahu a'lam bishawab.