PERMAINAN ular tangga sudah ada sejak awal abad ke-2 Masehi. Permainan ini berasal dari India dengan nama Gyan Chaupar. Kemudian pada abad ke-13 Masehi, permainan ini mulai diperkenalkan oleh Dnyaneshwar atau dikenal juga sebagai Dnyandev, seorang santo Marathi di India. Permainan ular tangga yang ada saat ini dengan Gyan Chaupar berbeda dalam hal tujuan.
Ular tangga dapat dimainkan oleh dua pemain atau lebih. Setiap pemain memiliki bidak yang akan digunakan sesuai dengan angka dadu yang keluar. Semua pemain memulai dari kotak pertama, jika bidak mendarat di kotak yang ada di ujung tangga, maka pemain diperbolehkan naik ke atas.
Sedangkan jika bidak mendarat di ujung mulut ular, maka pemain harus turun ke kotak bawah lagi. Pemain yang menang adalah pemain yang dapat mencapai kotak paling atas pertama.
Jika pada permainan ular tangga modern, tujuannya hanya untuk kesenangan atau kekalahan. Namun pada Gyan Chaupar, permainan ini menjadi media untuk mengajarkan tentang prinsip sebab akibat dari agama Hindu.
Ular melambangkan sifat buruk seperti keserakahan dan hawa nafsu. Sedangkan tangga menggambarkan perbuatan baik yang dapat mengantarkan ke surga. Kotak finish menandakan Tuhan atau surga, tempat mendapatkan kebebasan.
Jumlah tangga biasanya akan lebih sedikit dari ular, karena hal ini mengajarkan bahwa perbuatan baik lebih sulit untuk dilakukan daripada perbuatan buruk.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya