Share

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI 5% di 2022, Kasus Covid Tetap Diwaspadai

Viola Triamanda , Okezone · Minggu 03 Juli 2022 21:17 WIB
https: img.okezone.com content 2022 07 03 320 2622872 sri-mulyani-prediksi-ekonomi-ri-5-di-2022-kasus-covid-tetap-diwaspadai-ub5WY2TyM5.jpg Grafik Ekonomi (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 4,9% hingga 5,2% di akhir tahun 2022. Dia juga menyampaikan bahwa pemerintah akan terus berupaya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat ekonomi Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan masih banyaknya ketidakpastian yang menghantui pertumbuhan perekonomian Indonesia di Semester II-2022.

Keraguan tersebut bermula dari meningkatnya inflasi yang diprediksi akan berakibat terhadap menurunnya daya beli masyarakat.

"Di kuartal ketiga juga tidak terdapat event besar yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat seperti saat Ramdahan dan Idul Fitri kemarin. Adapun Idul Adha tidak akan menandingi permintaan masyarakat saat lebaran lalu" jelasnya kepada MPI, Minggu (3/7/2022).

Menurutnya mobilitas masyarakat juga mulai terdampak akibat adanya kenaikan kasus Covid-19.

"Meningkatnya kasus Covid-19 sangat perlu diwaspadai karena dapat menghambat pemulihan ekonomi" tuturnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Selain dipengaruhi oleh internal, pertumbuhan ekonomi juga akan dipengaruhi dari sisi ekternal. Bhima mengatakan adanya dampak dari disrupsi rantai pasok, mahalnya biaya bahan baku, beban operasional perusahaan yang meningkat yang kemudian menimbulkan pelemahan di industri manufaktur.

"Manufaktur berperan setidaknya 20% dari Produk Domestik Bruto, jadi industri pengolahan yang sedikit melambat berpengaruh terhadap serapan tenaga kerja dan produktifitas masyarakat secara umum'' terangnya.

Sementara itu menurutnya jikalau Indonesia mengandalkan faktor harga komoditas itu masih fluktuatif bahkan cenderung lebih rendah dan adanya penurunan dari semester pertama.

"Batu bara, sawit, itu sudah mulai terkoreksi ini tentun bukan hal yang kita inginkan, karena bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi" tandasnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini