JAKARTA - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini telah menjangkit setidaknya 22 provinsi se-Indonesia.
Adanya wabah tersebut telah membuat babak belur para peternak terutama dari sisi kerugian yang di derita.
Wabah tersebut memang tidak menular kepada manusia sebagai konsumen.
Namun, wabah tersebut nyatanya telah menimbulkan banyak kerugian yang di alami oleh peternak.
Ketua Umum PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) Nanang Purus Subendro mengatakan bahwa bahwa kerugian pertama yang dialami tentu hewan yang mati akibat wabah tersebut.
Terlebih hewan yang mati akibat virus dikatakan Nanang tidak termasuk biaya ganti rugi yang bakal diberikan pemerintah kepada para peternak.
"Pertama dari kematian sapi, angka yang resmi dirilis pemerintah, pasti angka riil nya lebih dari itu, karena banyak data yang tidak tercatat," ujar Nanang kepada MNC Portal Indonesia, Senin (25/7/2022).
"Karena isu yang berkembang sapi yang diganti oleh pemerintah adalah dalam program depopulasi karena memang dalam program penanganan pmknya, bukan karena yang tidak terselamatkan, Itu yang kita yang sedang kita cari kepastiannya," sambungnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Selanjutnya adalah hewan yang dilakukan pemotongan oleh pemerintah, saat ini saja setidaknya tercatat melalui situs siagapmk.id sudah lebih dari 6.000 ekor hewan ternak yang dilakukan pemotongan bersyarat.
Akan tetapi ganti rugi yang dijanjikan pun belum kunjung diterima oleh peternak.
"Kemudian kerugian karena potong paksa, ini kerugiannya bisa sampai 60%, karena sapi harga 25 juta di potong paksa diganti hanya 10 juta," kata Nanang.
Selain itu, adanya wabah PMK juga mengancam pedet atau sapi yang baru lahir cepat mati.
Hal itu disebabkan karena induk sapi yang terwabah PMK tidak bisa memproduksi susu yang menjadi asupan nutrisi tunggal para pedet.
"Terus kemudian untuk pedet (anak sapi) yang baru lahir itu bisa dipastikan langsung mati, karena indukan sapi kena PMK itu air susunya tidak keluar, pedet lahir kan butuh susu induk yang sisinya antibodi, kalau kekebalan tubuh tidak ada mati lah pedetnya," lanjut Nanang.
Selain itu untuk sapi penggemukan yang terwabah PMK praktis berat badannya menurun, hal itu otomatis memengaruhi harga jual.
Sehingga bisa dikatakan bahwa biaya perawatan yang diberikan, tidak sebanding dengan harga jual.
"Terakhir kerugian sapi perah itu luar biasa, karena kalau PMK itu kan produksi susu total berhenti untuk beberapa hari, kemudian setelah sembuh pun itu nanti tidak bisa balik normal, itu butuh proses lama," pungkasnya.