Share

Melihat Makam Sahabat Nabi di Barus yang Jadi Pintu Masuk Islam di Indonesia

Rusman H Siregar , Jurnalis · Kamis 11 Agustus 2022 11:23 WIB
https: img.okezone.com content 2022 08 11 615 2645861 melihat-makam-sahabat-nabi-di-barus-yang-jadi-pintu-masuk-islam-di-indonesia-ugHs0n6xJy.jpg Makam sahabat Nabi di Barus. (Foto: YouTube Muhibbin Auliya Barus)
A A A

DISEBUT-sebut ada sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang dimakamkan di Barus, salah satu daerah pesisir di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Barus sendiri selalu dikaitkan dengan daerah penghasil kapur barus sejak zaman peradaban kuno.

Barus sendiri dikenal sebagai kota tua dan pintu masuknya ajaran agama Islam di Indonesia. Pada 24 Maret 2017, Presiden Joko Widodo meresmikan tugu titik nol pusat peradaban Islam Nusantara di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Baca juga: Barus, Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara 

Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa Islam di Indonesia pertama kali hadir di Barus. Ini dibuktikan dengan adanya makam tua di areal pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7.

Di batu nisannya tertulis Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah. Ini menguatkan adanya komunitas Muslim pada masa itu.

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alihi wasallam pada 571 Masehi (Tahun Gajah), Barus sudah dikenal dan menjadi jalur pedagangan para saudagar-saudagar dari berbagi penjuru dunia.

Bahkan pada masa Firaun (Raja Mesir) atau sekira 7.000 tahun lalu, mereka datang ke Barus untuk mengambil kapur barus sebagai pengawet dan memumikan jasad para Firaun Mesir yang meninggal agar awet.

Baca juga: Islam Masuk ke Indonesia Pertama Kali Ada di Barus Tapanuli Tengah 

Kafur Disebut dalam Alquran

Dalam Alquran Surat Al Insan Ayat 5 akan ditemukan istilah "kapur" (كَافُوۡرً). Kata kapur ini diidentikkan dengan pohon yang tumbuh di hutan Sumatera. Lebih populer dengan sebutan kapur barus atau kanver, dzat putih beraroma sangat wangi.

Orang-orang Arab Quraisy dulu mengenal kapur barus sebagai salah satu rempah yang memiliki banyak manfaat. Mereka menyebutnya dengan istilah "kaafur". Dalam bahasa Arab Quraisy ini kemudian dipakai untuk menyampaikan wahyu Ilahi dalam Surat Al Insan Ayat 5:

اِنَّ الۡاَبۡرَارَ يَشۡرَبُوۡنَ مِنۡ كَاۡسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوۡرًاۚ‏

Innal abraara yasyri buuna min kaasin kaana mizaa juhaa Kaafuuraa.

Artinya: "Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur." (QS Al Insan Ayat 5)

Jika merujuk tafsir ayat ini, kata "kaafura" yang dimaksud adalah mata air dalam surga yang diminum oleh hamba-hamba Allah yang taat. Air kafur ini lebih menyegarkan dan menambah aroma lebih sedap. (tafsir Kemenag)

Namanya memang serupa dengan kapur yang ada di dunia. Namun kata "Kafur" yang ada pada ayat di atas menggambarkan air kapur akhirat atau kapur surga yang wanginya tentu berlipat ganda, lebih harum dari kafur yang ada di dunia. Wallahu a'lam.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Barus Pintu Masuk Islam di Indonesia

Barus berjarak sekitar 337 kilometer dari Kota Medan atau membutuhkan waktu 6–7 jam perjalanan darat. Dari Kota Sibolga, perjalanan darat sekira 2 jam.

Di daerah ini terdapat banyak makam aulia yang diyakini sebagai penyebar Islam pertama di Nusantara. Selain makam Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi (48 Hijriyah), terdapat sebuah makam berukuran 7 meter yang disebut-sebut sebagai makam sahabat Nabi Shallallahu 'alihi wasallam.

Makam yang terletak di puncak bukit ini sampai sekarang ramai diziarahi kaum Muslimin. Pada nisan yang terbuat dari batu cadas itu tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan tahun 34 sampai 44 Hijriyah. Pada masa itu adalah kepemimpinan Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu 'anhuma.

Di lokasi ini juga terdapat Makam Papan Tinggi itu yaitu lima makam lain yang menurut cerita adalah makam keturunan Syaikh Mahmud. Selain Makam Papan Tinggi, di Barus juga terdapat lebih dari 200 makam yang terletak di atas perbukitan Desa Dakka, Kecamatan Barus.

Makam Sahabat Nabi

Makam Syaikh Mahmud yang berada di Puncak Bukit Barus ini sering disebut-sebut sebagai makam sahabat Nabi yang pernah hijrah di Indonesia. Sebuah literatur menyebutkan, Abdurrahman bin Muadz bin Jabal, dan putera-puteranya Syaikh Mahmud dan Ismail berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus sekira Tahun 625 M/4 Hijriyah. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah [Nusantara], 1929)

Abdurrahman bin Muadz datang dari Hadhramaut Yaman membawa putranya Mahmud untuk berdakwah ke Nusantara dan akhirnya menetap di Barus. Mereka datang ke Barus diperkirakan Tahun 625 M atau 4 Hijriyah.

Makam Syaikh Mahmud berada di atas Bukit Desa Pananggahan, Kecamatan Barus Utara. Pada batu nisannya tertulis nama Syaikh Mahmud Fil Hadratul Maut (Yaman) yang ditarikhkan Tahun 34 sampai 44 Hijriyah.

Panjangnya mencapai 7 meter. Menurut keterangan Channel Muhibbin Auliya Barus, banyak makam-makam berukuran panjang di Barus. Ini bukan menunjukkan besar atau tingginya fisik orangnya. Tetapi lebih kepada maqom (derajat) keilmuannya. Sebab biasanya yang memakai tradisi ini adalah orang-orang sufi.

Kontroversi

Ada yang menyebutkan bahwa Syaikh Mahmud penyebar Islam di Barus bukanlah sahabat Nabi yang merupakan putra dari Abdurrahman bin Muadz bin Jabal. Beliau adalah seorang auliya penyebar Islam dari Hadhramaut Yaman yang datang ke Barus. Wallahu a'lam.

Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu sendiri diketahui sebagai salah satu sahabat Nabi dari kaum Anshar dan duta besar Islam yang pertama dikirim Rasulullah SAW. Julukannya adalah "Abu Abdurahman".

Muadz bin Jabal lahir di Madinah dan memeluk Islam pada usia 18 tahun. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pernah mengirimnya ke Yaman untuk berdakwah. Muadz bin Jabal wafat Tahun 18 Hijriyah pada usia 33 tahun (riwayat lain usia 38 tahun), ketika terjadi wabah di Syam. Kala itu beliau diutus ke Syam oleh khalifah Umar bin Khattab.

Disebutkan, beliau wafat dan tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan generasinya. Muadz memiliki seorang anak bernama Abdurrahman yang juga meninggal dunia karena terkena wabah. (Al-Istiaab, jilid 3 Halaman 1402)

Selain Syaikh Mahmud, sahabat Nabi yang disebut-sebut pernah berdakwah ke Indonesia melalui Barus adalah Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu. Beliau singgah di Barus sebelum melanjutkan perjalanannya ke Cina pada tahun 616 M.

Setelah berdakwah di China, beliau kembali ke Madinah. Menurut riwayat, Sa'ad bin Abi Waqqash dimakamkan di pemakaman Baqi' Madinah.

Allahu a'lam bisshawab.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini