Share

Cerita Sahabat Nabi Mencium Aroma Surga dalam Perang Uhud

Hantoro, Jurnalis · Rabu 31 Agustus 2022 10:34 WIB
https: img.okezone.com content 2022 08 31 330 2657939 cerita-sahabat-nabi-mencium-aroma-surga-dalam-perang-uhud-1RgT2y7vKn.jpg Ilustrasi kisah sahabat Nabi mencium aroma surga di Gunung Uhud. (Foto: Dok Antara)
A A A

PERANG Uhud adalah peperangan yang terjadi di Gunung Uhud. Gunung atau bukit ini kala itu memiliki ketinggian 128 meter, sedangkan sekarang ketinggiannya dilaporkan sudah berkurang. Gunung ini berada di sebelah utara Kota Madinah dengan jarak 5,5 kilometer dari Masjid Nabawi.

Dikutip dari laman Almanhaj, Perang Uhud terjadi antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Dalam perang ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatur strategi yang sangat luar biasa. Beliau memerintahkan pasukan kaum Muslimin membelakangi Gunung Uhud dan menghadap ke Madinah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menempatkan 50 pemanah untuk berada di Puncak Bukit 'Ainain. Tugas para pemanah yang dipimpin 'Abdullah bin Jubair Radhiyallahu anhu adalah melindungi kaum Muslimin yang berada di bawah bukit dari serangan kaum kafir Quraisy yang mungkin dilakukan dari arah belakang kaum Muslimin.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang keras para pemanah ini meninggalkan tempat mereka, meskipun dalam keadaan genting, kecuali ada perintah dari beliau. Rasulullah bersabda:

إِنْ رَأَيْتُمُوْنَا تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلاَ تَبْرَحُوْا مَكَانَكُمْ هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ وَإِنْ رَأَيْتُمُوْنَا هَزَمْنَا الْقَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ فَلاَ تَبْرَحُوْا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ

"Meskipun kalian melihat kami disambar burung, janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini sampai aku mengutus utusan kepada kalian. Meskipun kalian melihat kami telah berhasil mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini sampai aku mengutus utusan kepada kalian." (HR Bukhari)

Dengan strategi ini, kaum Muslimin berhasil menguasai dataran-dataran yang tinggi dan membiarkan lembah untuk pasukan Quraisy menghadap ke Bukit Uhud dan membelakangi Madinah.

Ketika kedua pasukan yang berlawanan ini mulai makin mendekat, Abu 'Amir memanggil kaumnya yaitu kabilah Aus untuk bergabung bersamanya di barisan kaum kafir Quraisy. Mendengar seruan ini, para sahabat menolaknya dengan keras.

Mereka mengatakan, "Wahai orang fasik! Semoga Allah Azza wa Jalla tidak memberikan kenikmatan kepadamu!" Mendengar jawaban yang tidak diharapkan ini, dia pun kembali dengan penuh kekesalan.

Setelah itu, pertempuran sengit antara dua pasukan ini tidak terhindarkan lagi. Pasukan Muslimin bertempur dengan penuh semangat, tekad mereka hanya untuk membunuh atau terbunuh. Sehingga dalam waktu singkat mereka berhasil memukul mundur pasukan Quraisy ke markas mereka sampai mendekati barisan kaum wanita yang mendukung mereka. 

Gunung Uhud. (Foto: Antara)

Untuk makin mengobarkan semangat tempur para sahabat radhiyallahu anhum, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghunus pedang sambil bersabda, "Siapakah yang mau mengambil pedang ini dariku?"

Seluruh sahabat yang mendengar ini sontak mengacungkan tangan sebagai isyarat bahwa mereka menginginkannya. Semua mengatakan, "Aku! Aku."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda lagi, "Siapakah yang bersedia mengambilnya beserta haknya?"

Mendengar ini, para sahabat menahan diri. Lalu Abu Dujanah Radhiyallahu anhu mengatakan, "Aku bersedia mengambilnya beserta haknya."

Lalu Abu Dujanah Radhiyallahu anhu mengambilnya dan menggunakannya untuk membabat tubuh-tubuh musuh Islam. (HR Muslim, 4/1917, nomor 2470)

Para sahabat bertempur dengan penuh jiwa kesatria. Telah tercatat dalam lembaran sejarah keberanian yang ditunjukkan oleh Hamzah bin 'Abdul Muththalib Radhiyallahu anhu juga para Sahabat yang lain.

Ketika beliau Radhiyallahu anhu mendengar tantangan dari salah seorang kafir Quraisy yang bernama Siba' bin 'Abdil Uzza, beliau Radhiyallahu anhu bergegas menyambut tantangan tersebut. Beliau Radhiyallahu anhu berhasil mengalahkan orang kafir tersebut.

Sementara di tempat lain, ada Wahsyi, budak hitam milik Jubair bin Muth'im yang selalu mengintai kesempatan untuk menyerang Hamzah Radhiyallahu anhu. Oleh tuannya, Wahsyi dijanjikan merdeka jika berhasil menghabisi Hamzah Radhiyallahu anhu, sebagai pembalasan terhadap Hamzah Radhiyallahu anhu yang telah membunuh Thu'aimah bin 'Adi dalam Perang Badar.

Dia mengendap-ngendap berusaha mendekati Hamzah Radhiyallahu anhu, ketika melihat Hamzah Radhiyallahu anhu berada dalam jangkauan serangannya, ia mulai membidik Hamzah Radhiyallahu anhu dengan tombaknya dan melemparnya.

Lemparannya tepat mengenai sasaran sehingga menyebabkan Hamzah Radhiyallahu anhu wafat sebagai syahid dalam peperangan ini. Wahsyi berhasil membunuh Hamzah Radhiyallahu anhu dengan cara yang sangat curang. 

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sementara itu peperangan terus berlangsung. Mush'ab bin Umair Radhiyallahu anhu terus bertempur sambil membawa bendera sampai akhirnya beliau Radhiyallahu anhu gugur. Selanjutnya, bendera dibawa oleh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu.

Kaum Muslimin terus berjuang sehingga memaksa kaum kafir Quraisy mundur. Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertarungan. Tentang ini, Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ

"Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian bisa membunuh mereka dengan izin-Nya." (QS Ali Imran/3:152)

Ketika melihat pasukan musuh lari tunggang langgang, pasukan 'Abdullah bin Jubair Radhiyallahu anhu mengatakan, "Ghanimah... Ayo kawan-kawan! Ghanimah… Teman-teman kalian sudah menang, tunggu apa lagi?"

Mendengar ajakan ini, 'Abdullâh Radhiyallahu anhu berusaha mengingatkan, "Apakah kalian telah lupa pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kalian?"

Mereka menjawab, "Demi Allah! Kami akan mendatangi mereka kemudian mengambil ghanimah!"

Lalu mereka bergegas meninggalkan tempat itu dan melanggar pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka ikut serta mengumpulkan ghanimah atau harta rampasan perang.

Melihat kaum Muslimin tersibukkan oleh ghanimah, Khalid bin Walid sebagai salah satu komandan kaum Quraisy tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dia memerintahkan pasukannya untuk kembali ke medan tempur. 

Mendapatkan serangan dadakan dan tidak terduga ini, jelas membuat kaum Muslimin kelabakan dan kocar-kacir serta membuat suasana jadi kacau tak terkendali. Sampai-sampai kaum Muslimin kesulitan membedakan antara kawan dan lawan.

Dalam suasana kacau inilah, kaum Muslimin menyerang dan membunuh Al Yaman, orangtua dari sahabat bernama Hudzaifah. Padahal Hudzaifah Radhiyallahu anhu sudah berteriak bahwa yang mereka serang itu adalah ayahnya.

Akhirnya, Al Yaman meninggal di tangan kaum Muslimin. Setelah memastikan orangtuanya wafat, Hudzaifah Radhiyallahu anhu mengatakan, "Semoga Allah Azza wa Jalla mengampuni kalian."

Dalam pertempuran kali ini, banyak kaum Muslimin yang gugur sebagai syahid. Kaum Muslimin juga kehilangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tersiar kabar bahwa beliau telah gugur.

Berbagai tindakan dilakukan oleh kaum Muslimin sebagai respons terhadap berita wafatnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada yang lari meninggalkan medan tempur, sebagian terdiam tidak mau bertempur lagi, sementara sebagian lagi terus berjuang dan berusaha mengobarkan semangat tempur kaum Muslimin.

Di antara yang terus berjuang dan mengobarkan semangat kaum Muslimin yaitu Anas bin Nadhar Radhiyallahu anhu yang bertekad menebus ketidakikutsertaannya dalam Perang Badar. Ketika melihat sebagian kaum Muslimin diam tidak bersemangat lagi, beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, "Surga, demi Rabbnya Nadhar! Sungguh aku mencium bau surga di balik Uhud!"

Kemudian Anas bin Nadhar Radhiyallahu anhu maju bertempur sampai gugur sebagai syahid. Ketika jasad beliau ditemukan, tidak ada seorang sahabat pun yang bisa mengenalinya karena begitu banyak luka tusuk akibat tombak atau panah dan sayatan pedang di tubuhnya.

Tentang Anas bin Nadhar Radhiyallahu anhu ini atau para mujahidin yang semisal dengan beliau Radhiyallahu anhu, Allah Azza wa Jalla berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

"Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya)." (QS Al Ahzab/33:23)

Demikian kisah sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam bernama Anas bin Nadhar yang mencium aroma surga dalam Perang Uhud. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Allahu a'lam bisshawab

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini