Share

Kisah Perjuangan Para Penyuluh untuk Melancarkan Vaksinasi Covid-19

Dyah Ratna Meta Novia, Jurnalis · Jum'at 25 November 2022 21:14 WIB
$detail['images_title']
Vaksin Covid-19 (Foto: Queens university)

VAKSINASI Covid-19 dilakukan dengan penuh perjuangan sebab pada awalnya banyak orang yang menolak divaksin Covid-19. Masyarakat baru akan tahu bahwa pencapaian itu hanya mungkin diraih melalui sekian banyak pengorbanan, bila saja mereka mendengar cerita dan testimoni para pegiat anti-Covid-19.

Mereka, para agen perubahan yang tergabung di dalam program Breakthrough Action for Covid-19, yang merupakan program kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan USAID. Ada begitu banyak tenaga, waktu, cucuran keringat, rasa lelah, bahkan takut, yang menjadi pengorbanan mereka.

 vaksinasi Covid-19

Dilihat dari hasil survei yang dilakukan Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) sejak Mei 2021. Masih ada 34 persen warga Indonesia yang ngotot menolak divaksin Covid-19. Douglas Storey dari JHCCP menjelaskan, survei dilakukan pada 14 juta responden lewat media sosial Facebook. Kelompok umur 55 tahun ke atas adalah yang paling banyak menolak vaksinasi, dengan persentase sebesar 40 persen. Jadi, dengan angka capaian vaksinasi hingga 84,46 persen, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan bisa dibilang tergolong sukses karena dapat mendorong kalangan yang skeptis dengan vaksin, akhirnya mau divaksinasi.

Lalu apa alasan sebagian warga Indonesia menolak vaksin Covid-19?

JHCCP sendiri mencatat setidaknya ada tiga alasan yang paling banyak diutarakan soal ketidaksediaan divaksinasi itu. Alasan utama adalah keraguan terhadap keamanan vaksin. Berikutnya, mereka menolak karena ingin menunggu dan lihat, lalu khawatir soal biaya, alasan agama, dan tak jarang pula yang merasa yakin mereka tidak butuh vaksin.

Di lapangan, tantangan itu menjadi lebih variatif lagi. Misalnya, bagaimana mensukseskan program vaksinasi untuk kaum lansia. “Saya sih selalu menekankan sisi agama bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Bahwa dalam tubuh sehat terdapat juga jiwa yang sehat,” kata Hasnawati, penyuluh agama Desa Baji Minasa, Bantaeng, yang juga seorang agen perubahan.

Ia juga mengaku terus memberikan motivasi agar warga menjadi perilaku hidup sehat, apalagi di masa pandemi Corona. “Saya katakan, kita harus meningkatkan imunitas untuk menangkal berbagai penyakit yang menyerang tubuh. Untuk mencegah terkena Covid-19, itu dilakukan dengan vaksinasi, baik dosis pertama, kedua dan booster,” kata Hasnawati.

Selain itu, di kabupaten Bantaeng, ada juga Syamsiah atau yang lebih akrab dipanggil Ibu Chacy, seorang kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) lansia yang berusia 49 tahun. Ia berasal dari kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng.

Ibu Chacy menyadari pada dasarnya masyarakat dan kalangan lansia cukup aktif mengikuti perkembangan informasi tentang Covid-19, lewat media sosial maupun Youtube. Namun ketika ia melakukan pendekatan personal dan pendampingan langsung kepada kelompok masyarakat tersebut, ia merasa kalangan lansia menjadi lebih mudah tergerak dan terbuka untuk mau melengkapi vaksinasi serta tetap taat protokol kesehatan. Disampaikan tantangan kekhawatiran kalangan lansia adalah jika lansia memiliki penyakit (komorbid).

Namun, Ibu Chacy selalu menyarankan agar kalangan lansia didampingi keluarganya bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum mendapatkan vaksinasi. “Rumahku adalah tempat pengaduan di manapun kamu berada, tengah malam ataupun subuh, jangan takut-takut untuk mengetuk pintu rumah saya jika membutuhkan pertolongan saya, itulah janji saya kepada masyarakat,” ungkapnya.

Sumanti, salah seorang agen perubahan yang juga kader Promkes Desa Kaloling, mengatakan bahwa perhatian serta ketelatenan untuk mendengar dan menerangkan, menjadi salah satu kunci lancarnya komunikasi dengan masyarakat binaan. “Saat turun ke lapangan, di awal-awal masyarakat meminta agar kami lebih menjelaskan secara detil kepada mereka. Kami ikuti saran tersebut. Alhamdulillah, respons balik masyarakat pun sangat baik,” kata Sumanti.

 BACA JUGA:Terjawab Sudah, Kita Akan Vaksin Covid-19 Seumur Hidup

Ia bahkan menerangkan secara detil efek samping yang bisa timbul akibat vaksinasi, justru agar masyarakat tidak risau atau takut untuk melakukannya. Cara itu, kata Sumanti, juga efektif menangkal hoax soal vaksin yang sebelumnya mengganggu masyarakat.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Tak hanya sulitnya meyakinkan masyarakat mengenai vaksinasi, namun kisah duka juga dialami salah seorang agen perubahan yaitu Suryani, kader pembangunan manusia (KPM) Kelurahan Malilingi, Bantaeng. “Ada warga yang ingin sekali divaksinasi, tetapi mengalami hambatan karena menderita penyakit,” kata Suryani. Sebagai seorang pendidik Suryani dan tim tetap memberikan semangat dan motivasi, selain ia juga mengerti mengapa warga tersebut sebaiknya memang tidak divaksinasi.

Pengalaman yang tergolong menyesakkan dada juga turut dialami Bunga, seorang agen perubahan yang juga adalah kader Promkes Kabupaten Bantaeng. Saat akan memberikan edukasi, alih-alih diterima dengan terbuka, Bunga dan kawan-kawan malah ditolak warga. Namun dengan semangat yang senantiasa ia jaga, pada pekan berikutnya warga bisa menerima, bahkan vaksinasi yang digelar kemudian pun tergolong sukses.

Salah satu kader perubahan terbaik terpilih, Nuraeni menyatakan, ada sisi positif yang besar dari kegiatan Breakthrough Action for Covid-19 bagi dirinya. “Saya sehari-hari tergolong pemalu, jarang bicara. Karena di lapangan saya harus meyakinkan warga, tidak terasa saya banyak berubah. Kini saya jadi orang yang tak lagi rendah diri dan banyak diam dalam acara-acara,” kata Nuraeni.

Nuraeni bahkan mengalami intimidasi, meski dilakukan diam-diam. “Saya tahu ada beberapa warga masyarakat yang membawa-bawa senjata tajam, seperti pisau, untuk mengancam petugas kesehatan. Padahal itu hanya kegiatan penyuluhan. Mereka anggap semua petugas kesehatan datang membawa vaksinasi untuk memaksa mereka menjalani vaksinasi,” kata dia.

Bila saat itu Nuraeni mengaku sedikit ketakutan, kini ia hanya tertawa saat mengenang pengalaman tersebut. Begitulah berbagai kisah perjuangan para penyuluh kesehatan untuk melancarkan vaksinasi di masyarakat.

1
2